Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Abdul Halim Fathani
Dosen

Pemerhati Pendidikan. Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Malang (UNISMA).

Menjadi Pribadi yang Cerdas

Kompas.com - 23/05/2022, 09:20 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Artinya kecerdasan itu bisa berubah dan bisa juga berkembang. Bisa hidup, bahkan bisa juga mati. Tergantung dalam kendali individu kita masing-masing.

Kecerdasan dalam arti yang sangat sederhana adalah suatu kebiasaan individu yang dilakukan secara berulang-ulang.

Contoh: misalnya, siswa A dalam setiap harinya selalu belajar matematika, pagi-siang-sore, bulan pertama-bulan kedua selalu belajar matematika. Maka tidak heran jika siswa tersebut akhirnya menjadi pribadi yang cerdas di bidang matematika.

Demikian juga siswa B, misalnya. Dalam setiap harinya selalu gemar bermain musik di waktu pagi-siang-sore, di rumahnya sendiri, di rumah temannya, bahkan di sekolahnya juga masih menyempatkan bermain musik.

Maka, tidak heran jika siswa B akhirnya menjadi individu yang punya kecerdasan tinggi di bidang musik.

Apakah siswa A tersebut selamanya, kecerdasannya adalah cerdas di bidang matematika? Apakah siswa B tersebut selamanya, juga kecerdasannya di bidang musik?

Bisa iya, bisa juga tidak. Jawabannya adalah tergantung.

Kalau siswa A dan siswa B konsisten sekaligus komitmen menekuni bidang matematika atau bidang musik, ya jawabannya adalah dia akan konsisten di kecerdasannya tersebut.

Namun, jika siswa A, pada masa sekolah SMA lebih menekuni bidang olahraga, misalnya. Sementara pelajaran matematika sudah tidak dipelajari intensif lagi, maka bisa jadi kecerdasan matematika yang dulunya tinggi akan berada di nomor kesekian di bawah kecerdasan kinestetik atau olahraga.

Demikian juga bagi siswa B, ternyata dalam perkembangannya suka mengembangkan skill di bidang menggambar atau melukis. Siswa B juga sering mengikuti pameran lukisan.

Sementara kemampuan musiknya sudah tidak lagi dikembangkan. Walhasil siswa B akhirnya menjadi individu yang cerdas di bidang kecerdasan visual spasial.

Termasuk kita sendiri juga bisa melakukan refleksi diri. Bisa jadi, dulu kita pernah punya kemampuan di bidang tertentu, namun sekarang ternyata kemampuan itu sudah tidak sering lagi kita lakukan untuk pengembangannya.

Begitu sebaliknya, dulu tidak pernah melakukan kemampuan tertentu, ternyata sekarang kita mahir di bidang hal tersebut. Inilah kecerdasan. Suatu kebiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang dan terus-menerus.

Sekarang pertanyaannya dikembalikan kepada diri kita masing-masing, kita mau menjadi pribadi yang cerdas di bidang yang mana?

Kalau ingin cerdas di bidang linguistik, maka kemampuan atau kebiasaan yang mendukung kecerdasan linguistik itu yang harus kita bangun, kita biasakan dalam kegiatan kita sehari-hari.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com