KOMPAS.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan, peningkatan tingkat aktivitas Gunung Marapi yang erupsi selama beberapa waktu terakhir dapat berpotensi mengganggu aktivitas penerbangan di sekitarnya.
Untuk diketahui, Gunung Marapi erupsi sebanyak dua kali, Minggu (14/1/2024), pada pukul 06.21 WIB dan 09.56 WIB.
Status gunung yang berada di Sumatera Barat ini telah naik menjadi level 3 atau siaga, sejak Minggu (9/1/2024).
Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Minangkabau-Padang Pariaman Desindra Deddy Kurniawan menjelaskan, semburan abu vulkanik yang mencapai tinggi 1.300 meter diprakirakan dapat mengganggu proses penerbangan di sebelah utara Gunung Marapi.
"Info SIGMET (informasi meteorologi penerbangan), ada koordinat untuk sebaran abu vulkanik sampai pada ketinggian 14.000 kaki ke arah utara dengan kecepatan 10 kt," jelas Desindra saat dihubungi Kompas.com, Senin (15/1/2024).
Menurut Desindra, otoritas penerbangan perlu meningkatkan kewaspadaan dengan terus memantau perkembangan aktivitas gunung berapi ini.
Baca juga: Bandara Minangkabau Ditutup Sementara Usai Erupsi Gunung Marapi
Dikutip dari laman Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), pasca-erupsi pada 3 Desember 2023, erupsi lanjutan masih terjadi hingga, Minggu (14/1/2024).
Berdasarkan data dari satelit Sentinel, laju emisi gas SO2 yang dihasilkan dari aktivitas Gunung Marapi saat ini masih tergolong tinggi.
Kondisi tersebut dapat berpotensi menyebabkan terjadinya akumulasi tekanan di dalam tubuh gunung api yang dapat menyebabkan terjadinya erupsi dengan energi yang lebih besar dan jangkauan lontaran material pijar yang lebih jauh dari pusat erupsi.
Apabila pasokan magma dari dalam gunung masih berlangsung dan cenderung meningkat, maka erupsi dapat terjadi dengan energi yang lebih besar dengan potensi lontaran material vulkanik dapat menjangkau wilayah radius 4,5 kilometer dari pusat erupsi.
Sementara itu, untuk potensi dari abu erupsi dapat menyebar lebih luas atau jauh yang tergantung pada arah dan kecepatan angin.
Material erupsi yang jatuh dan terendap dapat menjadi lahar apabila bercampu dengan air hujan.
Dengan begitu, ada pula potensi bahaya dari aliran atau banjir lahar pada lembah atau sungai-sungai yang berhulu di bagian puncak Gunung Marapi.
Potensi bahaya dari gas-gas vulkanik beracun juga bisa saja terjadi, seperti karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), dan hidrogen sulfida (H2S).
Baca juga: Letusan Gunung Marapi Sebabkan 23 Pendaki Tewas, Ini Sejarah dan Karakter Letusannya
Mengingat peningkatan aktivitas Gunung Marapi yang masih cukup tinggi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menerbitkan beberapa imbauan untuk masyarakat, di antaranya:
Baca juga: Ramai Diperbincangkan Usai Letusan Gunung Marapi, Apa Itu Ring of Fire?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.