Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar UGM: Dua Penyakit Ini Serang Hewan Kurban

Kompas.com - 28/06/2021, 18:31 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Dalam memilih hewan kurban, kesehatan menjadi salah satu faktor utama yang harus diperhatikan.

Hal ini disampaikan oleh Dosen Fakultas Kedokteran Hewan UGM Soedarmanto Indarjulianto melansir laman UGM, Senin (28/6/2021).

Baca juga: Rayakan Idul Adha, Berikut Tips Pilih Hewan Kurban ala Pakar IPB

"Dengan memiliki wawasan mengenai penyakit hewan ternak, maka dapat lebih cermat dalam memilih hewan kurban," kata dia.

Dia menyebut, seperti karakteristik penyakit pada manusia, penyakit hewan dapat dibagi menjadi dua yaitu infeksius dan non infeksius.

"Pada penyakit infeksius sering disebabkan oleh agen yang hidup sedangkan non infeksius tidak," ucap dia.

Dia mencontohkan penyakit infeksius adalah cacing hati, antraks, dan TBC. Sedangkan penyakit yang non infeksius antara lain kembung, keracunan, dan hipokalsemia (kekurangan kalsium).

Namun, paling sering ditemui pada hewan kurban adalah cacing hati dan antraks.

Cacing hati dan antraks dapat juga memberikan pengaruh buruk bagi kesehatan manusia.

"Biasanya penyakit cacing hati berlangsung lama dan menyerang pada hewan yang sudah dewasa," sebut Soedarmanto.

Baca juga: Kriteria Hewan Ternak Layak Kurban Menurut Pakar UGM

Untuk mengidentifikasi penyakit cacing dapat melihat gejala klinis yaitu kurus, terkadang diare, serta rambut dan kulit hewan menjadi kusam.

Selanjutnya perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan sampel feses dan darah. Tindakan penangannya juga harus diputuskan oleh dokter hewan.

"Kemudian pada hewan yang terkena antraks tidak mudah untuk melihat gejalanya, namun seringkali hewan mati mendadak dengan lubang alami yang mengeluarkan darah berwarna hitam," tutur dia.

Antraks dapat menular pada manusia ketika mengonsumsi daging hewan atau kontak langsung dengan hewan yang memiliki penyakit ini.

Oleh karena itu, hewan ternak yang memiliki penyakit antraks tidak boleh untuk disembelih.

Tentunya, bilang dia, harus dilaporkan ke Dinas Kesehatan Hewan Peternakan terkait, karena perlu dilakukan penanganan lebih lanjut.

"Pada hewan yang memiliki penyakit antraks akan dilakukan isolasi dan ketika proses penanganan hewan yang sudah mati pun membutuhkan perhatian yang khusus," jelas dia.

Baca juga: Ahli Virologi UGM: GeNose C19 Cegah Covid-19 di Transportasi Umum

 

Dia berharap, apa yang disampaikannya bisa menjawa wawasan bagi peternak sekaligus masyarakat umum. Sehingga bisa lebih cermat dalam memilih hewan kurban.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com