Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puncak Rantai Makanan di Laut, Ini Bukti Kecerdasan Orca Paus Pembunuh

Kompas.com - 23/10/2023, 19:30 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Orca (Orcinus orca) adalah hewan laut yang berada di puncak rantai makanan. Mereka dikenal sebagai paus pembunuh karena kemampuannya dalam berburu mamalia laut.

Tak hanya itu, orca bahkan menjadi salah satu hewan laut paling cerdas karena keahliannya dalam berburu. Hewan ini dapat mencapai panjang 10 meter dengan berat 11 ton (11.000 kg), menurut Live Science.

Orca memiliki kehidupan sosial yang berbeda dengan mempelajari beragam strategi berburu yang luar biasa untuk membunuh apa pun, mulai dari paus biru hingga hiu putih besar.

Berikut ini bukti yang menunjukkan kecerdasan orca sebagai paus pembunuh:

Baca juga: 99 Persen Paus Orca Alami Penyakit Kulit, Apa Dampaknya?

1. Memiliki perilaku unik

Orca merupakan hewan yang cepat untuk belajar, membuat perilaku yang kemudian ditiru hewan lain, lalu meninggalkan kebiasaan tersebut. 

Sebagai contoh, sebuah populasi orca di Pasifik pernah mengalami fase menggunakan ikan salmon sebagai "topi" pada tahun 1980-an.

Tren ini dimulai ketika seekor orca betina membawa salmon mati di kepalanya dan dalam beberapa minggu kemudian, perilaku ini menyebar ke dua kawanan lainnya di komunitas yang sama.

Para peneliti melihat kawanan orca yang membawa ikan salmon melakukan perilaku yang sama pada tahun berikutnya dan kemudian tidak pernah melihat mereka membawa ikan di kepala mereka lagi.

Di sisi lain, serangan orca baru-baru ini terhadap kapal-kapal di Eropa mungkin juga merupakan contoh lain dari perilaku paus pembunuh.

Baca juga: Kisah Tragis Lolita, Orca yang Terkurung 53 Tahun di Akuarium dan Mati Sebelum Kembali ke Lautan

2. Mereka memiliki ritual upacara penyambutan

Paus pembunuh memiliki ritual sosial yang rumit dan terlibat dalam apa yang disebut oleh para peneliti sebagai "upacara penyambutan."

Dalam hal ini, paus kan berbaris dalam dua barisan dan kemudian berguling-guling bersama, demikian yang dilaporkan oleh Majalah Smithsonian.

Selain itu, menurut peneliti, penyambutan tersebut bertepatan dengan sebuah kelahiran orca baru.

Tiga kawanan paus orca bertemu kembali di Selat Juan de Fuca di perbatasan antara AS dan Kanada pada tahun 2020, dan ketika paus-paus tersebut bersiul dan saling bersahutan, seekor paus betina yang sedang hamil melahirkan seekor anak paus, demikian dilaporkan oleh KUOW, stasiun berita National Public Radio di Seattle.

Paus-paus tersebut tidak mencari makan dan tampaknya hanya untuk bersosialisasi pada hari kelahiran.

Baca juga: Fakta Orca, Mengapa Disebut Paus Pembunuh?

3. Mereka memiliki "dialek" yang berbeda

Orca hidup dalam kawanan yang terdiri dari beberapa induk dan keturunannya. Setiap kawanan memiliki panggilan khasnya sendiri, seperti dialek yang berbeda dari bahasa yang sama.

Spesies ini dapat belajar menirukan suara-suara baru, yang dapat membantu mereka membentuk dialek-dialek ini.

Para peneliti mengajari seekor paus orca betina bernama Wikie untuk menirukan kata-kata manusia seperti "halo" dan "selamat tinggal", serta panggilan beberapa hewan lain.

Wikie belajar dengan cepat dan dapat mereproduksi beberapa suara baru pada percobaan pertamanya.

4. Menggunakan strategi berburu khusus

Orca mempelajari strategi berburu yang sangat terspesialisasi dan mewariskan pengetahuan tersebut kepada keturunannya.

Beberapa paus pembunuh di Argentina menuju pesisir pantai untuk menangkap anjing laut.

Sementara di Antartika, populasi lain menciptakan gelombang untuk mendorong anjing laut dari es laut yang mengambang.

Hal ini menunjukkan kecerdasan orca dalam bermain dan menangkap mangsanya.

Baca juga: Saat Sekelompok Orca Menyerang Kapal dan Mengikutinya hingga ke Pelabuhan...

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

Tren
Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Tren
Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Tren
Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Tren
Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Tren
Presiden Iran Ebrahim Raisi Meninggal karena Kecelakaan Helikopter, Siapa Penggantinya?

Presiden Iran Ebrahim Raisi Meninggal karena Kecelakaan Helikopter, Siapa Penggantinya?

Tren
Cara Menambahkan Alamat Rumah di Google Maps, Bisa lewat HP

Cara Menambahkan Alamat Rumah di Google Maps, Bisa lewat HP

Tren
3 Idol Kpop yang Tersandung Skandal Burning Sun

3 Idol Kpop yang Tersandung Skandal Burning Sun

Tren
Spesifikasi Helikopter Bell 212 yang Jatuh Saat Membawa Presiden Iran

Spesifikasi Helikopter Bell 212 yang Jatuh Saat Membawa Presiden Iran

Tren
7 Makanan Obat Alami Asam Urat dan Makanan yang Harus Dihindari

7 Makanan Obat Alami Asam Urat dan Makanan yang Harus Dihindari

Tren
Skandal Burning Sun, Sisi Gelap di Balik Gemerlap Kpop

Skandal Burning Sun, Sisi Gelap di Balik Gemerlap Kpop

Tren
10 Kecelakaan Pesawat Tragis yang Renggut Nyawa Pemimpin Negara

10 Kecelakaan Pesawat Tragis yang Renggut Nyawa Pemimpin Negara

Tren
Kata Media Asing soal Elon Musk Datang ke Indonesia

Kata Media Asing soal Elon Musk Datang ke Indonesia

Tren
Profil Presiden Iran Ebrahim Raisi, Meninggal Kecelakaan Helikopter

Profil Presiden Iran Ebrahim Raisi, Meninggal Kecelakaan Helikopter

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com