Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gen Manusia Purba Neanderthal Menjelaskan Mengapa Sebagian Orang Mudah Bangun Pagi

Kompas.com - 17/12/2023, 09:00 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para peneliti menemukan gen dari nenek moyang manusia yang meningkatkan kecenderungan untuk bangun pagi.

Gen yang membuat seseorang bangun pagi berguna untuk wilayah dengan hari-hari musim dingin yang pendek.

Dikutip dari TheGuardian, hal tersebut sesuai yang dialami oleh manusia purba Neanderthal.

DNA dari manusia purba beralis tebal ini mungkin berkontribusi pada kecenderungan menjadi orang berkepribadian "larks".

Kepribadian ini mirip dengan morning person, yaitu seseorang yang lebih nyaman untuk bangun pagi dan tidur lebih awal daripada yang lain.

Baca juga: Ilmuwan Menduga Spesies Manusia Purba Mungkin Masih Ada di Pulau Flores

Hasil dari perkawinan silang kuno

Meski sebagian gen yang diperoleh manusia modern atau Homo sapiens melalui perkawinan silang kuno dengan Neanderthal sudah tersingkirkan oleh evolusi, namun sebagian kecilnya masih tersisa.

Kemungkinan besar gen tersebut membantu Homo sapiens beradaptasi dengan lingkungan baru ketika mereka berpindah tempat dari Afrika ke Eurasia.

Gelombang Homo sapiens diperkirakan bermigrasi dari Afrika ke Eurasia sekitar 70.000 tahun yang lalu.

Setibanya di Eurasia, mereka bertemu dengan Neanderthal yang telah beradaptasi dengan kehidupan di iklim lebih dingin karena telah mendiami wilayah tersebut ratusan ribu tahun sebelumnya.

"Dengan menganalisis potongan-potongan DNA Neanderthal yang tersisa dalam genom manusia modern, kami menemukan tren yang mencolok," ujar ahli epidemiologi University of California di San Francisco, John Capra.

Baca juga: Apa Makanan Homo Sapiens Sekitar 170.000 Tahun Lalu?

Ia menilai, banyak dari mereka memengaruhi gen yang mengatur jam tubuh atau ritme sirkadian pada manusia modern.

Pada banyak kasus, ritme sirkadian tersebut meningkatkan kecenderungan untuk menjadi orang yang suka bangun pagi.

Berkat perkawinan silang antara kelompok manusia purba itu, manusia yang hidup saat ini membawa hingga empat persen DNA Neanderthal, termasuk gen-gen yang berkaitan dengan pigmentasi kulit, rambut, lemak, dan kekebalan tubuh.

Capra dan rekan-rekannya menganalisis DNA dari manusia modern dan Neanderthal. Mereka menemukan adanya varian genetik berbeda yang terlibat dalam ritme sirkadian kedua kelompok manusia purba tersebut.

Sehingga menurut mereka, karena nenek moyang manusia kawin dengan Neanderthal, maka ada kemungkinan beberapa manusia yang hidup saat ini membawa varian gen Neanderthal.

Baca juga: Manusia Purba Meninggal karena Sembelit, Makan Banyak Belalang di Akhir Hidupnya

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com