Beberapa populasi orca tampaknya telah mengetahui bahwa hati hiu sangat kaya akan nutrisi. Untuk itu, mereka membunuh hiu dan membuang sisa bangkainya hanya untuk mendapatkan organ bergizi tersebut.
Para peneliti telah mendokumentasikan populasi paus pembunuh yang mengincar hati berbagai jenis hiu, termasuk menyerang hiu putih besar (Carcharodon carcharias) di lepas pantai Afrika Selatan dan mengoyak hati hiu paus (Rhincodon typus) di Meksiko.
Sebuah studi tahun 2021 yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the Royal Society B menemukan, ikatan sosial orca sebanding dengan ikatan sosial pada primata, termasuk manusia.
Paus pembunuh lebih banyak berinteraksi dengan anggota kawanannya, biasanya yang memiliki usia dan jenis kelamin yang sama.
Direktur penelitian Pusat Penelitian Paus di negara bagian Washington yang memimpin penelitian ini Michael Weiss mengatakan, dua paus jantan yang masih berkerabat dekat yang selalu bersama selama penelitian.
"Setiap kali Anda melihat sekelompok paus, dua paus itu ada di sana berinteraksi satu sama lain," kata Weiss.
Baca juga: World Orca Day, Mengenal Paus Orca yang Bisa Hidup hingga 80 Tahun
Pada 2018, para peneliti melihat seekor paus orca betina yang tampak berduka sedang mendorong anaknya yang baru lahir.
Paus orca yang bernama Tahlequah ini mendorong anaknya yang sudah tidak bernyawa setidaknya selama 17 hari, menempuh jarak 1.000 mil (1.600 kilometer) lautan sebelum akhirnya melepaskannya.
Menurut Pusat Penelitian Paus (whale research), mereka menggambarkannya sebagai "tur kesedihan".
Lembaga amal satwa liar Whale and Dolphin Conservation mencatat di situs webnya bahwa para peneliti telah mendokumentasikan beberapa spesies paus dan lumba-lumba yang membawa anak paus atau lumba-lumba yang telah mati.
Mereka menyebut ini sebagai "perilaku berkabung" yang kemungkinan besar biasa terjadi di antara mamalia sosial yang berumur panjang.
Manusia telah melatih paus dalam kurungan selama beberapa dekade.
Di SeaWorld, misalnya, paus pembunuh berpose menyerang, menyiram kerumunan, melambaikan sirip dada, dan umumnya melakukan salto sesuai perintah.
Memelihara paus pembunuh di lingkungan buatan masih kontroversial, dengan beberapa ahli berpendapat bahwa hal itu menyebabkan stres dan berkontribusi terhadap penyakit.
SeaWorld mengumumkan bahwa mereka mengakhiri program penangkaran paus orca pada 2016, dan paus-paus orca yang mereka miliki saat ini merupakan generasi terakhir yang mereka rawat.
Baca juga: Kisah Kiska, Paus Orca Paling Kesepian di Dunia yang Mati di Penangkaran
Para peneliti telah mendokumentasikan banyak contoh orca yang membantu sesama anggota kawanannya. Sebagai contoh, paus orca membantu anggota keluarga yang terluka atau cacat untuk bertahan hidup dengan menangkap makanan untuk mereka.
Induk paus pembunuh juga merawat anak-anaknya hingga dewasa, dan nenek orca merawat cucu-cucunya setelah mereka mengalami menopause (salah satu dari segelintir spesies yang melakukannya).
Sebuah studi tahun 2015 yang diterbitkan dalam jurnal Current Biology menunjukan, betina yang lebih tua juga memandu anggota kawanannya mencari makanan, terutama pada masa-masa sulit ketika makanan langka.
Sehingga hal ini menunjukkan bahwa orca yang tidak lagi berkembang biak mendukung peluang kelangsungan hidup kawanannya dengan memberikan kebijaksanaan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.