Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen Psikologi Unair: Ini Penyebab Bullying Terjadi pada Remaja

Kompas.com - 21/06/2022, 18:11 WIB
Dian Ihsan

Penulis

"Kalau sudah mengenal bentuk-bentuk bullying, jika mereka melakukan bullying, maka perlu untuk berhenti. Dan sebaliknya, jika seseorang menyadari bahwa korban bully, maka perlu melakukan langkah untuk tidak membiarkan (tindakan) bully itu terus," tegas Tiara.

Pada korban bullying, Tiara menyampaikan pentingnya menyikapi tindakan bullying dengan percaya diri dan menghadapinya dengan kepala tegak.

"Ingat, yang melakukan tindakan tercela adalah pelaku bully, bukan korban. Jadi, yang harusnya merasa bersalah adalah si perundung," ujar dia.

Korban bullying, sambung Tiara, juga perlu mencari bantuan kepada orang-orang yang dapat dipercayanya, seperti orangtua, saudara, guru, atau konselor.

Baca juga: PHK Massal Startup, Pakar Unair: Perusahaan Wajib Beri Pesangon

Selain itu, korban dapat menyimpan bukti-bukti tindakan bullying agar dapat dilaporkan kepada pihak berwajib.

Tiara berpesan, jika seandainya para remaja menyaksikan tindakan bullying, maka dapat melakukan usaha yang bisa mereka lakukan, seperti melerai, mendamaikan atau mencari bantuan baik kepada guru maupun pihak berwenang.

"Bullying itu bisa tumbuh subur karena orang-orang yang ada di sekitar remaja yang menjadi korban bullying itu diam aja," terang dia.

Orangtua juga diharapkan waspada terhadap tindakan bullying pada remaja mengingat tindakan ini dapat terjadi kapanpun, di manapun, pada siapapun, dan oleh siapapun.

Ciri-ciri tindakan bullying

Terdapat beberapa ciri yang dapat menjadi indikasi tindakan bullying. Secara fisik, seperti memar, luka, dan patah tulang.

Sementara bullying secara perilaku, seperti tertutup, kesulitan berbaur, dan self-harm.

Sedangkan secara mental (emosi tak terkontrol, gangguan komunikasi).

Dia berharap, orangtua dapat meminta bantuan pihak sekolah apabila anaknya terindikasi menjadi korban bullying.

Selain itu, mengingat dampak bullying sangat besar terhadap psikis, orangtua juga dapat melibatkan profesional, seperti konselor atau psikolog jika terdapat trauma pada korban.

Baca juga: Guru Besar Unpad: Setiap Perempuan Berisiko Kena Virus Kanker Serviks

"Jangan membiarkan bullying berlarut-larut, sehingga remaja berkemungkinan melakukannya pada orang lain," tegas Tiara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com