Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara agar Beras Tidak Mudah Rusak, Ini Saran Pakar IPB

Kompas.com - 24/08/2021, 12:00 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Makanan pokok bagi masyarakat di Indonesia, memang cukup beragam. Namun yang paling besar dan mayoritas dikonsumsi adalah beras.

Tanaman ini, merupakan sumber karbohidrat utama masyarakat Indonesia. Oleh karena itu pemerintah selalu memastikan ketersediaannya memadai sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dari Sabang hingga Merauke.

Upaya Pemerintah Indonesia menjaga ketersediaan beras misalnya dengan mendirikan Badan Urusan Logistik (Bulog). Selain menjadi lembaga yang menjaga cadangan beras Indonesia untuk kebutuhan masa krisis seperti saat terjadi bencana, Bulog juga bertugas dalam penyaluran beras untuk masyarakat kurang mampu melalui pembagian beras prasejahtera.

Baca juga: Peneliti IPB: Jahe, Kunyit, dan Temulawak Bisa Obati 30 Jenis Penyakit

Tetapi, seringkali dijumpai beras yang diterima baik melalui Bulog atau membeli langsung di toko, pasar, kadangkala dalam kondisi kurang baik. Seperti apa beras yang kurang baik?

Dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) University, Prof Nuri Andarwulan, menyebutkan bahwa beras akan mengalami penurunan kualitas seiring berjalannya waktu.

Perubahan kualitas tersebut berupa perubahan fisik seperti warna, tekstur, serta aroma beras. Tidak hanya kualitas fisik, beras juga mengalami perubahan kualitas kimia berupa kandungan air, lemak, dan protein dalam beras.

“Untuk mengatasi penurunan kualitas fisik beras maka suhu dan kelembaban atau kadar uap air di ruang penyimpanan harus dikendalikan. Beras tidak boleh diletakkan langsung di lantai. Harus di simpan di tempat yang kering dan atap tidak bocor,” ujarnya dilansir dari laman IPB University.

Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian IPB University ini memaparkan langkah-langkah menjaga kualitas beras selama masa penyimpanan.

Misalnya, memastikan gabah telah kering sebelum digiling. Ia menyebut, kandungan air yang rendah akan menghambat proses metabolisme dalam beras. Selain itu, proses penggilingan juga berperan penting dalam menjaga mutu beras.

Baca juga: Cara Ampuh Usir Tikus di Rumah ala Ahli Tikus IPB

“Proses penggilingan yang tidak bersih menyebabkan kandungan dedak pada beras menjadi tinggi. Dedak memiliki kadar lemak tinggi yang mudah teroksidasi. Proses inilah yang akan membuat beras lebih cepat berbau apek,” ujar Kepala Pusat Ilmu dan Teknologi Pertanian dan Pangan Asia Tenggara (Seafast) Center IPB University ini.

Untuk menghindari serangan hama seperti tikus maupun serangga, Beras merupakan sumber karbohidrat utama masyarakat Indonesia. Oleh karena itu pemerintah harus memastikan ketersediaannya memadai sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dari Sabang hingga Merauke.

Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya menjaga ketersediaan beras dengan mendirikan Badan Urusan Logistik (BULOG). Selain menjadi lembaga yang menjaga cadangan beras Indonesia untuk kebutuhan masa krisis seperti saat terjadi bencana, BULOG juga bertugas dalam penyaluran beras untuk masyarakat kurang mampu melalui pembagian beras prasejahtera.

Prof Nuri Andarwulan, dosen IPB University menyebutkan bahwa beras akan mengalami penurunan kualitas seiring berjalannya waktu. Perubahan kualitas tersebut berupa perubahan fisik seperti warna, tekstur, serta aroma beras. Tidak hanya kualitas fisik, beras juga mengalami perubahan kualitas kimia berupa kandungan air, lemak, dan protein dalam beras.

“Untuk mengatasi penurunan kualitas fisik beras maka suhu dan kelembaban atau kadar uap air di ruang penyimpanan harus dikendalikan. Beras tidak boleh diletakkan langsung di lantai. Harus di simpan di tempat yang kering dan atap tidak bocor,” ujar pakar Kimia Pangan dari IPB University ini.

Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian IPB University ini memaparkan langkah-langkah menjaga kualitas beras selama masa penyimpanan. Untuk menjaga kualitas kimiawi beras, Prof Nuri menyarankan supaya memastikan gabah telah kering sebelum digiling. Ia menyebut, kandungan air yang rendah akan menghambat proses metabolisme dalam beras. Selain itu, proses penggilingan juga berperan penting dalam menjaga mutu beras.

Baca juga: Peneliti IPB Temukan Minuman Penurun Gula Darah Berbasis Rempah

“Proses penggilingan yang tidak bersih menyebabkan kandungan dedak pada beras menjadi tinggi. Dedak memiliki kadar lemak tinggi yang mudah teroksidasi. Proses inilah yang akan membuat beras lebih cepat berbau apek,” ujar Kepala Pusat Ilmu dan Teknologi Pertanian dan Pangan Asia Tenggara (Seafast) Center IPB University ini.

Untuk menghindari serangan hama seperti tikus maupun serangga, dosen di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan (ITP) IPB University ini menyarankan supaya beras disimpan pada wadah yang tertutup rapat dan kuat. Ia menjelaskan, selain menghindari masuknya uap air yang dapat meningkatkan kadar kelembaban beras, material yang kuat juga dapat menghindari gigitan tikus.

Ia juga menyarankan, jika beras disimpan dalam karung sebaiknya tidak menggunakan karung yang berbahan goni.

Sebaliknya, penyimpanan dapat menggunakan karung berbahan plastik agar mampu menahan kontaminasi dari lingkungan eksternal.

“Kadar uap air atau kelembaban yang tinggi juga dapat membuat struktur beras menjadi rapuh dan mudah patah. Selain itu juga memudahkan tumbuhnya jamur atau kapang, serta memicu terjadinya penggumpalan pada beras,” paparnya.

Ia juga menyinggung peran Bulog. Sebagai lembaga yang diberi mandat untuk memastikan ketersediaan beras di Indonesia, maka Bulog telah menetapkan berbagai standar.

Standar tersebut mulai dari proses pembelian beras dari petani. Standar yang diterapkan meliputi keutuhan butir beras, bersih dari debu dedak, kadar air, serta keberadaan benda asing di antara butir beras.

“Dalam menjalankan tugas ini, perlu ada kerja sama dan koordinasi yang baik antara Bulog dengan Kementerian Pertanian. Jika ingin beras yang dihasilkan petani memenuhi standar maka pemerintah harus melatih para petani bagaimana praktik bertani padi yang baik dan benar mulai dari sawah hingga ke penggilingan,” tegas Prof Nuri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com