Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IKN Berpotensi Krisis Air Bersih, Pakar Unair: Perlu Pengelolaan Tepat

Kompas.com - 29/04/2022, 13:00 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Di tengah euphoria pembangunan Kawasan Ibu Kota Negara Baru (IKN), Penajam Paser Utara (PPU) Kalimantan Timur diduga berpotensi mengalami krisis air bersih, utamanya air kelas 1 dan 2.

Sebab, kondisi geografis di daerah IKN mayoritas memiliki tanah gambut. Selain itu, banyaknya industri ekstraktif mengakibatkan sumber air tanah di sana tidak layak untuk dikonsumsi atau digunakan sehari-hari.

Menanggapi hal ini, Dosen Fakultas Sains dan Teknologi UNAIR Dr Nurina Fitriani ST, menilai potensi IKN mengalami krisis air bersih sangatlah rendah apabila dikelola dengan tepat.

Pasalnya, sumber air bersih tidak hanya didapatkan melalui air tanah saja melainkan bisa diperoleh dari pengolahan air permukaan, air hujan, bahkan air laut.

Baca juga: 5 Alasan Pasangan Selingkuh, Ini Penjelasan Sosiolog Unair

Bila diselisik dari tingkat curah hujan di daerah ini, IKN memiliki curah hujan tahunan yang tergolong sangat tinggi yakni 2.223 milimeter dan air permukaan baik itu sungai, embung, maupun waduk yang cukup banyak.

Menurut Nurina, banyaknya sumber air bersih tersebut bisa digunakan untuk memenuhi ketersediaan air bersih apabila dikelola dengan baik.

Nurina berharap, nantinya pengembangan IKN tetap berpegang teguh pada tiga konsep yang sudah tertuang dalam UU No 3 Tahun 2022 yakni kota hutan, kota spons, dan kota cerdas.

“Karena solusi permasalahan air ini ada pada dua dari tiga konsep pengembangan IKN, yakni kota hutan dan kota spons,” jelas dosen Departemen Biologi FST Unair tersebut seperti dilansir dari laman Unair.

Tingkatkan cadangan air melalui kota hutan

Berbicara mengenai cadangan air dalam tanah, maka tidak terlepas dari adanya hutan. Hal itu terjadi karena hutan merupakan regulator dalam sistem hidrologi. Hutan dapat menyimpan dan menyaring serta membersihkan air untuk disimpan dalam akuifer. Maka, Nurina menegaskan pentingnya kota hutan di IKN.

Baca juga: 5 Ciri Orang Cerdas Bukan Hanya Dilihat dari IQ, Kamu Punya Ciri-cirinya?

“Oleh karena itu, pembangunan yang merujuk pada konsep kota hutan adalah salah satu upaya untuk menjamin ketersediaan air bersih di IKN nantinya,” imbuhnya.

Ia juga berharap, wilayah hutan yang saat ini mendominasi hampir 80 persen dari wilayah IKN nantinya dibiarkan tetap alami guna mendukung ketersediaan air di Wilayah IKN.

“Biarkan tetap alami dan terjaga, jangan dibabat kemudian dialihfungsikan untuk hutan sawit,” tandasnya.

Kota spons sebagai sarana pemanfaatan tingginya curah hujan

Kota spons sendiri merupakan model konstruksi perkotaan guna menjaga air hujan agar tidak langsung bermuara ke laut.

“Yakni melalui pembangunan embung dan sumur resapan air,” ungkapnya.

Oleh karena itu, Menurut Nurina, konsep kota spons sangat cocok diterapkan di wilayah IKN yang memiliki curah hujan sangat tinggi.

Nantinya, dalam skala rumah tangga, penghuni akan dihimbau melakukan rainwater harvesting atau mengumpulkan dan menyimpan air hujan.

Baca juga: 5 Program Beasiswa S1-S2 Inggris, Beri Biaya Kuliah hingga 100 Persen

Bukan hal yang mustahil, lantaran metode ini sudah diaplikasikan di beberapa negara, seperti China, Spanyol, Belgia, dan India.

Dalam metode rainwater harvesting, air hujan yang telah dikumpulkan bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari cukup dengan metode filtrasi sederhana.

“Filter dapat dibuat dari bahan yang bisa dijumpai di rumah seperti genteng, pasir, arang, kerikil, ijuk dan batu-batuan dan air hasil penyaringan sudah bisa langsung digunakan untuk keperluan sehari-hari namun tidak untuk diminum secara langsung,”paparnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com