Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Rumah Vokasi", Upaya Mewujudkan "Pernikahan Massal" Vokasi dan Industri

Kompas.com - 16/07/2020, 13:02 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

 

Terkait Rumah Vokasi, Ketua Umum Kadin (Kamar Dagang dan Industri) Indonesia Rosan Roeslani menyampaikan komitmen pihaknya untuk mendukung pengembangan pendidikan vokasi.

Terbentuknya Rumah Vokasi antara Kemendikbud dan industri dipandang dapat mewujudkan SDM berkualitas dan memenuhi kebutuhan industri.

“Pembentukan ekosistem ini didahului dengan pilot model untuk program kemitraan dunia industri dan dunia kerja dengan dunia pendidikan. Hingga saat ini, lebih dari 2.600 perusahaan sudah siap mendukung pengembangan vokasi,” ujarnya.

Hal sama juga disampaikan Ketua Umum Apindo (Asosiasi Pengusaha Indonesia) Hariyadi B. Sukamdani. Upaya pemerintah terkait vokasi ini, menurutnya, telah sejalan dengan misi asosiasi yakni agar dunia usaha terlibat secara aktif dalam mengembangkan vokasi.

Bentuk dorongan tersebut diwujudkan dalam bentuk adanya pilot project menjadi mitra pendidikan di wilayah yang disepakati untuk pembentukan lembaga serupa di berbagai daerah.

“Apindo juga mendorong keterlibatan leading company di masing-masing sektor dan untuk memastikan bahwa dukungan vokasi ini bisa berjalan, perlu adanya tempat praktik sebagai playground. Melalui dual system bisa menjadi jembatan solusi untuk vokasi yang lebih baik,” urai Hariyadi.

Baca juga: Ditjen Pendidikan Vokasi Siapkan Paket Pernikahan pada Program Link and Match

Bukan sekadar MoU

Lebih jauh Mendikbud berharap dengan adanya Rumah Vokasi ini, link and match pendidikan vokasi dan dunia industri/dunia usaha tidak terhenti pada taraf seremoni MoU saja.

"Pernikahan itu permanen, pernikahan itu bukan pacaran, jadi kita sangat mudah untuk kalau mau menunjukkan bahwa Kemendikbud telah melakukan berbagai macam kerja sama.  Ya sudah kita ramai-ramai tanda tangan saja MoU kemana-mana, tapi kenyataannya tidak ada hasilnya, karena itu baru kencan pertama atau baru pacaran," papar Nadiem.

Ia melanjutkan, "pernikahan artinya sah antara itu perusahaan dan unit pendidikan vokasi kita permanen bernikah, artinya sah itu sampai dengan anak-anak itu lulus, itu ada perjanjian kerja sama sampai rekrutmen."

"Karena kalau anak-anak itu tidak diambil oleh industri dan langsung bisa mendapat pekerjaan, itu artinya pernikahan itu bukan pernikahan yang serius dan sah," tegas Nadiem.

"Itulah makanya kita menggunakan analogi pernikahan, pernikahan bukan pacaran, bukan kencan, permanen ada hubungan yang sangat mendalam berdasarkan trust, cinta, dan simbiosis mutualisme," jelasnya.

Wikan Sakarinto, Dirjen Vokasi Kemendikbud berharap pernikahan massal antara pendidikan vokasi dan dunia industri akan semakin membuat kualitas pendidikan dan lulusan akan semakin meningkat.

"Dengan pendidikan vokasi mumpuni, ke depan kita akan melihat antrean masuk SMK dan politeknik. Mereka akan mendapatkan pengalaman dan praktik kerja yang kuat untuk modal karier masa depan mereka nantinya," tutup Wikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com