Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar UGM: Varian Omicron Lebih Ringan, tapi Jangan Disepelekan

Kompas.com - 08/02/2022, 13:21 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Tingginya kasus aktif Covid-19 di Indonesia patut diwaspadai akibat munculnya jenis baru varian Omicron.

Sebab, varian Omicron memiliki daya tular lebih cepat dari varian-varian sebelumnya membuktikan bahwa pandemi belum akan segera berakhir.

Baca juga: Ditutup Sore Ini, Ayo Daftar Akun LTMPT Sekolah dan PDSS SNMPTN 2022

Meski tidak seganas varian Delta, tetap saja varian Omicron dapat memberikan risiko pada mereka yang rentan, manula, lansia, anak-anak, pasien dengan komorbid, dan mereka yang tidak mendapatkan vaksin karena alasan kesehatan.

Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Genetik FKKMK Universitas Gadjah Mada (UGM) Gunadi mengimbau masyarakat untuk tetap waspada akan varian Omicron karena transmisinya sangat cepat.

Kecepatan penularan ini dibuktikan varian Omicron akan mengganti varian Delta hampir di semua negara, termasuk Indonesia.

"Tetap waspada tetapi jangan berlebihan. Ini harus menjadi perhatian karena ada kemungkinan akan mereinfeksi terhadap mereka yang sudah vaksin full dosis, apalagi mereka yang rentan, lansia, manula, anak-anak, dan mereka yang tidak vaksin," ucap dia, dilansir dari laman UGM, Selasa (8/2/2022).

Dikutip dari beberapa pendapat yang sudah ada, Gunadi mengakui kecepatan penularan varian Omicron 5 kali lebih cepat menular dibanding varian Delta.

Padahal, banyak pihak tahu bila varian Delta memiliki penularan lebih cepat dibanding varian Alpha dan varian sebelumnya.

Baca juga: Ini Cara Daftar Akun LTMPT untuk SNMPTN 2022

Selain itu, varian Omicron memiliki kemampuan mereinfeksi pada pasien yang sudah divaksin maupun pasien penyintas.

Hal-hal itulah yang kemudian patut diwaspadai dan menjadi faktor utama varian Omicron menguasai lebih cepat penyebarannya di Indonesia.

"Untuk mencapai jumlah yang sama, varian Delta perlu berminggu-minggu, sementara varian Omicron dalam hitungan hari. Sehingga mendekati benar jika kemungkinan puncak prediksi akan terjadi di akhir Februari sampai pertengahan Maret," ucap dia.

Sama dengan varian sebelumnya, varian Omicron muncul di Indonesia berasal dari luar negeri.

Meski begitu, sudah tidak relevan lagi membahasnya tetapi yang terpenting bagaimana seluruh komponen bangsa menyikapi fenomena transmisi lokal yang sedemikian cepat menyebar saat ini.

Kemenkes jauh lebih siap hadapi varian Omicron

Gunadi pun mengakui sangat sulit mencegah mobilitas dan riwayat perjalanan varian Omicron dan varian sebelumnya.

Sebab, memang awalnya dari luar dan setelah masuk baru mengalami transmisi lokal.

Sebagian besar pada umumnya mereka tidak bergejala (OTG).

Baca juga: Lion Air Buka Lowongan Kerja Lulusan S1 dari Banyak Jurusan

"Tanpa disadari sudah terkena, tidak melalukan testing dan tracing, dan biasanya tidak ketahuan kalau dirinya membawa virus. Untuk Indonesia saat ini kecepatan penularan sudah dipastikan dari transmisi lokal," tutur dia.

Meski jumlah terpapar varian Omicron meningkat dari hari ke hari, Gunadi menilai pemerintah atau Kementerian Kesehatan (Kemenkes) saat ini jauh lebih siap.

Berbekal pengalaman saat menghadapi varian Delta, Kemenkes telah menyampaikan kesiapan terkait hospitalisasi dalam menghadapi varian Omicron.

"Setidaknya kementerian kesehatan memang sudah menganjurkan untuk yang ringan atau tidak bergejala (OTG) sebaiknya diisolasi terpusat atau isolasi mandiri sehingga rumah sakit fokus untuk mereka yang kritis atau berat," urai dia.

Sementara sebagai upaya pengendalian penularan yang cepat, Gunadi menuturkan pemerintah semestinya juga bisa mengambil manfaat keberhasilan pengalaman sebelumnya.

Kebijakan pembatasan sewaktu menghadapi gelombang varian Delta bisa dijadikan pertimbangan untuk pengendalian tingginya penularan varian Omicron saat ini.

Pemerintah jangan abai penyebaran varian Omicron

Dengan mempertimbangkan aspek kesehatan dan lainnya, perlu kiranya pemerintah mengambil langkah kebijakan sama, seperti saat menghadapi varian Delta.

Artinya, aktivitas masyarakat betul-betul dibatasi agar varian Omicron tidak menyebar secara cepat.

Baca juga: Wings Group Buka Lowongan Kerja Lulusan S1/S2, Ini Syaratnya

"Setop aktivitas beberapa minggu. Memang tidak langsung kelihatan, tetapi setelah beberapa bulan terlihat turun, dan itu perlu dilakukan kembali," papar Gunadi.

Terkait hal itu, dia pun mengusulkan ke pemerintah pusat untuk mengeluarkan semacam Surat Edaran sebagai panduan untuk daerah-daerah dalam upaya mengurangi penularan.

Sehingga, jika pemerintah daerah perlu melakukan pembatasan aktivitas masyarakat memiliki panduan yang jelas.

Menurut Gunadi, bila dilihat gejalanya varian Omicron memang lebih ringan dari Delta.

Dengan hospitalisasi tidak setinggi sewaktu varian Delta, bukan berarti pemerintah dan masyarakat abai.

Indonesia bisa belajar dari data yang terjadi di Amerika Serikat (AS) saat ini.

Data di AS saat ini memperlihatkan hospitalisasinya jauh lebih tinggi dibanding saat varian Delta.

Baca juga: BRIN Buka Lowongan Kerja Tahun 2022, Ayo Daftar

"Di AS seperti itu, bagaimana dengan Indonesia? Sampai saat ini hospitalisasinya memang belum tinggi, tapi jangan abai karena pengalaman beberapa negara termasuk Australia dan beberapa negara maju lainnya ternyata sudah terdampak dengan varian Omicron, padahal sistem kesehatan mereka jauh lebih siap dibanding kita," tutup dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com