KOMPAS.com - Sepuluh kepala sekolah dasar (SD) di Probolinggo sepakat untuk tidak lagi menggunakan lembar kerja siswa (LKS) dalam pembelajaran.
Sepuluh sekolah yang menyepakati tidak menggunakan LKS lagi yakni, SDN Klenang Lor I, SDI Nurus Syamsi, SDN Karangren II, SDN Gending II, SDN Sukapura IV, SDN Temenggungan, SDN Karanganyar I-B, SDN Mranggon Lawang II, SDN Sumbersuko, dan SDN Tambelang I.
Pernyataan ini disampaikan oleh Rudi Suryawan, kepala SD Negeri Klenang Lor I, Probolinggo. Rudi dan sembilan kepala SD lain bersepakat meninggalkan LKS dan mulai menerapkan pembelajaran aktif guna meningkatkan literasi dan numerasi siswa.
“Dengan menggunakan LKS yang hanya kumpulan soal itu dikiranya (selama ini) kompetensi murid sudah terpenuhi. Padahal tidak seperti itu. Guru harus menciptakan kegiatan yang dapat memancing daya nalar dan kompetensi anak sehingga dapat berpikir kritis,” terang Rudi, Kamis (30/3/2023) dalam keterangan resmi Yayasan Guru Belajar.
Baca juga: USU Terima 2.303 Mahasiswa Jalur SNBP 2023, Ini Info Daftar Ulangnya
Rudi mengungkapkan, banyak tantangan yang dihadapinya untuk memulai langkah ini. Seperti mindset guru dan orangtua murid. Namun dia tetap teguh pada keputusan ini karena menyadari kompetensi murid Indonesia terkait literasi dan numerasi masih jauh dari harapan.
“Tantangannya adalah, guru beralasan tidak mau ribet. Orangtua murid akan mengatakan, anak-anak tidak mau belajar di rumah kalau tidak membawa LKS. Terus kalau kita menyerah bagaimana nasib anak bangsa ke depan? Sudah saatnya kita bangkit, bersama bahu-membahu,” tegas Rudi.
Pendekatan guru dan orangtua dilakukan dengan mengajak sesi belajar bersama guru dan sesi parenting dengan orang tua murid. Sejauh ini, beberapa guru di sekolahnya juga sudah mulai mengurangi penggunaan LKS dalam proses pembelajaran.
Kesepakatan ini sejalan dengan prinsip merdeka belajar yang telah diserukan oleh pemerintah melalui Kurikulum Merdeka. Sekolah memiliki tujuan untuk mempersiapkan anak berpikir berkelanjutan tidak hanya berprestasi sebatas capaian angka.
Baca juga: 2.125 Mahasiswa Lulus SNBP 2023 di Unand, Ini 10 Prodi Terketat
Rizqy Rahmat Hani yang merupakan Ketua Kampus Pemimpin Merdeka (KPM), mendukung gerakan yang diinisiasi oleh sepuluh kepala sekolah tersebut. Dia mengatakan, sekolah di Indonesia sudah terlalu lama terjebak dalam miskonsepsi belajar.
“Tujuan belajar salah kaprah. Hanya untuk nilai bagus di atas kertas. Guru terus menerus menyuruh murid mengerjakan banyak soal di LKS. Dengan sudah mengerjakan dianggap sudah belajar. Sudah saatnya ada transformasi pembelajaran,” tutur Rizqy.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.