Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kukuhkan 4 Guru Besar, UNJ Tambah 15 Guru Besar Sepanjang 2022

Kompas.com - 20/12/2022, 18:41 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.COM Jelang akhir tahun 2022, Universitas Negeri Jakarta (UNJ) kembali mengukuhkan empat Guru Besar. Pengukuhan empat Guru Besar UNJ ini dilaksanakan pada Selasa, 20 Desember 2022.

Empat Guru Besar yang dikukuhkan berasal dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), dan Fakultas Ekonomi (FE).

Keempat Guru Besar baru UNJ yang dikukuhkan yakni;

  • Prof. Ari Saptono (FE)
  • Prof. Elindra Yetti (FBS)
  • Prof. Dede Rahmat Hidayat (FIP)
  • Prof. Yuli Rahmawati (FMIPA)

Pengukuhan yang digelar secara luring di Kampus A UNJ, Jakarta (20/12/2022) ini merupakan rangkaian prosesi pengukuhan keenam pada tahun 2022  sehingga dalam rentang tahun 2022, UNJ telah mengukuhkan 15 Guru Besar.

"Pencapaian ini patut kita syukuri bersama dan semoga semakin penguatkan peran UNJ menuju kampus yang bereputasi dan terbaik pada tingkat nasional dan dunia," ujar Prof. Komarudin.

Semoga pengukuhan empat orang guru besar hari ini, lanjut Rektor UNJ, mampu menginspirasi para dosen lainnya untuk segera menjadi guru besar.

"Sebab menjadi guru besar merupakan sebuah keniscayaan bagi kita sebagai seorang dosen atau akademisi, menjadi guru besar tidaklah sukar seperti yang digambarkan. Dengan ikhtiar, konsistensi, dan kontinuitas yang tinggi, Insya Allah jalan menjadi guru besar menjadi mudah," jelas Prof. Komarudin.

Baca juga: Unnes Kukuhkan 5 Guru Besar Baru

"Kegigihan itu ditunjukan oleh Prof. Yuli Rahmawati yang membuktikkan dirinya sebagai professor termuda di UNJ," tutup Prof. Komarudin dalam sambutannya.

Pada kesempatan sama, Ketua Senat UNJ Prof. Hafidz Abbas menyampaikan ucapan selamat kepada para Guru Besar yang baru dikukuhkan atas puncak karier akademiknya. "Semoga ilmunya dapat bermanfaat bagi kemajuan UNJ dan Indonesia.” tutup Prof. Hafidz dalam pidatonya.

Orasi ilmiah Guru Besar

1. Prof. Ari Saptono

Orasi ilmiah pertama Guru Besar UNJ disampaikan Prof. Ari Saptono dengan judul “Model Asesmen Pendidikan Ekonomi di Era Digital”.

Prof. Ari yang dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Pendidikan Ekonomi menjelaskan bahwa Revolusi Industri 4.0 atau juga dikenal sebagai era digital disadari maupun tidak, telah berdampak pada dunia pendidikan, khususnya pada bidang pembelajaran dan asesmennya.

Dari berbagai studi yang ada dan ditekuninya, Prof. Ari kemudian merumuskan model asesmen pendidikan ekonomi yang relevan dengan era digital 4.0, di antaranya: (1) asesmen performance; (2) asesmen penugasan; (3) asesmen praktik; dan (4) asesmen proyek.

Guna mendukung keempat model asesmen tersebut, menurut Prof. Ari ada beberapa platform digital yang sangat relevan dipergunakan diantaranya: (1) Kahoot; (2) AnswerGarden; (3) Socrative; (4) Plickers; dan (5) Platform Google Formulir.

2. Prof. Elindra Yetti

Orasi ilmiah kedua disampaikan Prof. Elindra Yetti yang mengangkat judul “Tari Pendidikan sebagai Stimulasi dalam Melejitkan Potensi Anak Usia Dini”.

Prof. Elindra yang dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Pendidikan Seni Tari Anak Usia Dini menjelaskan bahwa tari pendidikan merupakan media yang penting dalam stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Tari pendidikan merupakan kegiatan menari yang mengutamakan kebebasan anak dalam bergerak dan sesuai dengan kemampuan motoriknya.

Dampak dari tarian pendidikan pada anak usia dini diantaranya: mampu mengendalikan perasaan dan pikiran anak, mengembangkan keterampilan komunikasi, kepercayaan diri, mengembangkan keterampilan kolaboratif, hingga melahirkan kemandirian pada anak.

Baca juga: Prof. Aisyah, Guru Besar Unesa yang Jadi Atdikbud di Filipina

 

Menurut Prof. Elindra, kegiatan tari pendidikan juga dapat mengidentifikasi bakat dan minat anak usia dini. Hal ini dapat memberikan solusi bagi orangtua untuk menyalurkan bakat tari anak sejak dini.

3. Prof. Dede Rahmat Hidayat

Orasi ilmiah ketiga disampaikan Prof. Dede Rahmat Hidayat yang berjudul “Memilih Karier adalah Memilih Jalan Kehidupan”.

Prof. Dede yang dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Bimbingan dan Konseling mengatakan bahwa keputusan karier merupakan aspek penting dalam menunjang transisi dari peran masa kanak-kanak dan remaja untuk menjadi bagian dari angkatan kerja dewasa.

Dalam konteks dunia pendidikan program bimbingan karier yang efektif dapat diarahkan kepada pengembangan peserta didik di segala usia sebagai bagian dari proses pendidikan agar mencapai tujuan yang lebih besar yang disebut “kehidupan”.

Bimbingan karier harus terkoneksi dengan belajar untuk hidup. Dengan demikian bimbingan karier sesungguhnya masalah kurikuler yang relevan untuk jenjang Pendidikan dasar maupun Pendidikan menengah.

Berkaca dari pentingnya bimbingan karier, Prof. Dede mengembangkan tiga kelompok kegiatan pengembangan diantaranya: (1) adaptasi dan pengembangan instrumen sebagai dasar bagi program pengembangan program layanan bimbingan dan konseling karier di sekolah; (2) pengembangan program bimbingan dan konseling karier di setiap jenjang Pendidikan; dan (3) pemanfaatan IT dalam layanan bimbingan dan konseling karier.

4. Prof. Yuli Rahmawati

Terakhir, orasi ilmiah Guru Besar UNJ termuda yang dikukuhkan tahun ini, yaitu Prof. Yuli Rahmawati yang mengetengahkan judul: “Pendidikan Kimia Transformatif Menuju Pengembangan Generasi Emas 2045”.

Menurut Prof. Yuli yang dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Pendidikan Kimia mengatakan bahwa tujuan pendidikan kimia selaras dengan tujuan pendidikan nasional menghasilkan generasi muda yang memiliki kecakapan keilmuan dan juga menjadi agent of change (agen perubahan), berkarakter, dan berbudaya menuju generasi emas 2045.

Baca juga: Sosok Prof. Gudono, Calon Besan Jokowi Pernah Jadi Guru Besar UGM

 

Dalam upaya mewujudkan tujuan tersebut, maka diperlukan pendidikan kimia transformatif yang meliputi lima komponen utama, yaitu: (1) kompetensi holistik terintegratif; (2) kurikulum progresif; (3) pendidik reflektif dan transformatif; (4) pembelajaran transformatif; dan (5) penelitian transformatif.

Lima komponen ini didasarkan pada prinsip pendidikan transformatif yaitu critical-self reflections, empowerment yang saling terkait satu sama lain, dan selaras dengan pencapaian kompetensi generasi emas 2045.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com