Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Andaru Psikologi Untar
Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

Kolom bincang masalah mahasiswa bersama Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara.

Andaru memiliki makna yang sarat akan kebahagiaan. Kolom ini mengajak pembaca membahas masalah seputar kehidupan mahasiswa, baik terkait akademik maupun non-akademik.

Bagi pembaca yang ingin berkonsultasi lebih lanjut, silahkan menghubungi Pusat Bimbingan & Konsultasi Psikologi (PBKP) Untar melalui kontak: 081292926276, email layanan: konsul.psikologi@untar.ac.id

Fakultas Psikologi Untar memiliki program sarjana, magister, dan profesi.

Lokasi: Jl. Letjen S. Parman No.1, Jakarta Barat. Website: http://untar.ac.id

Generasi Boleh Berubah, Sifat Tangguh Mahasiswa Harus Dipertahankan

Kompas.com - 31/03/2022, 21:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
Editor Dian Ihsan

Oleh: Sherly (Mahasiswa Program Studi Psikologi Profesi Jenjang Magister, Universitas Tarumanagara) | Dr. Naomi Soetikno, M.Pd., Psi (Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara)

KOMPAS.com - Sebagai kaum intelektual dan anggota mayarakat yang punya nilai tambah, mahasiswa mampu memperankan diri secara profesional dan proporsional di masyarakat atau dunia pendidikan.

Peran mahasiswa tidak sekedar kegiatan pembelajaran di bangku perkuliahan, tetapi bisa lebih dari itu.

Baca juga: Perilaku Phubbing pada Mahasiswa Generasi Z: Dampak dan Penanganan

Idealnya, mahasiswa menjadi panutan dalam masyarakat, berlandaskan dengan pengetahuannya, tingkat pendidikannya, norma-norma yang berlaku di sekitarnya, dan pola berpikirnya (Cahyono, 2019).

Maka itu, tidak heran apabila di masa-masa perkuliahan, mahasiswa mungkin akan mengalami banyak tantangan. Namun, ketika seseorang terus belajar dan memperbanyak pengalaman, mahasiswa akan bisa menjadi pribadi yang tangguh dan sukses.

Kuliah bukan hanya soal nilai dan IPK tinggi, melainkan ada banyak hal yang bisa dipelajari untuk menambah pengalaman dan meningkatkan keterampilan diri agar berguna di masa depan (Zulfikar, 2021).

Baru-baru ini, masyarakat kita tengah diramaikan lahirnya generasi stroberi (strawberry generation) yang pertama kali diamati di negara Taiwan.

Menurut Prof. Rhenald Kasali, generasi stroberi ini merupakan generasi yang penuh dengan gagasan kreatif tetapi mudah menyerah dan gampang sakit hati, ibarat potret buah stroberi yang nampak secara tampilan eksotis, tapi begitu dipijak atau dibenturkan, buah itu akan begitu mudah untuk hancur.

Definisi ini dapat kita lihat melalui taman sosial media kita hari ini. Begitu banyak gagasan-gagasan kreatif yang dilahirkan oleh anak-anak muda dan juga tidak kalah banyak keluhan resah penggambaran suasana hati yang dirasakan oleh anak muda (Neldi, 2021).

Baca juga: Sosok Sheinna, Lulusan Terbaik ITS dengan IPK 3,99

Banyak faktor yang dapat dipertimbangkan untuk mencari tahu cikal-bakal dari melembeknya mental anak muda masa kini. Apabila ditinjau berdasarkan teori ekologi Bronfenbrenner, teori ini memandang bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh konteks lingkungan.

Namun, individu secara personal bukanlah makhluk yang pasif dikuasai oleh lingkungan, tapi ada aspek biopsikologi yang berkembang dalam diri individu yang turut memberikan banyak pengaruh dalam membentuk perkembangan kogintif dan emosi individu.

Hubungan timbal balik antara individu dengan lingkungan yang akan membentuk tingkah laku individu tersebut.

Teori ekologi memandang perkembangan anak dari tiga sistem lingkungan yaitu mikrosistem, eksosistem, dan makrosistem. Ketiga sistem tersebut membantu perkembangan individu dalam membentuk ciri- ciri fisik dan mental tertentu (Mujahidah, 2015).

Mikrosistem adalah sub sistem yang mempunyai interaksi langsung dengan individu, yaitu terdiri dari keluarga, teman-teman sebaya, sekolah dan lingkungan. Sebagai sub sistem keluarga yang paling dekat dengan anak, keluarga berperan besar dalam pembentukan karakter anak.

Sangat penting bagi keluarga untuk mendidik, mengasuh, dan mensosialisasikan semua nilai-nilai yang baik. Idealnya, pendidikan karakter diterapkan sejak usia dini. Pengembangan karakter melalui orangtua bisa dilakukan melalui tahap pengetahuan (knowing) dan tindakan (acting) menuju kebiasaan (habit).

Misalnya, pengembangan karakter dasar disiplin, jika sejak usia dini anak diajarkan untuk disiplin dan orang tua juga konsisten untuk disiplin maka disiplin akan menjadi kebiasaan anak. Tahap tersebut akan berhasil jika orangtua bisa menjadi model atau memberikan teladan bagi anak-anak.

Baca juga: 20 Prodi Saintek dan Soshum Punya Keketatan Tertinggi di SNMPTN 2022

Apabila keluarga mempunyai struktur yang kokoh dan menjalankan semua fungsinya dengan optimal, maka akan menghasilkan outcome yang baik pada seluruh anggota keluarganya. Dalam perspektif ekologi perkembangan, pola asuh orangtua juga akan mempengaruhi perkembangan karakter anak.

Sub sistem yang juga tidak kalah penting bagi perkembangan mental karakter anak khususnya remaja yakni teman sebaya. Teori ekologi perkembangan menganggap bahwa karakteristik teman sebaya akan berpengaruh pada karakter dan perilaku anak.

Hubungan pribadi yang berkualitas memberikan stabilitas, kepercayaan, dan perhatian, dapat meningkatkan rasa kepemilikan, harga diri dan penerimaan diri siswa, serta memberikan suasana yang positif untuk pembelajaran (Mujahidah, 2015).

Selanjutnya, perlu dilihat juga dari budaya lingkungan individu. Dalam hal ini proses pewarisan budaya termasuk didalamnya karakter anak dilakukan dengan tahap institusionalisasi, sosialisasi, internalisasi dan kontrol yang berlangsung dalam suatu sistem. (Na’imah,2012).

Eksosistem merupakan sistem sosial yang lebih besar di mana anak tidak berfungsi secara langsung. Sub sistemnya terdiri dari pengalaman-pengalaman dalam setting sosial lain di mana anak tidak memiliki peran yang aktif tetapi mempengaruhi.

Misalnya masalah kinerja orangtua di tempat kerja berpengaruh pada pola komunikasi dengan anak, pengalaman pendidikan orangtua mempengaruhi hubungan orangtua dengan anaknya.

Baca juga: Pakar Unair: Urun Dana Rakyat untuk IKN Sangat Berat

Makrosistem merupakan lapisan terluar dari lingkungan anak. Sub sistemnya terdiri dari kebudayaan, adat istiadat dan hukum di mana individu berada. Hal ini terjadi karena kebudayaan mengacu pada pola perilaku, keyakinan dan semua produk lain dari sekelompok manusia yang diteruskan dari generasi ke generasi.

Prinsip-prinsip yang ada dalam lapisan makrosistem akan berpengaruh pada keseluruhan interaksi semua lapisan. Misalnya, jika kebudayaan menggariskan bahwa orangtua bertanggung jawab membesarkan anak-anaknya, maka hal ini mempengaruhi struktur dimana orangtua akan menjalankan fungsi psikoedukasinya (Na’imah,2012).

Sebagai seorang mahasiswa yang perlu mempersiapkan diri untuk memberikan kontribusi dalam masyarakat, sangat diperlukan untuk menanamkan atau mempertahankan mindset yang tangguh dalam diri. Kunci pertama untuk menjadi seorang mahasiswa yang tangguh dan sukses yakni terletak pada potensi diri.

Mahasiswa perlu untuk terlebih dahulu menemukan potensi diri mereka dan kemudian berkomitmen penuh untuk menjalani hal tersebut.

Kunci berikutnya ialah mahasiswa perlu menetapkan apa tujuan hidup yang ingin diraih dan harus memetakan bagaimana cara meraih tujuan tersebut (dalam Perisha, 2015).

7 mindset yang harus ditanamkan ke mahasiswa

Dhian (2016) juga menuliskan beberapa mindset mahasiswa tangguh yang penting ditanamkan dalam diri mahasiswa.

Baca juga: Mau Daftar KIP Kuliah? Ini 6 Fakta Menarik yang Perlu Kamu Tahu

Pertama, tidak mudah menyerah. Perlu disadari bahwa hidup merupakan proses belajar sepanjang masa. Pasalnya, ketika telah memutuskan menjadi mahasiswa, akan ada banyak sekali tantangan untuk ditaklukkan dan perlu adanya kemauan keras serta mental pantang menyerah untuk dapat melewati fase ini.

Kedua, miliki manajemen waktu yang baik. Siap menjadi mahasiswa berarti siap pula menyelesaikan semua kewajiban sekaligus meningkatkan skill personal. Pastinya, dibutuhkan manajemen waktu yang baik agar semua tujuan bisa dicapai.

Ketiga, terus upgrade diri, terutama tentang teknologi. Diakui atau tidak, mampu mengoperasikan berbagai teknologi terkini dengan baik merupakan salah satu cara bertahan paling ampuh di era digital.

Keempat, manfaatkan setiap kesempatan. Dunia kampus adalah dunia yang menawarkan banyak kesempatan. Dari kesempatan itu, kita tidak hanya akan mendapat pengalaman baru tetapi juga relasi yang lebih luas.

Kelima, peka membaca situasi. Menjadi mahasiswa juga membutuhkan kepekaan terhadap sekitar. Hal ini diperlukan agar kita bisa memberikan reaksi yang tepat dalam berbagai kondisi yang terjadi. Peka membaca situasi juga akan memudahkan ketika terjun di dunia kerja nantinya.

Keenam, fleksibel. Dunia kampus akan mempertemukan berbagai mahasiswa yang berasal dari latar belakang berbeda-beda. Bersikap fleksibel akan membuat mahasiswa semakin kaya wawasan.

Baca juga: KIP Kuliah UTBK-SBMPTN 2022 Masih Dibuka, Kuliah Gratis di PTN dan PTS

Ketujuh, fokus. Fokus akan membawa diri mencapai tujuan yang ingin dicapai. Pancangkan tujuan awal sejak awal masuk kuliah dan tanamkan pada diri sendiri untuk harus mencapai tujuan itu meski harus bekerja keras.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com