Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Mitha Pernah Gagal Masuk PTN, Kini Kuliah di UM dengan Beasiswa

KOMPAS.com - Ayu Pramitha pernah gagal daftar kuliah di kampus negeri, tapi tak menyurutkannya untuk mengejar ilmu setinggi langit.

Dia merupakan mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM), dia sempat gagal kuliah masuk jurusan favoritnya pada tahun 2021.

Selain itu, halangan ekonomi juga menghambat dirinya untuk tidak kuliah.

Ceritanya bermula saat dia lulus SMA tahun 2021. Kala itu, dia memilih daftar Prodi Farmasi UM tapi ternyata gagal.

Karena itu, dia akhirnya memutuskan gap year setahun dan mencoba lagi pada 2022.

Di 2022, dia tidak memilih Jurusan Farmasi melainkan Akuntansi.

Kebetulan, Jurusan Akuntansi merupakan salah satu minatnya yang akan diambil selain Farmasi. Baru, pada saat itu dia berhasil lolos ke UM.

Tak cuma gagal seleksi masuk perguruan tinggi negeri (PTN), dia juga pernah gagal saat mencoba daftar beasiswa atau bantuan KIP Kuliah.

"Saya menerima PIP tiga kali, saat di SD, SMP, dan SMA. Lulus SMA Tahun 2021, tapi gagal pada seleksi masuk perguruan tinggi, Tahun 2022 ikut lagi, Alhamdulillah lolos," ujar Mitha dilansir dari laman Puslapdik.

Mahasiswa semester 3 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis ini menceritakan bila kegagalannya tak pernah membuatnya sedih. Apalagi kendala ekonomi yang dirasakannya sejak kecil sampai dewasa.

Dia bercerita bila Ibunya hanya penjahit kecil-kecilan di rumahnya dan ayahnya hanya tukang pijat keliling dengan penghasilan yang tidak menentu.

Rumah orangtuanya sangat sederhana, menyatu dengan rumah neneknya dan bibinya.

"Saya bersyukur bisa diterima di perguruan tinggi dengan bantuan KIP Kuliah, sebab kalau tidak ada KIP Kuliah, saya tentu tidak bisa kuliah, mungkin saya langsung kerja lulus SMA atau mencoba usaha," ucap anak bungsu dari tiga bersaudara itu.

Hanya MItha yang kuliah di keluarga besarnya

Ibunya Mitha, Siti Arofah merasa bersyukur dan bahagia sekali ada anaknya yang bisa sampai ke perguruan tinggi.

Di antara saudara dan keluarga besarnya, hanya Mitha yang sempat menikmati bangku perguruan tinggi.

"Mitha memang yang paling ingin sekali kuliah sejak dulu, saya juga mendukungnya walaupun agak ragu dan pesimis karena kondisi ekonomi yang tidak mendukung, saya pernah bertanya pada Mitha “apa nanti ngga minder punya teman yang mampu’,tapi Mitha memang punya semangat yang tinggi dan selalu berpikir positif," ungkap Arofah.

Namun, Arofah beruntung karena keluarganya ikut Program Keluarga Harapan (PKH). Dengan begitu, Mitha bisa mendapatkan bantuan PIP sejak di SD dan selanjutnya memperoleh KIP Kuliah.

Menurutnya pada beberapa pertemuan di balai desa kerap disosialisasikan tentang KIP Kuliah bagi peserta PKH.

Namun menurutnya, pihak desa tidak terlalu serius melakukan sosialisasi, sehingga tidak banyak penduduk yang berminat.

"Anak saya ikut seleksi KIP kuliah juga bukan karena dorongan saya, Mitha diam-diam ikut seleksi KIP Kuliah," ujar dia.

Mitha pun menimpali bila dari seluruh saudara kandungnya baru dia yang kuliah.

"Hanya saya yang bisa kuliah, kedua kakak saya hanya tamat SMA," tegas Mitha.

Sementara untuk dana beasiswa digunakan dengan benar olehnya untuk membantu perkuliahan, termasuk membeli laptop.

Beruntung sejak di sekolah di SMAN 1 Malang, Mitha tinggal di rumah pamannya yang berada di tengah kota. Sehingga, dia tak perlu menyewa kost.

Karena penerima KIP Kuliah harus memiliki prestasi dan mempertahankan IPK, dia terus mengejar IPK di atas 3,50.

"KIP Kuliah kan menuntut penerimanya untuk memiliki nilai diatas standar minimal, karena itu, agar tetap dapat KIP Kuliah, saya bertekad nilai akhir setiap mata kuliah setidaknya B, jangan sampai C," jelas dia.

Mitha juga tertarik ikut program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), salah satunya program pertukaran mahasiswa.

Mitha merencanakan untuk mengajukan permohonan agar bisa menjadi peserta program pertukaran mahasiswa.

"Saya ingin mencoba kampus di Universitas Sumatera Utara (USU) karena ada teman dekat saya yang kuliah di sana," kata Mitha.

UM beri pembinaan finansial buat penerima KIP Kuliah

Rektor Universitas Negeri Malang, Prof. Hariyono menegaskan, UM melakukan pembinaan ke semua mahasiswa, baik yang penerima Bidikmisi atau KIP Kuliah, mahasiswa regular, dan mahasiswa difabel.

Namun diakuinya ada kekhususan bagi mahasiswa penerima KIP Kuliah. Hal itu karena ada persyaratan standar minimal IPK.

"Kita lakukan pembinaan terhadap mahasiswa penerima KIP Kuliah yang IPK nya dibawah 2,75. Kita lakukan pembinaan selama dua semester, bila tidak ada perbaikan, terpaksa kami ajukan untuk dihentikan bantuan KIP Kuliahnya," tutur Prof. Hariyono

Pembinaan dilakukan melalui bagian bimbingan dan konseling yang dilakukan para dosen dan psikolog.

Selain itu, ada forum advokasi mahasiswa yang selalu mendampingi mahasiswa, baik dalam menangani masalah akademik maupun non-akademik.

"Untuk mahasiswa penerima KIP Kuliah, kami dorong untuk tidak minder, tapi juga untuk tidak over convident, tidak berlebihan dalam menggunakan uang bantuan KIP Kuliahnya," pungkas Prof. Hariyono.

https://www.kompas.com/edu/read/2023/11/09/125656271/kisah-mitha-pernah-gagal-masuk-ptn-kini-kuliah-di-um-dengan-beasiswa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke