Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bahas Program Prioritas Badan Bahasa, Guru dan Murid Duduk Bersama

Untuk memperkuat dan mengevaluasi pelaksanaan program itu, Badan Bahasa menggelar Diseminasi Program Prioritas Bidang Kebahasaan dan Kesastraan pada Rabu (12/4/2023) di Jakarta Timur.

Kegiatan tersebut diikuti oleh 100 orang peserta yang merupakan perwakilan dari unsur pemerintah daerah, dinas pendidikan, kepala sekolah, pengawas, guru, murid, praktisi pendidikan, dosen, dan tokoh masyarakat di wilayah Jakarta Timur.

Selain itu, hadir pula Putra Nababan selaku anggota Komisi X DPR RI dan Sekretaris Badan Bahasa Hafidz Muksin.

“Para guru dan kepala sekolah jadi garda terdepan, mereka yang selama ini mengusung penguatan literasi kepada anak didiknya untuk menulis, memahami, memaknai, dan seterusnya,” ujar Sekretaris Badan Bahasa Hafidz Muksin dalam jumpa pers seusai acara tersebut.

“Kita harapkan guru dapat mengajarkan dan mewariskan kepada anak didiknya supaya bisa menguasai bahasa daerah, dan tidak kalah pentingnya di era globalisasi ini kita harus menanamkan kepada anak didik kita supaya bisa menguasai bahasa asing,” tambahnya.

Hafidz pun menjabarkan tiga program prioritas tersebut. Pertama, berkaitan dengan Literasi Kebahasaan dan Kesastraan. Program yang diluncurkan oleh Mendikbud Ristek Nadiem Makarim melalui program Merdeka Belajar ini telah menghasilkan banyak buku bacaan bermutu.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan literasi dan minat baca anak-anak Indonesia.
Selain itu, untuk menjawab tantangan mengenai rendahnya tingkat literasi anak Indonesia dalam 20 tahun terakhir.

Dikatakan bahwa Badan Bahasa mencetak lebih dari 15,3 juta buku bacaan bermutu untuk anak-anak di tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD) dan sekolah dasar (SD) tahun 2022, terutama untuk di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

“Upaya itu akan kita tingkatkan terus sehingga diharapkan kemitraan dengan Komisi X dan Kementerian Keuangan, kita akan mencetak kembali, terutama untuk satuan pendidikan yang tahun lalu belum mendapatkan buku tersebut,” ucap Hafidz.

Kemudian, program kedua yakni Pelindungan Bahasa dan Sastra Daerah. Ini merupakan upaya untuk menjaga bahasa dan sastra agar tidak punah.

Sebab, ketika suatu bahasa punah, dunia akan kehilangan warisan yang sangat berharga, antara lain berupa pengetahuan, kearifan lokal, legenda, dan puisi yang terhimpun dari generasi ke generasi.

Maka dari itu, ada sejumlah aktivitas yang dilaksanakan untuk melindungi bahasa daerah, yaitu pemetaan bahasa, kajian daya hidup bahasa, konservasi, revitalisasi, dan registrasi.

“Tujuannya, kita ingin melindungi bahasa bahasa daerah kita agar tidak punah. Para generasi muda mencintai bahasa daerahnya melalui pembelajaran yang menarik bagi anak didik kita sesuai dengan minatnya,” kata Hafidz.

Program prioritas ketiga yakni Internasionalisasi Bahasa Indonesia sebagai upaya meningkatkan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional.

Hal itu sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara.

Salah satu caranya, diungkapkan bahwa sampai saat ini bahasa Indonesia menjadi materi pengajaran bagi penutur asing di 52 negara.

“Kami juga ingin dapat dukungan dari anggota DPR untuk memajukan martabat bangsa Indonesia melalui bahasa sehingga melalui program internasionalisasi bahasa Indonesia kita mendorong melakukan pembelajaran bagi penutur asing,” tutur Hafidz.

Sementara itu, Putra Nababan sebagai anggota Komisi X DPR RI mengatakan bahwa diseminasi ini merupakan upaya yang efektif mempertemukan guru, peserta didik, dan orangtua untuk membahas berbagai tantangan yang terkait dengan bahasa Indonesia.

“Diseminasi ini betul-betul langsung kita tukikkan kepada mereka yang bertemu. Artinya, kita mengajak para guru untuk bisa langsung membimbing anak didiknya, juga berkomunikasi dengan orangtuanya,” ungkap Putra Nababan.

Menurut dia, mengajak orangtua murid dalam acara seperti ini perlu dilakukan untuk meningkatkan literasi anak di lingkungan keluarga, termasuk yang berhubungan dengan budaya membaca.

Sebab, budaya membaca anak Indonesia cukup rendah dibanding negara lain.

“Mengajak orangtua adalah program yang perlu dilakukan dalam konteks literasi dan bahasa, terutama terkait dengan budaya membaca. Budaya membaca kita sangat rendah. Saya merasakan juga sebagai orangtua bagaimana harus terlibat meningkatkan literasi anak-anak kita di rumah,” ujar Putra.

“Menurut data UNESCO, yang gemar membaca hanya 1 dari 1.000 orang. Begitu juga kebiasaan membaca kita masih sangat rendah, hanya 4-5 jam per minggu, bukan per hari,” tambahnya.

Belum lagi dengan begitu dahsyatnya gempuran media sosial, YouTube, dan berbagai aplikasi daring. Hal itu membuat anak-anak lebih suka melihat gambar bergerak berupa video ketimbang membaca.

Putra pun menuturkan bahwa pandemi Covid-19 selama lebih dari 2,5 tahun membuat satu lompatan digital yang mungkin seharusnya baru dialami masyarakat Indonesia 10 tahun lagi.

Misalnya dengan komunikasi dan pertemuan yang dilakukan secara virtual, termasuk kegiatan belajar mengajar dalam dunia pendidikan.

“Lompatan ada manfaat, tapi juga ada konsekuensinya. Tantangan ini yang harus dikomunikasikan. Para guru bicara terbuka dengan Badan Bahasa, tantangan yang ada di lapangan soal anak didik mereka, bahan bacaan, dan kurikulum yang digunakan. Badan Bahasa juga bisa mengomunikasikan program-program mutakhirnya sehingga jadi tools yang efektif bagi guru dan orangtua,” pungkas Putra.

https://www.kompas.com/edu/read/2023/04/13/125053471/bahas-program-prioritas-badan-bahasa-guru-dan-murid-duduk-bersama

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke