Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Indra Charismiadji
Pemerhati dan praktisi edukasi 4.0

Pemerhati dan praktisi edukasi 4.0, Direktur Eksekutif CERDAS (Center for Education Regulations & Development Analysis), Direktur Pendidikan Vox Populi Institute Indonesia

Satu Tahun Jokowi-Ma'ruf, Menilik Program Pembangunan SDM Unggul

Kompas.com - 20/10/2020, 10:32 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KOMPAS.com - waktu yang lalu, dalam sebuah acara talk show televisi yang telah beberapa kali memenangkan penghargaan Panasonic Globel Awards, saya diminta sebagai salah satu narasumber memberikan pandangan tentang program-program pendidikan di Indonesia selama ini.

Saya mengatakan problem terbesar dari sistem pendidikan Indonesia adalah tidak pernah adanya evaluasi dan tidak pernah memiliki cetak biru (blueprint) atau grand design ataupun peta jalan (road map).

Memang saat ini Kemendikbud telah menyusun sebuah peta jalan pendidikan Indonesia tetapi sayangnya peta jalannya cukup membingungkan.

Saya sampaikan membuat peta jalan itu harusnya belajar dari pengemudi Gojek. Peta jalan di aplikasi Gojek itu selalu dimulai dari di mana titik penjemputan, ke mana titik tujuan, dan berapa biaya yang dibutuhkan.

Peta jalan yang telah dibuat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tidak ada kejelasan di mana titik mulai program, seperti apa target yang akan dicapai, dan berapa biaya yang dibutuhkan agar tujuan tersebut tercapai secara spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, realistis, dan ada batasan waktu.

Baca juga: Dian Sastro: Investasi Pendidikan pada Perempuan adalah Investasi Masa Depan

Peta jalan dan program "SDM Unggul"

Kalau mau belajar dari sekolah bisnis di Universitas Harvard, konsep ini dikenal dengan istilah SMART goals: specific, measurable, attainable, realistic, time-bound.

Jika mau belajar konsep perencanaan yang paling baru dalam membuat perencanaan, sekolah bisnis di Universitas Harvard memopulerkan istilah FAST goals: frequent discussions; ambitious in scope; measured by specific metrics and milestones; and transparent for everyone in the organization to see.

Tujuan harus sering didiskusikan termasuk kepada publik karena urusan pemerintah adalah urusan publik, tujuan harus mencakup ambisi-ambisi yang tinggi.

Tujuan harus dapat diukur dengan alat ukur yang akurat dan dijadikan tonggak sejarah, serta tujuan harus transparan untuk seluruh pemangku kepentingan.

Satu tahun yang lalu, Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengumumkan bahwa prioritas pembangunan di masa kepemerintahan mereka adalah di pembangunan SDM unggul.

Apa yang dimaksud dengan unggul? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, unggul artinya lebih tinggi (pandai, baik, cakap, kuat, awet, dan sebagainya) daripada yang lain-lain; utama (terbaik, terutama).

Artinya, SDM Indonesia harus lebih pandai atau lebih cakap dari bangsa-bangsa lain.

Program ini menurut saya adalah program yang sangat tepat karena harus diakui bahwa saat ini bangsa Indonesia belumlah menjadi bangsa yang unggul dibandingkan dengan bangsa lain.

PISA dan kondisi nyata SDM kita

Salah satu alat ukur yang dapat kita gunakan untuk membuktikan hal tersebut adalah dari skor PISA (Programme for International Student Assessment).

PISA adalah studi internasional tentang prestasi literasi membaca, matematika, dan sains siswa sekolah berusia 15 tahun yang menjadi patokan dunia pendidikan internasional.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com