Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Temukan Gunung Bawah Laut, Tingginya Tiga Kali Burj Khalifa

Kompas.com - 04/03/2024, 18:30 WIB
Alinda Hardiantoro,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ilmuwan menemukan empat gunung bawah laut baru selama transit dari Kosta Rika ke Valparaiso, Chile dengan kapal dari Schmidt Ocean Institute pada Januari 2024.

Masing-masing memiliki tinggi 1.591 meter, 1.644 meter, 1.873 meter, dan yang paling tinggi ditemukan di lepas pantai Chile dengan tinggi 2.681 meter di atas dasar lautan atau sekitar 3 kali tinggi Burj Khalifa.

Burj Khalifa sendiri, bangunan tertinggi di dunia tersebut, mencapai ketinggian 828 meter.

Teknisi kelautan dan ahli hidrografi dari Schmidt Ocean Institute mengonfirmasi bahwa pegunungan tersebut sebelumnya belum pernah dimasukkan ke dalam database mana pun, seperti dilansir dari laman Schmidt Ocean Institute.

Temuan ini menambah daftar gunung bawah laut setinggi lebih dari 1.600 meter yang ditemukan di lepas pantai Guatemala, Amerika Tengah pada November 2023.

Baca juga: Detik-detik Letusan Gunung Bawah Laut Ciptakan Pulau Baru di Jepang

Kronologi temuan gunung bawah laut

Salah satu peneliti, John Fulmer mengatakan, mereka menemukan 4 gunung bawah laut tersebut ketika para teknisi tengah merencanakan sebuah jalur untuk memeriksa anomali gravitasi selama transit dari Kosta Rika ke Chile pada Januari 2024.

"Kami cukup beruntung bisa merencanakan rute pemetaan dengan menggunakan anomali gravitasi dalam data altimetri satelit," kata mereka, masih dari sumber yang sama.

Menurutnya, memeriksa anomali gravitasi adalah cara yang terbaik untuk mencari tonjolan di peta. Dan ketika menemukannya, mereka akan menemukan gunung-gunung bawah laut yang sangat besar.

Perubahan bentuk dasar laut tampak sebagai pergeseran yang sangat kecil di permukaan Samudra di mana parit yang dalam akan menyebabkan sedikit depresi (daerah bertekanan rendah) dan gunung dapat menciptakan tonjolan yang hampir tak terlihat di atas Samudra.

Petunjuk-petunjuk halus ini dapat membantu para ahli membuat penemuan dan membuat peta dasar laut yang lebih baik dan lebih rinci.

Kapan pun kondisi laut menungkinkan, para kru akan mengumpulkan data pemetaan saat kapal penelitian bergerak atau transit dari satu lokasi ke lokasi lain.

Sejak 2012, para ilmuwan di kapal riset Schmidt Ocean Institute, Falkor, telah memetakan sekitar 1,5 juta kilometer persegi dan menemukan 29 gunung laut, bukit, dan parit.

Baca juga: Gunung Bawah Laut Ditemukan di Selatan Pacitan, Apakah Berbahaya?

Dampak temuan gunung bawah laut

Selama ini, para ilmuwan dari Schmidt Ocean menggunakan kapal penelitian Falkor untuk memetakan sekitar 1,5 juta kilometer persegi dasar lautan. Mereka akan transit di tempat mana pun dengan kondisi yang memungkinkan.

Saat itu, awak kapal Falkor menggunakan sonar multibeam dan data satelit untuk memetakan dasar laut.

"Peta adalah alat yang sangat penting untuk memahami planet kita. Dan menemukan gunung laut hampir selalu menuntun kita ke titik-titik keanekaragaman hayati yang belum diketahui," ujar Dr. Jyotika Virmani, direktur eksekutif Schmidt Ocean Institute, masih dari sumber yang sama.

Halaman:

Terkini Lainnya

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com