Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Kompas.com - 13/05/2024, 10:30 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badai Matahari yang menghantam Bumi pada 10-12 Mei 2024 menjadi yang terkuat dalam 20 tahun terakhir.

Peristiwa tersebut menyebabkan gangguan pada jaringan listrik, jaringan satelit, dan munculnya aurora atau northern light di Eropa dan Amerika Serikat (AS).

Dilansir dari Al Jazeera, kuatnya badai Matahari mendorong Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) mengeluarkan peringatan yang jarang terjadi.

Badan tersebut mengatakan bahwa semburan dari badai Matahari telah mencapai Bumi pada Jumat (10/5/2024) pukul 16.00 GMT, beberapa jam lebih cepat dari perkiraan.

Baca juga: Badai Matahari Besar Picu Kemunculan Aurora di Inggris sampai AS, Apa Dampaknya?

Badai magnet Bumi ekstrem

NOAA menggambarkan badai Matahari yang terjadi pada 10-12 Mei 2024 sebagai badai geomagnetik atau magnet Bumi ekstrem.

Hal tersebut terjadi setelah lontaran massa korona (CME) pertama dari beberapa lontaran massa korona atau coronal mass ejections, yang digambarkan sebagai lontaran plasma dan medan magnet dari matahari, ditingkatkan statusnya oleh NOAA.

Sebelum menerjang Bumi pada 2024, badai Matahari pernah memicu pemadaman listrik di Swedia dan merusak infrastruktur listrik di Afrika Selatan pada Oktober 2003.

Namun, badai geomagnet paling kuat dalam sejarah yang dikenal sebagai Peristiwa Carrington, yang diambil dari nama astronom Inggris Richard Carrington, terjadi pada September 1859.

Baca juga: Dampak Badai Magnet Ekstrem di Indonesia, Sampai Kapan Terjadi?

Berkaca dari kejadian itu, NOAA memperingatkan para operator pembangkit listrik dan pesawat ruang angkasa pada orbit untuk melakukan tindakan pencegahan.

Jaringan listrik dapat terganggu karena badai Matahari lantaran berfluktuasinya medan magnet yang terkait dengan badai geomagnet memicu arus pada kabel panjang, termasuk kabel listrik.

Kondisi tersebut berpotensi menyebabkan pemadaman listrik dan jaringan pipa yang panjang juga dapat dialiri arus listrik sehingga menimbulkan masalah teknik.

Di sisi lain, pesawat ruang angkasa berisiko terkena radiasi tingkat tinggi, meskipun atmosfer mencegahnya mencapai Bumi.

Baca juga: BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

Dampak badai Matahari

NOAA menjelaskan, badai Matahari menyebabkan pengguna sinyal radio frekuensi tinggi mengalami degradasi sementara atau kehilangan sinyal sama sekali di sebagian besar sisi Bumi yang disinari Matahari.

Badan tersebut mengatakan, CME dari badai Matahari bergerak dengan kecepatan yang lebih stabil dengan rata-rata saat ini adalah 800 kilometer per detik.

Untuk diketahui, CME berasal dari gugus bintik matahari yang sangat besar yang 17 kali lebih luas dari Bumi.

Halaman:

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com