Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gerakan Sekolah Menyenangkan Perkuat Transformasi Pendidikan Akar Rumput

Kompas.com - 07/11/2021, 20:32 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) meyakini transformasi pendidikan datang dari gerakan akar rumput dalam penguatan ekosistem yang menumbuhkan semangat gotong royong dan saling berbagi.

Inilah yang mendorong GSM menggelar beberapa workshop dalam rangka akselerasi transformasi pendidikan.

Salah satunya workshop yang digelar untuk 98 kepala sekolah SMK Pusat Keunggulan di Magelang 1-5 November 2021. Workshop di Magelang ini merupakan batch terakhir dari rangkaian lima batch yang dilaksanakan sejak bulan Oktober awal di Yogyakarta, Solo dan Magelang.

Total peserta yang telah dilatih dalam Workshop Penguatan Ekosistem SMK melalui GSM bagi Kepala SMK Pelaksana Program SMK Pusat Keunggulan ini sekitar 900 lebih peserta yang dilatih dalam 10 batch sejak 2020 lalu.

Sebelumnya, 25 kepala sekolah dan guru dari 5 sekolah pilot project Gerakan Sekolah Menyenangkan Supiori, Papua hadir ke Yogyakarta untuk mengikuti workshop Penciptaan Ekosistem Menyenangkan bagi Sekolah Dasar di Kabupaten Supiori.

Selain kepala sekolah dan guru, perwakilan dari badan pengawas, dan dinas pendidikan juga turut hadir dengan tujuan penyelarasan perubahan yang terjadi di sekolah dengan sistem di birokrasi.

Acara yang diselenggarakan selama tiga hari, 25-27 Oktober 2021 ini menunjukkan bukti keseriusan inisiatif transformasi pendidikan yang ingin diupayakan di Papua.

Baca juga: Transformasi Pendidikan Mulai Menggeliat, tapi Belum Optimal

Transformasi pendidikan dengan hati nurani

Workshop penguatan ekosistem sekolah menyenangkan di Magelang diawali dengan sesi perubahan mindset oleh Founder Gerakan Sekolah Menyenangkan, Muhammad Nur Rizal.

Data-data tentang hasil kualitas pendidikan Indonesia yang stagnan disampaikan sebagai pijakan untuk mengajak para peserta untuk mengevaluasi diri.

Selanjutnya, sesi oleh co-founder GSM yaitu Ibu Novi Candra tentang revolusi otak manusia. Sebagai dosen psikologi UGM, beliau menyampaikan tentang cara kerja otak manusia serta hormon-hormon manusia yang mempengaruhi proses belajar manusia.

Akhir sesi ditutup oleh Bapak Muhammad Nur Rizal kembali tentang menjadi pemimpin yang transformatif dengan kerangka teori John Kotter.

Berbeda dari program pelatihan lainnya, GSM ditangkap oleh peserta sebagai gerakan yang dapat memantik dorongan internal dalam melakukan perubahan.

Menurut pengakuan Caecilia Luppi Satesti, salah satu peserta kepala sekolah dari SMKN 1 Kokap Kulon Progo, menyebutkan materi GSM adalah the way of thinking yang harus merubah para pengajar, dan menjadi panduan melaksanakan kegiatan di sekolah.

“Saya baru paham bahwa GSM itu tidak hanya untuk anak-anak dan proses pembelajaran, tetapi untuk seluruh proses penyelenggaraan di sekolah” ujarnya.

Peserta lain, Sunnaidi Solikhin, Kepala Sekolah SMKS Yapentob Toboali Bangka Belitung, menyatakan pelatihan ini menyadarkannya tentang arti guru yang sebenarnya.

Setelah 46 tahun berkecimpung menjadi guru dan kepala sekolah SD SMA dan SMK, ia tersadar bahwa hukuman yang menggunakan kekerasan seperti cubit, push up, dan sebagainya justru meninggalkan kesan jelek dari anak terhadap pendidikan dan sekolah.

“Mestinya kita memanusiakan manusia dan menganggap anak itu manusia, sekolah itu taman, kita harus tau bagaimana menyenangi anak," ujar Sunnaidi. 

Muhammad Nur Rizal dalam workshop menjelaskan transformasi dilakukan GSM melalui 3 tahapan, yakni perubahan mindset, dilanjutkan perubahan perilaku dalam memimpin dan mengajar di sekolah, sehingga jika konsisten dilakukan akan menjadi “habit” yang pada akhirnya menjadi “belief system” baru, yakni pendidikan yang menuntun kodrat manusia melalui penalaran dan kesadaran diri.

“GSM mendesain dalam workshop selama 3 hari kemudian dibangun komunitas bersama untuk saling belajar, bertukar praktik dan pengalaman untuk menguatkan keyakinan dan kebanggaan menjadi seorang guru penyimpang,” ujar Nur Rizal.

Guru penyimpang adalah guru yang perilaku mengajarnya menyimpang tetapi memberi dampak luar biasa bagi karakter dan hasil belajar siswa-siswanya.

Baca juga: Kesenjangan Pendidikan Kedokteran Indonesia, Panas Setahun Dihapus Hujan Sehari?

Sinergitas akar rumput dan birokrasi

Dalam workshop pilot project, Penggagas Gerakan Sekolah Menyenangkan Muhammad Nur Rizal menyebut Komunitas SD Menyenangkan dan Dinas Pendidikan Papua di Supiori menjadi panutan praktik baik sinergi akar rumput dan birokrasi dalam transformasi pendidikan.

“Dari 11 kabupaten yang terlibat dalam pengembangan Komunitas SD Menyenangkan GSM, baru Dinas Pendidikan Papua yang secara serius berinisiatif melakukan perubahan dengan sungguh-sungguh," ungkap Muhammad Nur Rizal.

"Hal ini menunjukkan komitmen yang kuat dari kepala sekolah dan gurunya serta adanya dukungan dari birokrasi,” tambahnya.

Menurut pengakuan Raffles Ngilemele, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Supiori, inisiatif ini diupayakan dari anggaran gotong royong dari bupati, dana BOS, bahkan dana kepala sekolah itu sendiri.

Raffles mengungkapkan pihaknya berkomitmen mengirimkan kepala sekolah dan guru tahap kedua dalam jumlah yang lebih banyak agar dapat belajar langsung dengan GSM.

“Selama ini, kami sering mengirimkan anggota DPRD ke luar negeri, kunjungan ke daerah lain, tetapi kita jarang memberikan apresiasi kepada guru yang sebenarnya bermanfaat langsung bagi pengembangan SDM. Kalau bisa mengirimkan DPRD, kenapa guru tidak bisa?" tutur Raffles.

Nur Rizal menekankan perspektif baru tentang pendidikan yang sebenarnya justru lebih mengedepankan kodrat manusia ini punya peluang lebih besar bagi sekolah-sekolah di Papua.

Hal ini disebabkan perilaku masyarakat Papua yang lebih banyak terhubung dengan alam sehingga sangat bersesuaian dengan paradigma baru yang digelorakan oleh GSM yaitu school as community.

"Sehingga, sekolah-sekolah di Papua memiliki kesempatan lebih mudah untuk membangun pembelajaran yang otentik dan nyata," tegas Nur Rizal.

Baca juga: Program Sekolah Penggerak, Harapan Transformasi Gaya Kepemimpinan Pendidikan: Tinjauan Hermeneutik Dilthey

Nur Rizal menyampaikan kunjungan Kepala Dinas, Pengawas, Kepala Sekolah dan Guru dari Supiori Papua ini bisa menjadi contoh bagaimana menjadi birokrat penyimpang positif, yang mau memfasilitasi setiap gurunya untuk berkembang.

"Transformasi ini dapat menjadi triple helix di bidang pendidikan, yaitu upaya sinergi kerjasama antara aktor birokrat, sekolah, dengan masyarakat untuk memulai transformasi pendidikan. Keterlibatan birokrasinya dalam mendukung dan memberi ruang kepada guru-guru ini bisa menjadi contoh bagi daerah lain," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com