KOMPAS.com - Dalam ilmu perencanaan keuangan, utang menjadi salah satu indikator penting yang menentukan kemerdekaan finansial (financial freedom) seseorang.
Sebab, salah satu ciri seseorang telah mencapai kemerdekaan finansial adalah terbebas dari utang, termasuk utang konsumtif.
Utang atau pinjaman dapat diartikan sebagai uang (tunai maupun non tunai) atau barang yang dipinjam oleh seseorang atau suatu entitas dari orang atau entitas lain.
Hampir semua orang atau entitas pernah berutang untuk memenuhi kebutuhan atau tujuan tertentu.
Biasanya dilakukan ketika uang atau aset yang dimiliki tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan.
Baca juga: Millenial, Miliki Rumah Idaman dengan Fitur KPR Baru dari BTN
Namun utang bisa jadi bumerang bagi debitur (peminjam) jika tidak bijak dalam memanfaatkannya.
Oleh karena itu, debitur harus tahu apa tujuan ia berutang. Apakah utang tersebut untuk modal usaha, membeli rumah, membeli kendaraan pribadi atau liburan ke luar negeri.
Kemudian dana pinjaman yang diperoleh harus dialokasikan sesuai dengan keperluan yang sudah direncanakan. Jangan sampai digunakan untuk keperluan lain.
Kehati-hatian dari para debitur dalam mencari kreditur (pihak yang memberi utang) yang tepat juga diperlukan agar jangan sampai debitur merasa dirugikan oleh kreditur, seperti menjadi korban penipuan jasa pinjol ilegal atau terjerat utang rentenir dengan bunga yang lebih tinggi dari bunga bank.
Secara teori, pengeluaran harus lebih kecil daripada pendapatan. Namun yang sering terjadi di kehidupan zaman modern malah sebaliknya.
Kehidupan yang semakin kompleks menyebabkan kebutuhan manusia semakin bertambah.
Persaingan hidup pun semakin berat, termasuk persaingan gaya hidup sehingga orang dinilai dari apa yang dipakai, dikendarai, dimakan dan dimiliki.
Hal tersebut membuat orang rela menghabiskan banyak uang untuk memuaskan gengsinya meski harus berutang sana sini.
Kondisi tersebut saat ini menjadi celah bagi perusahaan atau lembaga pembiayaan non bank untuk mengeruk keuntungan.
Mereka menawarkan layanan kredit untuk berbagai kebutuhan, termasuk kredit konsumtif sehingga konsumen dapat tetap membeli barang yang diinginkan saat ini meski belum punya cukup uang untuk membelinya.