Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemendikbud Ubah Komponen Penilaian Jalur SNMPTN, Siswa Simak

Kompas.com - 07/09/2022, 15:25 WIB
Angela Siallagan,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.Com - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemedikbudristek) meluncurkan Merdeka Belajar Episode 22: Transformasi Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri, Rabu (7/9/2022).

Mendikbudristek, Nadiem Makarim menyampaikan bahwa peluncuran skema baru seleksi masuk PTN tersebut merupakan upaya dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan tinggi Indonesia.

Sebelumnya, Nadiem sendiri telah melakukan rapat koordinasi mengenai mekanisme seleksi masuk perguruan tinggi bersama beberapa pimpinan perguruan tinggi. Diharapkan, skema baru yang diluncurkan dapat menjadi arah baru transformasi pendidikan tinggi Indonesia yang lebih berkualitas dan menyeluruh.

Baca juga: Nadiem Hapus Tes Mata Pelajaran di SBMPTN, Orangtua: Beban Anak Berkurang

Seperti diketahui bahwa ada tiga seleksi dalam masuk perguruan tinggi yakni seleksi nasional berdasarkan prestasi yang disebut dengan SNMPTN, seleksi nasional berdasarkan tes atau SBMPTN, dan seleksi secara Mandiri oleh PTN sendiri.

Alasan ubah komponen penilaian SNMPTN

Ketentuan sebelumnya seleksi Nasional berdasarkan prestasi yang akrab disebut dengan SNMPTN memisahkan calon mahasiswa berdasarkan jurusan di pendidikan menengah. Pilihan program studinya pun dibatasi berdasarkan pendidikan mereka di sekolah menengah, misalnya IPA atau IPS. Termasuk hanya mata pelajaran tertentu yang dipertimbangkan dalam seleksi.

Nadiem menyebut, hal ini menimbulkan beberapa masalah yakni:

1. Peserta didik tidak punya kesempatan untuk mengeksplorasi minat dan aspirasi kariernya sehingga membatasi fleksibilitas dirinya.

Baca juga: Seleksi Jalur Mandiri PTN Tidak Dihapus, Ini Aturan yang Diubah

2. Hanya mata pelajaran tertentu yang dipertimbangkan dalam seleksi sehingga banyak sekali murid-murid dan guru tidak berfokus pada mata pelajaran secara holistik. Hanya pada beberapa mata pelajaran yang berhubungan dengan program studi tersebut, sehingga menimbulkan sistem pembelajaran yang terpecah-pecah dan tidak holistik.

Padahal, Nadiem mengungkapkan bahwa generasi muda yang sukses di masa depan membutuhkan kompetensi yang holistik dan lintas disipliner.

“Tidak ada pekerjaan di masa depan, pada saat anak-anak keluar dari sistem pendidikan kita yang akan membutuhkan satu ilmu saja. Sebagai contoh, Insinyur perlu ilmu dasar teknik, tapi juga perlu ilmu desain harus mengerti,” tegas Nadiem.

Oleh karena itu, proses seleksi masuk PTN harus mampu mendorong pembelajaran yang menyeluruh dan multidisiplin di jenjang pendidikan menengah. Inilah alasan dilakukannya sebuah perubahan.

Perubahan komponen penilaian SNMPTN

Seleksi nasional berdasarkan prestasi atau SNMPTN ke depannya akan fokus pada pemberian penghargaan yang tinggi atas kesuksesan pembelajaran yang menyeluruh di pendidikan menengah.

“Perubahan terbesar yang dilakukan pada seleksi nasional prestasi adalah kita menambahkan suatu kriteria, minimal 50 persen dari pada kriteria. Itu adalah nilai rata-rata rapor secara keseluruhan dari pada murid tersebut dan sisanya adalah komponen penggali minat dan bakat. Sisanya itu adalah nilai rapor dari dua mata pelajaran pendukung untuk prodi tersebut atau prestasi, dan atau portofolio. Untuk prodi seni dan olah raga,” kata dia.

Baca juga: Nadiem Makarim Hapus Tes Mata Pelajaran pada Jalur SBMPTN

Nadiem melanjutkan bahwa perubahan terbesar yang terjadi dalam hal ini yakni kita ingin memastikan bahwa minimal 50 persen dari pada bobot penilaian dalam jalur seleksi nasional berdasarkan jalur prestasi tersebut adalah minimal 50 persen itu nilai rata-rata rapor secara keseluruhan.

Dengan demikian, setiap murid masih mementingkan pembelajarannya di tingkat sekolah menengah dan tidak mengabaikan atau meninggalkan mata pelajaran-pelajaran lainnya. Namun, PTN tetap bisa menentukan komposisi persentase antara komponen satu dan komponen dua.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com