Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie Beri 5 Konsep Merawat Kebangsaan

KOMPAS.com - Memaknai kebangsaan, haruslah paham dulu apa saja yang menjadi prinsip kebangsaan.

Terkait ini, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Jimly Asshiddiqie mengatakan ada lima hal penting yang harus menjadi perhatian dalam mengelola prinsip kebangsaan.

Yakni pluralisme, insklusivisme, universalisme, nasionalisme, dan konsitutisioanlisme.

Hal itu disampaikan Jimly saat Halalbihalal dan Aksi Sosial dengan tema “Idul Fitri, Pandemi dan Kebhinekaan” di Kampus Pascasarjana Universitas Kristen Indonesia (UKI) Diponegoro, Jakarta, Sabtu (29/5/2021).

Jimly mengatakan, pertama yang harus dilakukan adalah pengakuan bahwa bangsa ini adalah bangsa yang menjunjung pluralisme. Atau, paham atas keberagaman.

Lalu, memahami inklusivisme, bahwa masyarakat Indonesia tidak boleh membiarkan adanya persepsi masing-masing warga negara tentang suatu kebenaran.

“Jangan sampai kita larut dalam eksklusivitas. Kita harus melakukan segala cara agar menjadi inklusifisme,” ujar Jimly.

Cara pandang yang ketiga untuk mempersatukan bangsa Indonesia adalah universalisme. Lima nilai Pancasila telah menjadi identitas bangsa Indonesia yang perlu dijunjung tinggi.

"Saatnya kita membangun sistem etika kehidupan berbangsa dan bernegara, selain hukum berbangsa dan bernegara," tambahnya.

Lalu masyarakat Indonesia, juga harus memiliki rasa nasionalisme untuk mempersatukan keanekaragaman bangsa kita di tengah pergaulan antarbangsa.

“Negara kita adalah negara kesepakatan, maka segala kesepakatan dirumuskan dalam konstitusionalisme,“ tutur mantan Ketua Mahkamah Konstitusi ini.

Mengenai konsep kebangsaan, Jimly mengatakan hal itu sebetulnya terlihat saat perayaan Idulfitri. Di mana dalam perayaan suci ini dapat membuat semua perbedaan akan teratasi.

“Bermusyawarah dan samakan persepsi informasi dan data, akan mempersatu semua umat terlepas adanya perbedaan. Ketuhanan yang Maha Esa, yaitu sila pertama di Pancasila mempersatukan semua umat beragama di Indonesia. Maka tantangan yang dihadapi adalah bagaimana mengendalikan ekonomi pasar bebas dan politik pasar bebas,” tegas Jimly.

Jimly mengatakan, dalam momen idul fitri juga makna kebangsaan dan spiritualisme bercampur jadi satu. Misalnya, ajaran ibadah puasa saat bulan Ramadan menjadi momentum bagi kaum muslimin untuk membersihkan jiwa dan diakhiri dengan bayar zakat. Termasuk silaturahim sebagai upaya mencapai fitrah.

"Simbolik bukan cuma jiwa raganya saja, tetapi juga harta kekayaannya dibersihkan juga sehingga pada saat idul Fitri sudah bersih dari debu-debu, kotoran-kotoran kehidupan. Kembali fitrah. Itu idenya," kata Jimly.

Jimly mengungkapkan, untuk menyempurnakan fitrah di bulan Ramadan, ialah harus saling memaafkan.

"Inilah muncul istilah di Indonesia halal bi halal, di Arab enggak ada. Saling menghalalkan gitu loh. Ini kan kreativitas budaya kita," kata Jimly.

Halal bi halal menjadi momentum bagi umat untuk saling silaturahim dan menyelesaikan utang kemanusiaan satu dengan yang lain.

Bahkan dianjurkan antar sesama bukan hanya saling meminta maaf, tapi memberi maaf.

https://www.kompas.com/edu/read/2021/05/31/200000771/mantan-ketua-mk-jimly-asshiddiqie-beri-5-konsep-merawat-kebangsaan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke