Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendikbud Ristek: Intoleransi Tak Boleh Ada di Pendidikan Indonesia

Kompas.com - 18/11/2021, 16:45 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek), Nadiem Makarim menyampaikan komitmennya terkait bentuk intoleransi tidak akan dibiarkan terjadi dalam sistem pendidikan Indonesia.

"Prakondisi dari pembelajaran adalah perasaan aman psikologis bagi para murid dan guru-gurunya," ucap dia melansir laman Kemendikbud Ristek, Kamis (18/11/2021).

Baca juga: Nadiem Makarim Minta Korban Kekerasan Seksual di Kampus Buka Suara

Nadiem mengatakan, hubungan psikologis antara guru, orang tua, dan teman di sekitar kampus, memegang peranan penting dalam keberlangsungan ekosistem pembelajaran yang kondusif.

Oleh karena itu, ekosistem yang tidak kondusif seperti hal-hal intoleran yang terjadi didalamnya, tidak boleh dibiarkan ada di lingkungan pendidikan.

"Masa depan dia (korban) terancam, dengan adanya trauma yang diakibatkan dosa besar tersebut," ujar dia.

Terkait Asesmen Nasional (Asesmen Nasional), kebijakan ini adalah inisiatif Kemendikbud Ristek dalam mewujudkan lingkungan belajar yang bebas dari diskriminatif.

Dalam menghasilkan pemetaan yang objektif, mekanisme AN dilakukan melalui teknik sampling untuk mengambil data yang dibutuhkan.

Pertanyaan yang tersaji tidak hanya sebatas numerasi dan literasi, tapi survei karakter dan lingkungan belajar.

Mendikbud Ristek menyampaikan bahwa pada AN, murid dan guru akan ditanyakan mengenai nilai pancasila dan tingkat keamanan mereka di lingkungan sekolah.

Baca juga: Kemendikbud Ristek Salurkan Kuota Gratis ke 21,29 Juta Penerima

Dengan demikian, upaya mewujudkan profil pelajar pancasila, khususnya keimanan, ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, akhlak mulian, serta kebinekaan global dapat tercapai.

Selanjutnya, kebijakan kementerian juga merambah pada nilai-nilai keberagaman dan toleransi.

Hal ini terlihat pada program Kampus Merdeka dan pertukaran pelajar baik di dalam negeri maupun luar negeri.

"Mereka (mahasiswa) akan praktik langsung mengenai toleransi dalam kerukunan antaragama (dari program ini)," jelas dia.

Nadiem menyebut, berbagai cara dapat dilakukan untuk menanamkan toleransi.

"Guru dapat dijadikan panutan dalam bertoleransi yang ditujukan kepada anak didiknya untuk merangkul seluruh keberagaman yang ada," ungkap dia

Dia menambahkan, Kemendikbud Ristek selalu memperjuangkan hak-hak kemerdekaan beragama, baik itu bagi peserta didik dan tenaga pendidik.

Salah satu tujuan transformasi Merdeka Belajar adalah profil pelajar pancasila.

Baca juga: Mendikbud Ristek: 3 Sanksi bagi Pelaku Kekerasan Seksual di Kampus

"Dualisme nilai profil pelajar pancasila, keimanan Ketuhanan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, serta berkebinekaan global, menjadi esensi kemanusiaan untuk dapat berkompetisi dan berinteraksi dalam dunia global," tutup Mendikbud Ristek.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com