Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei Penelitian Ukrida: Sudahkah Kampus Merdeka Memerdekakan Mahasiswa?

Kompas.com - 25/12/2021, 17:58 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida) melakukan penelitian untuk mengetahui apakah program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Kemendikbid Ristek memang mampu memerdekakan mahasiswa seperti tagline yang diusung.

Tim penelitian Ukrida dipimpin Lidia Sandra, Wakil Rektor I Bidang Pengembangan Akademik, Inovasi, Kerjasama dan SDM dan berlangsung selama bulan Desember 2021.

Melalui rilis resmi (24/12/2021), Lidia menjelaskan penelitian menggunakan mixed method (kuantitatif dan kualitatif) dan juga didukung systematic literature review.

Survei bertajuk "Bentuk Kegiatan Pembalajaran Merdeka Belajar Kampus Merdeka" melibatkan dosen dan mahasiswa, dengan total partisiapan sebanyak 745 mahasiswa.

"Penelitian ini adalah bagian dari pelaksanaan hibah penelitian pengabdian masyarakat berupa bantuan pendanaan program kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka berbasis hasil penelitian dan purwarupa PTS,” jelas Lidia Sandra.

Kepuasan mahasiswa terhadap program MBKM

Lidia menjelaskan, pertanyaan diberikan adalah seputar pengetahuan tentang MBKM, bagaimana pelaksanaan MBKM dan manfaat program MBKM yang dirasakan.

Hasilnya, responden baik dosen maupun mahasiswa memberikan tanggapan positif atas kegiatan MBKM dan melihat berbagai Bentuk Kegiatan Pembelajaran MBKM yang dilaksanakan Pemerintah telah mampu memerdekakakn mahasiswa.

Selain itu, program MBKM berdasarkan responden juga memberikan banyak tambahan kompetensi untuk siap menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian.

Sisi lain, hasil survei juga menunjukkan masih ada dosen dan mahasiswa belum mengetahui secara menyeluruh manfaat dari program MBKM.

Baca juga: Puluhan Ribu Mahasiswa Perguruan Tinggi Sudah Ikut Kampus Merdeka

 

"Kami kemudian melakukan visualisasi data dan pengolahan data kuantitatif serta kualitatif dari hasil wawancara dan focus group discussion pada mahasiswa sejak 22-23 Desember 2021 lalu," ujar Fredicia, anggota tim peneliti untuk visualisasi data.

Hasil penelitian menunjukkan keputusan untuk mengikuti atau terlibat dalam program MBKM, paling banyak dipengaruhi aspek sosial peserta seperti keinginan untuk merasakan pengalaman di bidang lain selain bidang kuliahnya.

"Alasan lain, mahasiswa ingin berkontribusi kepada masyarakat, ingin merasakan tantangan baru dan ingin eksis dan karena teman-temannya ikut dalam program MBKM," jelas Gatot Gunarso, anggota tim peneliti.

Terkait kepuasan mahasiswa terhadap program MBKM, secara positif dipengaruhi partisipasi mahasiswa. Adanya partisipasi dari mahasiswa meningkatkan kemungkinan kepuasan yang tinggi terhadap program MBKM.

Pengaruh sosial yang positif idealnya didapatkan mahasiswa saat akan memutuskan untuk mengikuti program dan berlanjut pada saat melaksanakan program.

Bahkan hingga setelah melaksanakan program masih diperoleh tingkat hasil kepuasan yang tinggi dan berkesinambungan. Hal ini antara lain disebabkan kepuasan yang tercapai ketika harapan sesuai dengan kenyataan yang diterima.

Apabila pengaruh sosial yang positif tidak berlanjut hingga ke akhir pelaksanaan program MBKM, maka akan ada peluang munculnya persepsi negatif mahasiswa terhadap program akibat ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan.

Hasil penelitian juga merujuk hasil bahwa kerja sama antara seluruh stake holder dalam pelaksanaan program MBKM sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan sosial yang berpengaruh positif terhadap motivasi mahasiswa dalam mengikuti program.

Hal ini tentu tidak mudah untuk dilakukan, namun persepsi positif dan komitmen bersama dalam melaksanakan program MBKM dapat menjadi kunci keberhasilan dalam pemenuhan harapan mahasiswa terhadap program MBKM dan berujung pada kepuasan yang tinggi.

Penelitian ini juga menemukan bahwa kunci keberhasilan dari implementasi MBKM di perguruan tinggi ada pada kombinasi dari dua strategi, yaitu kombinasi antara kolaborasi dan transformasi digital.

Kolaborasi disini juga diperluas bukan sebatas hanya dosen dengan mahasiswa, namun juga dengan dunia industri. Sedangkan transformasi digital bicara tentang bagaimana perguruan tinggi mampu menciptakan ekosistem digital yang menunjang proses belajar-mengajar yang fleksibel dan kolaboratif.

Baca juga: Perjalanan Kampus Merdeka sejak Diluncurkan Januari 2020

Dari kombinasi kedua strategi tersebut, pengalaman pembelajaran yang diterima oleh para anak didik akan mengarah pada student centered dan experiential melalui pendekatan partisipatif dan kolaboratif yang menekankan pada pembahasan studi kasus dan projek yang mensimulasikan permasalahan riil lapangan.

Oleh karenanya, perguruan tinggi dituntut mampu mencetak peserta didik yang siap menghadapi era transformasi digital.

Melihat peran perguruan tinggi sebagai gateway ilmu pengetahuan dan pilar utama untuk menghasilkan talenta dengan kompetensi digital berkualitas, maka transformasi jelas bukan sebuah opsi namun keharusan untuk mempertahankan eksistensi dan keberlanjutan dari perguruan tinggi itu sendiri.

"Strategi tahap awal yang dilakukan sebagai tindak lanjut penelitian ini adalah dengan membuat prototype kerangka kerja yang menentukan dimensi cakupan dan prioritas dari transformasi digital yang akan dilakukan," pungkas Marcel menutup sesi wawancara dalam Penelitian dalam Pendaanaan Program Penelitian Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka berbasis Hasil Penelitian dan Purwarupa PTS Ditjen Diktiristek 2021.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com