Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mencari Format Pengajaran Sejarah dalam Kurikulum Merdeka

Di dalam pengantar buku kajian kurikulum merdeka dijelaskan bahwa pelaksanaan Kurikulum Merdeka dirancang sebagai bagian dari upaya Kemendikbudristek untuk mengatasi krisis belajar yang telah lama kita hadapi, dan menjadi semakin parah karena pandemi Covid-19.

Permendikbud Nomor 22 Tahun 2020 dijelaskan perubahan kurikulum yang terbentuk oleh Kebijakan Merdeka Belajar akan berkarakteristik fleksibel, berdasarkan kompetensi, berfokus pada pengembangan karakter dan keterampilan lunak, dan akomodatif terhadap kebutuhan Dunia Usaha Dunia Industri (DU/DI).

Sistem penilaian akan bersifat formatif/mendukung perbaikan dan kemajuan hasil pemelajaran serta menggunakan portofolio.

Guru diberikan kebebasan untuk membuat dan merencanakan program pembelajaran dengan menggunakan capaian pembelajaran yang sudah ditetapkan oleh Kemendikbudristek.

Kebebasan dalam memilih mata pelajaran akan berimbas pada hilangnya jam mengajar apabila peminat pelajaran sedikit. Salah satu yang terdampak dari Kurikulum Merdeka adalah mapel sejarah.

Sebelumnya pada Kurikulum 2013, sejarah terbagi atas dua mata pelajaran, yaitu Sejarah Indonesia sebagai mata pelajaran wajib dan Sejarah Peminatan sebagai mapel peminatan IPS.

Pada Kurikulum Merdeka, pelajaran Sejarah Indonesia dan Sejarah Peminatan dialihkan menjadi mata pelajaran “Sejarah” dan masuk dalam mapel umum.

Secara kalkulasi, pada Kurikulum 2013, jam pelajaran Sejarah Indonesia adalah 2 JP dalam satu minggu, sedangkan Sejarah Peminatan adalah 3 JP pada kelas X, dan 4 JP pada kelas XI dan XII, sedangkan pada Kurikulum Merdeka jam Sejarah hanya 2 JP dalam satu minggu.

Fokus pembelajaran sejarah

Di dalam Keputusan BSKAP Nomor 008/H/KR/2022 tentang Capaian Pembelajaran Sejarah pada Tingkat Sekolah Menengah, dalam narasinya dijelaskan bahwa proses pembelajaran sejarah untuk melahirkan pemahaman dan kesadaran sejarah mengenai peristiwa yang terjadi di Indonesia mulai dari masa asal usul nenek moyang hingga masa-masa Reformasi adalah sebuah perjalanan panjang melintasi ruang dan waktu, di mana banyak terkandung pelajaran di dalamnya.

Perjalanan sejarah Indonesia juga dipengaruhi oleh berbagai peristiwa yang terjadi di dunia seperti Revolusi Besar Dunia, Perang Dunia I, Perang Dunia II, Perang Dingin, dan Peristiwa Kontemporer Dunia sampai abad ke-21. Ini adalah peristiwa dunia yang berpengaruh secara langsung atau tidak langsung dengan Indonesia.

Pada sisi lain, ada perbedaan sedikit dalam Permedikbud Nomor 7 tahun 2022 dengan Nomor 008/H/KR/2022.

Dalam Permendikbud No 7 Tahun 2022 disebutkan ruang lingkup pembelajaran sejarah mulai dari masa asal usul nenek moyang hingga Revolusi Besar Dunia, Perang Dunia I, Perang Dunia II, Perang Dingin, dan Peristiwa Kontemporer Dunia sampai abad ke-21.

Akan tetapi, menurut aturan BSKAP Nomor 008/H/KR/2022, ruang lingkup pembelajaran sejarah mulai dari masa asal usul nenek moyang hingga masa masa Pemerintahan Reformasi.

Sedikit berbeda, akan tetapi masih dapat diperbaiki di tahun yang akan datang oleh pengampu kebijakan pendidikan secara nasional melalui Kemendikbudristek

Transformasi pengetahuan atas masa lalu untuk dikontekstualisasikan dalam kehidupan kekinian, dan sebagai bahan proyeksi untuk masa depan, sebagai upaya memperkuat jati diri manusia dalam dimensi lokal, nasional, dan global, dilakukan melalui mata pelajaran Sejarah.

Kemudian Lingkup Strandar Kecakapan dalam mata pelajaran Sejarah, meliputi:

  1. Keterampilan Konsep Sejarah (Historical Conceptual Skills)
  2. Keterampilan Berpikir Sejarah (Historical Thinking Skills)
  3. Kesadaran Sejarah (Historical Consciousness)
  4. Penelitian Sejarah (Historical Research)
  5. Keterampilan Praktis Sejarah (Historical Practice Skills)

Lingkup standar kecakapan dalam mata pelajaran sejarah dalam Permendikbud yang akan dicapai melalui berbagai pendekatan khas sejarah seperti diakronis (kronologi) maupun sinkronis.

Juga, memberikan pengalaman belajar saintifik yang diperoleh melalui tahapan mencari sumber (heuristik), kritik dan seleksi sumber (verifikasi), analisis dan sintesis sumber (interpretasi), sampai mengambil kesimpulan dan refleksi yang dituliskan secara historiografi.

Sejarah sebagai “Historia Vitae Magistra”

Apakah “Historia Vitae Magistra” akan tinggal kenangan? Harus diakui dengan jujur pengajaran sejarah memang memiliki banyak kelemahan.

Kelemahan paling utama, menurut Niels Mulder (Kanisius, 2000), adalah diproyeksikannya masa sekarang ke masa lampau secara tetap.

Akibatnya sejarah menjadi kronologi belaka dan pengalaman hidup orang pada masa tertentu sama sekali tidak dijelaskan.

Diutamakannya kronologi sama dengan pendaftaran nama dan peristiwa; tidak ada usaha untuk mengadakan periodesasi.

Periodesasi mengandaikan asas penggolong-golongan, dan dengan demikian penelaahan atas suatu babak sejarah untuk menemukan unsur dominan yang memisahkan atau membedakannya dari babak yang lain.

Usaha teoritis yang sederhana ini tidak ada, maka tidak ada pemahaman terhadap sejarah. Penerapan perspektif yang lebih canggih sama sekali tidak ada; yang didapat dan dilihat siswa adalah fakta yang tidak kunjung henti.

Sebagai mantan guru sejarah, penulis menyadari betul bahwa pengajaran sejarah di sekolah sangat dijejali oleh fakta-fakta yang terkadang tidak berguna bagi kehidupan sehari-hari bagi murid.

Apa gunanya mempelajari Perang Salib bagi siswa kelas I SLTP? Sejarah penuh dengan titipan kepentingan-kepentingan politik penguasa.

Pelajaran sejarah membutuhkan political will dari pihak berwenang untuk makin diperkuat. Harus ada kesepakatan di antara kita untuk mengembalikan pengajaran sejarah sebagai guru kehidupan.

Hal ini bisa dimulai dengan membuat pengajaran sejarah yang reflektif dan menyentuh kepribadian siswa. Mulailah kita mengajak siswa untuk menyadari mengapa hidupnya kini menjadi seperti ini atau itu.

Pengajaran sejarah mestinya diawali dengan menggali pengalaman hidup sosial siswa, bagaimana ia hidup bersama keluarga dan masyarakatnya.

Guru hendaknya dapat mendampingi siswa agar semakin mampu mengorientasikan diri dalam ruang dan waktu, serta memperluas horisonnya.

Oleh karenanya pembelajaran sejarah tidak mengacu kepada raja-raja, para panglima, dan politik tinggi, tetapi kepada hidup biasa sehari-hari, sejarah tentang orang makan, berpakaian, bertempat tinggal.

Bergaul, bermain, bergerak, mencari nafkah, berekreasi, dan menata masyarakat. Tapi perlu juga siswa diajak berefleksi tentang penderitaan akibat kerja paksa, perang, penyakit, dan eksploitasi kaum yang lebih berkuasa.

Dengan demikian siswa diharapkan semakin paham akan riwayat dan dampak sejarah permasalahan seumumnya, serta mengambil sikap sebenar mungkin yang mengarah kepada hari depannya.

Jadi hari kini dan depan dalam pengajaran sejarah harus mendapat perhatian utama. Sejarah bukan untuk diketahui faktanya, melainkan untuk disikapi dan diolah secara nyata demi hari kini dan depan (baca: historia vitae magistra). Bahkan dalam keragaman kemampuan anak diubah demi masa depan yang lebih baik.

https://www.kompas.com/edu/read/2022/11/06/083146671/mencari-format-pengajaran-sejarah-dalam-kurikulum-merdeka

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke