Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekolah Perempuan Uhamka Dorong Terciptanya Kampus Responsif Gender

Kompas.com - 25/08/2021, 10:27 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Pusat Studi Gender dan Perlindungan Anak (PSGPA) Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) mendorong kampus responsif terhadap isu gender melalui pengajaran, riset, hingga pelayanan masyarakat.

Pesan kampus responsif gender ini mengemuka dalam webinar dan seremoni kelulusan Sekolah Perempuan Uhamka (SPU) yang digelar melalui media Zoom Meeting pada Selasa, 24 Agustus 2021.

Kegiatan webinar ini merupakan bentuk apresiasi dalam graduasi Sekolah Perempuan Uhamka yang telah berlangsung selama tiga bulan, dari Juni sampai Agustus 2021.

Dalam kesempatan yang sama, Rektor Uhamka Gunawan Suryoputro mengatakan, Uhamka berkomitmen mendorong terciptanya kampus responsif gender.

"Salah satunya, dengan mendukung PSGPA menjadi pusat studi yang unggul dan mampu memberikan terobosan baru dalam upaya pengarusutamaan gender dan perlindungan anak," tegasnya.

Rektor Uhamka menyampaikan pihaknya mendukung dan mendorong sepenuhnya PSGPA menjadi pusat studi unggul dalam melakukan terobosan pengaruh utamaan gender dan perlindungan anak di bidang catur darma perguruan tinggi.

"Jadi, kegiatan PSGPA ini terintegrasi dengan catur dharma perguruan tinggi bidang pendidikan dan pembelajaran,” tutur Gunawan Suryoputro, Selasa (24/8/2021).

Dia menambahkan, salah satu dalam bidang ini PSGPA telah mengintegrasikan kurikulum pengarusutamaan gender ini. “Kami berharap PSGPA mengadakan penelitian, pendidikan, pengajaran responsif gender dan pengabdian kepada masyarakat,” ujarnya.

Baca juga: Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Diharapkan Perkecil Kesenjangan

Perempuan sebagai pilar keluarga

Webinar Sekolah Perempuan PSGPA Uhamka kali ini menghadirkan pembicara utama Ketua Umum PP Muhammadiyah, Ketua PP Muhammadiyah, dan Ketua Umum PP Aisyiyah.

Program ini berangkat dari survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Juni 2020 yang memperlihatkan selama pandemi Covid-19 anak mengalami kekerasan dan pelakunya adalah ibu, kakak/adik, ayah, dan lainnya.

Adapun jenis kekerasan yang dilakukan meliputi kekerasan fisik maupun psikis. Berbagai persoalan tersebut, menunjukkan adanya kerentanan pada fungsi keluarga yang seharusnya menjadi pelindung bagi anggotanya. 

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengungkapkan, konsep Alquran, hadis, sunah nabi dalam contoh keteladanan kaum Muslimimn dimulai dari Nabi itu merupakan bangunan faktual yang dilakukan Muhammadiyah dan Asyiyah.

“Kontruksi itu penting. Sekolah perempuan, perempuan harus merekonstruksi hal-hal yang kita pelajari agar mengendap dialam pikiran kita akan mengorientasi dalam sikap dan tindakan,” ujar Haedar Nashir saat memberikan sambutan.

Haedar menyampaikan, rekonstruksi kelembagaan SPU dan orientasi nilai sangat penting agar semakin maju, mantap, dan unggul dengan sistem Muhammadiyah.

“Rekonstruksi nilai Islam berkemajuan ala Muhammadiyah, rekonstruksi paradigma Aisyiyah Islam berkemajuan melalui pemahaman Alquran secara komprehensif yang kontekstual. Rekonstruksi sistem pembenahan sistem yang menyatu sama lain yang mengacu pada Muhammadiyah,” ungkapnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com