Misalnya, pengembangan karakter dasar disiplin, jika sejak usia dini anak diajarkan untuk disiplin dan orang tua juga konsisten untuk disiplin maka disiplin akan menjadi kebiasaan anak. Tahap tersebut akan berhasil jika orangtua bisa menjadi model atau memberikan teladan bagi anak-anak.
Baca juga: 20 Prodi Saintek dan Soshum Punya Keketatan Tertinggi di SNMPTN 2022
Apabila keluarga mempunyai struktur yang kokoh dan menjalankan semua fungsinya dengan optimal, maka akan menghasilkan outcome yang baik pada seluruh anggota keluarganya. Dalam perspektif ekologi perkembangan, pola asuh orangtua juga akan mempengaruhi perkembangan karakter anak.
Sub sistem yang juga tidak kalah penting bagi perkembangan mental karakter anak khususnya remaja yakni teman sebaya. Teori ekologi perkembangan menganggap bahwa karakteristik teman sebaya akan berpengaruh pada karakter dan perilaku anak.
Hubungan pribadi yang berkualitas memberikan stabilitas, kepercayaan, dan perhatian, dapat meningkatkan rasa kepemilikan, harga diri dan penerimaan diri siswa, serta memberikan suasana yang positif untuk pembelajaran (Mujahidah, 2015).
Selanjutnya, perlu dilihat juga dari budaya lingkungan individu. Dalam hal ini proses pewarisan budaya termasuk didalamnya karakter anak dilakukan dengan tahap institusionalisasi, sosialisasi, internalisasi dan kontrol yang berlangsung dalam suatu sistem. (Na’imah,2012).
Eksosistem merupakan sistem sosial yang lebih besar di mana anak tidak berfungsi secara langsung. Sub sistemnya terdiri dari pengalaman-pengalaman dalam setting sosial lain di mana anak tidak memiliki peran yang aktif tetapi mempengaruhi.
Misalnya masalah kinerja orangtua di tempat kerja berpengaruh pada pola komunikasi dengan anak, pengalaman pendidikan orangtua mempengaruhi hubungan orangtua dengan anaknya.
Baca juga: Pakar Unair: Urun Dana Rakyat untuk IKN Sangat Berat
Makrosistem merupakan lapisan terluar dari lingkungan anak. Sub sistemnya terdiri dari kebudayaan, adat istiadat dan hukum di mana individu berada. Hal ini terjadi karena kebudayaan mengacu pada pola perilaku, keyakinan dan semua produk lain dari sekelompok manusia yang diteruskan dari generasi ke generasi.
Prinsip-prinsip yang ada dalam lapisan makrosistem akan berpengaruh pada keseluruhan interaksi semua lapisan. Misalnya, jika kebudayaan menggariskan bahwa orangtua bertanggung jawab membesarkan anak-anaknya, maka hal ini mempengaruhi struktur dimana orangtua akan menjalankan fungsi psikoedukasinya (Na’imah,2012).
Sebagai seorang mahasiswa yang perlu mempersiapkan diri untuk memberikan kontribusi dalam masyarakat, sangat diperlukan untuk menanamkan atau mempertahankan mindset yang tangguh dalam diri. Kunci pertama untuk menjadi seorang mahasiswa yang tangguh dan sukses yakni terletak pada potensi diri.
Mahasiswa perlu untuk terlebih dahulu menemukan potensi diri mereka dan kemudian berkomitmen penuh untuk menjalani hal tersebut.
Kunci berikutnya ialah mahasiswa perlu menetapkan apa tujuan hidup yang ingin diraih dan harus memetakan bagaimana cara meraih tujuan tersebut (dalam Perisha, 2015).
Dhian (2016) juga menuliskan beberapa mindset mahasiswa tangguh yang penting ditanamkan dalam diri mahasiswa.
Baca juga: Mau Daftar KIP Kuliah? Ini 6 Fakta Menarik yang Perlu Kamu Tahu
Pertama, tidak mudah menyerah. Perlu disadari bahwa hidup merupakan proses belajar sepanjang masa. Pasalnya, ketika telah memutuskan menjadi mahasiswa, akan ada banyak sekali tantangan untuk ditaklukkan dan perlu adanya kemauan keras serta mental pantang menyerah untuk dapat melewati fase ini.
Kedua, miliki manajemen waktu yang baik. Siap menjadi mahasiswa berarti siap pula menyelesaikan semua kewajiban sekaligus meningkatkan skill personal. Pastinya, dibutuhkan manajemen waktu yang baik agar semua tujuan bisa dicapai.