Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Hilangnya Pembelajaran, UNICEF: Dukung Anak Kembali ke Sekolah

Kompas.com - 11/07/2022, 11:02 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Selama pademi Covid-19 yang berlangsung dua tahun ke belakang, diperkirakan sebanyak 1,6 miliar murid di seluruh dunia terdampak kebijakan penutupan sekolah.

Kondisi ini telah memperparah krisis pembelajaran yang sebelumnya bahkan terjadi kepada anak-anak, terutama pada kelompok rentan yang menghadapi resiko kehilangan pembelajaran (learning loss) yang lebih besar.

Chief of Education, United Nations Children’s Fund (UNICEF), Katheryn Bennett mengatakan bahwa pembelajaran digital memang telah menolong masyarakat global lebih mudah mengakses pembelajaran.

Baca juga: Kalau Guru Berhenti Belajar, Selesai Sudah Pendidikan Indonesia

Tapi, terang dia, anak-anak belajar paling efektif kalau mereka duduk di kelas, berinteraksi dengan guru, dan bergaul dengan teman sekelas.

Itulah mengapa, lanjut Katheryn, pertemuan tatap muka antara guru dan murid, serta murid dengan teman-teman sekolahnya, tidak bisa tergantikan di negara manapun.

“Pembelajaran digital memang telah menolong masyarakat global lebih mudah mengakses pembelajaran. Tapi, kita tahu bahwa anak-anak belajar paling efektif kalau mereka duduk di kelas, berinteraksi dengan guru, dan bergaul dengan teman sekelas. PTM tidak ada gantinya. Ini pentingnya menjaga sekolah tetap buka. Mari kembalikan semua siswa ke sekolah,” tegas Katheryn dilansir dari laman Kemendikbud Ristek.

Penelitian menunjukkan, lanjut Katheryn, semakin lama anak-anak berada di luar sekolah, semakin kecil juga kemungkinan mereka kembali ke sekolah.

“Kita memang belum keluar dari pandemi, tapi kita sudah punya tindakan-tindakan pengamanan (safeguards), pemahaman yang lebih baik tentang virusnya, vaksin, dan lain sebagainya,” urainya.

Katheryn menilai, dampak buruk pandemi tidak hanya pada pembelajaran, tapi juga kualitas hidup anak, terutama karena isolasi dan pembatasan sosial.

Baca juga: Lulusan S1 Mau Jadi Guru? Kemendikbud Buka 40.000 Kuota Calon Guru di PPG

“Kita harus paham bahwa sekolah bukan hanya tempat belajar, tapi tempat anak bersosialisasi dan mengembangkan kedewasaan emosional anak. Kita tidak bisa mengabaikan itu. Dampak learning loss sangat besar, tapi dampak psikososial juga sangat tinggi. Maka itu kita harus berusaha mendukung anak-anak kembali ke sekolah,” tegas Katheryn.

Katheryn mengapresiasi upaya Indonesia yang telah memprioritaskan vaksinasi bagi guru dan tenaga pendidik, sehingga tercipta ruang aman bagi siswa untuk kembali ke sekolah.

“Apalagi, Indonesia akan segera memasuki tahun ajaran baru. Ini pilar penting untuk mengembalikan siswa ke sekolah,” ucap Katheryn yang mengamati bahwa kebanyakan negara di masa pandemi memastikan agar setidaknya murid semua jenjang belajar hal-hal fundamental seperti literasi dan numerasi.

PTM hadirkan lingkungan belajar yang lebih baik bagi murid

Di kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) selaku Ketua Kelompok Kerja Pendidikan G20 (Chair of the G20 Education Working Group), Iwan Syahril menuturkan bahwa pemulihan pendidikan global sangat penting dibahas untuk meraih tujuan pulih bersama.

Baca juga: Kemendikbud Buka Beasiswa S2-S3 bagi Guru dan Tendik, Segera Daftar

Apalagi, lanjut Iwan, Indonesia memimpin Presidensi G20 tahun 2022 dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengemban amanat pemulihan bersama.

“Siswa di seluruh dunia menghadapi masalah akses mendapatkan pembelajaran dan resiko kehilangan pembelajaran atau learning loss. Ini yang harus kita sikapi bersama-sama,” tutur Iwan dalam Silaturahmi Merdeka Belajar (SMB) bertajuk “Pentingnya Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Negara-negara G20” (The Importance of Face-to-Face Learning in G20 Countries), pekan lalu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com