Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen IPB Sebut Pria Lebih Sering Kentut Dibanding Wanita

Kompas.com - 30/06/2021, 17:13 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Istilah kentut atau flatulensi bagi sebagian orang dapat berarti menjijikkan dan memalukan.

Apalagi bila dikeluarkan secara tidak sengaja, ini yang kerap dianggap tidak sopan. Sehingga tak jarang orang berusaha menahan dan menyembunyikannya.

Baca juga: Umur 37 Tahun, Anuraga Jayanegara Raih Gelar Profesor di IPB

Padahal kebebasan mengeluarkan gas kentut merupakan salah satu anugerah dari Tuhan. Bahkan menyimpan fakta ilmiah yang dapat mengundang decak kagum.

Menurut Dosen dari Departemen Biokimia IPB Syaefudin, kentut merupakan hasil dari siklus metabolisme dalam tubuh,

Di mana glukosa berubah menjadi asam piruvat untuk mengubah makanan menjadi energi serta berjalan secara simultan.

Syaefudin merasa takjub dengan metabolisme dalam tubuh yang dapat mudah dipelajari dengan suatu pola, seperti kentut ini.

Fenomena kentut adalah suatu hal umum terjadi, tapi kerap terlewat bahkan enggan untuk dibicarakan.

Seperti fakta unik frekuensi kentut antara pria dan wanita berbeda.

"Di mana pria lebih sering mengeluarkan kentut hingga 25 kali dalam sehari. Adapun sumber gas kentut tersebut berasal dari eksogen yakni udara dan minuman atau endogen dari fermentasi makanan," ucap dia melansir laman IPB, Rabu (30/6/2021).

Fakta unik lainnya, sebut dia, adalah hanya 20 persen gas yang dikeluarkan lewat anus, sisanya melalui sendawa.

Baca juga: Kisah Maimunah, Anak Buruh Tani dari Langkat Masuk UGM Tanpa Tes

Jumlah mikroba dalam tubuh manusia mencapai 14 miliar dan dapat menghasilkan 13 liter gas hidrogen dalam sehari.

Namun demikian, sebut dia, gas tersebut sebagian diserap mikroba, tidak dikeluarkan seluruhnya lewat anus.

Dia mengaku, gas hidrogen akan direaksikan dengan senyawa bersulfur, sehingga menghasilkan gas hidrogen sulfida yang berbau khas telur busuk.

Ada pula mikroba yang dapat menghasilkan gas metana yang berbau kurang sedap.

"Perubahan molekul hidrogen menjadi metana ataupun hidrogen sulfide berbau busuk itu sebenarnya adalah bentuk kasih sayang Allah kepada manusia. Kita tahu dua kilogram atau 14 miliar sel mikroba dalam tubuh bisa mengkonversi 40 gram karbohidrat menjadi 13 liter hidrogen," jelas dia.

Bayangkan, lanjut dia, bilang manusia dipaksa untuk mengeluarkan gas sebanyak itu dalam satu waktu melalui lubang yang sama, pasti menderita, mengingat hidrogen sendiri bersifat flammable (mudah terbakar).

Baca juga: Pakar Unair: Kasus Lonjakan Covid-19 Saat Ini Lebih Berbahaya

Bahkan, produktivitas gas kentut berkaitan erat dengan kesehatan manusia.

"Fakta lainnya adalah bau gas kentut dapat ditentukan berdasarkan jenis makanan, terutama yang mengandung banyak protein," jelas dia.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com