Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Astronom Deteksi Adanya Planet yang Ditutupi Lautan Berisi Air Mendidih

Kompas.com - 10/03/2024, 12:00 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para ilmuwan dari Universitas Cambridge, Inggris telah mengamati sebuah planet yang jauh dari Bumi yang kemungkinan besar diselimuti oleh lautan.

Pengamatan tersebut dilakukan dengan menggunakan teleskop antariksa James Webb (JWST) milik NASA.

Melalui pengamatan tersebut, para ilmuwan mengungkap adanya uap air dan tanda-tanda kimia metana dan karbon dioksida di atmosfer planet TOI-270, dikutip dari News18, Jumat (8/3/2024).

Planet TOI-270 ini berukuran dua kali radius Bumi dan berjarak sekitar 70 tahun cahaya. 

Para peneliti mengatakan, komposisi kimia Planet TOI-270 ini konsisten dengan dunia air di mana lautan membentang di seluruh permukaan dan atmosfer yang kaya hidrogen.

"Suhu lautan bisa mencapai 100 derajat Celsius atau lebih. Pada tekanan atmosfer yang tinggi, lautan sepanas ini masih bisa berbentuk cair, tapi tidak jelas apakah bisa dihuni," kata Profesor Nikku Madhusudhan yang memimpin analisis tersebut, dilansir dari The Guardian, Jumat (8/3/2024).

Baca juga: Satelit NASA Memotret Fenomena Awan Berlubang di Langit Meksiko, Fenomena Apa Itu?

Dibantah oleh tim peneliti Kanada 

Kendati demikian, pengamatan yang didukung oleh makalah yang diterbitkan di jurnal Astronomy and Astrophysics Letters itu dibantah oleh tim Kanada yang melakukan pengamatan tambahan pada exoplanet yang sama, yang dikenal sebagai TOI-270 d.

Mereka mendeteksi bahan kimia atmosfer yang sama, akan tetapi berpendapat bahwa planet ini terlalu panas untuk air dalam bentuk cair, karena kemungkinan memiliki suhu 4.000 derajat Celsius.

Sebagai gantinya, bisa saja planet ini memiliki permukaan berbatu yang ditutupi oleh atmosfer yang sangat padat hidrogen dan uap air.

Meski demikian, pengamatan terbaru ini menunjukkan wawasan menakjubkan yang diberikan James Webb tentang sifat planet-planet di luar tata surya kita.

Teleskop ini menangkap cahaya bintang yang telah disaring melalui atmosfer planet-planet yang mengorbit untuk memberikan rincian detil dari elemen-elemen kimia yang ada.

Dari sini, para astronom bisa membuat gambaran kondisi di permukaan planet dan memperkirakan kemungkinan kehidupan bisa bertahan di sana.

Baca juga: Gambar Satelit NASA Memperlihatkan Kota di Pantai Timur AS Makin Tenggelam, Salah Satunya New York

Bukti keberadaan laut didasarkan tidak adanya amonia

Bukti keberadaan lautan di TOI-270 d didasarkan pada ketiadaan amonia yang menurut ilmu kimia dasar seharusnya terbentuk secara alami di atmosfer yang kaya akan hidrogen.

Amonia sangat mudah larut dalam air sehingga akan habis di atmosfer jika ada lautan di bawahnya.

"Salah satu interpretasi adalah bahwa ini adalah dunia yang berupa 'lautan', yaitu lautan air di bawah atmosfer yang kaya hidrogen," kata Madhusudhan.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

Terkini Lainnya

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Tren
10 Mata Uang Terkuat di Dunia 2024, Dollar AS Peringkat Terakhir

10 Mata Uang Terkuat di Dunia 2024, Dollar AS Peringkat Terakhir

Tren
Cara Ubah File PDF ke JPG, Bisa Online atau Pakai Aplikasi

Cara Ubah File PDF ke JPG, Bisa Online atau Pakai Aplikasi

Tren
Mengenal Penyakit Infeksi Arbovirus, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Mengenal Penyakit Infeksi Arbovirus, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Tren
Federasi Sepak Bola Korea Selatan Minta Maaf Usai Negaranya Gagal ke Olimpade Paris

Federasi Sepak Bola Korea Selatan Minta Maaf Usai Negaranya Gagal ke Olimpade Paris

Tren
Profil Joko Pinurbo, Penyair Karismatik yang Meninggal di Usia 61 Tahun

Profil Joko Pinurbo, Penyair Karismatik yang Meninggal di Usia 61 Tahun

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com