Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nestapa Warga Gaza, Berlari untuk Lolos dari Sasaran, Datang ke Sasaran Lain

Kompas.com - 11/10/2023, 10:15 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Serangan udara yang dilancarkan secara intens oleh pasukan Israel di Jalur Gaza masih terus berlanjut.

Ini merupakan respons atas serangan besar-besaran Hamas ke wilayah Israel pada Sabtu (7/10/2023).

AP News mencatat, serangan udara Israel sejauh ini mengakibatkan 900 orang meninggal dunia di Gaza, termasuk 260 anak-anak dan 230 wanita.

Baca juga: Israel Resmi Deklarasikan Perang Melawan Hamas, Pertama Kali sejak 1973

Selain itu, serangan tersebut juga menyebabkan kematian enam petugas kesehatan, delapan jurnalis, serta melukai ribuan orang lainnya.

Selain menimbulkan korban jiwa, PBB melaporkan setidaknya 200.000 penduduk Gaza telah mengungsi.

Situasi ini diperburuk dengan kurangnya bahan bakar dan pemadaman listrik yang berdampak pada generator.

Baca juga: Buntut Serangan Hamas, Netanyahu Akan Putus Pasokan Listrik, Makanan, dan Gas ke Gaza

Baca juga: Erdogan: Tak Akan Ada Perdamaian di Kawasan Ini Tanpa Palestina yang Merdeka

Tak ada tempat aman

Ketika Israel melancarkan lebih dari 200 serangan udara pada Selasa (10/10/2023) malam, warga Palestina bergegas mencari perlindungan.

"Saya lari dari rumah pada jam 1 pagi bersama anak dan istri saya," kata seorang warga Gaza, Shadi Al-Hassi, dikutip dari Aljazeera.

"Kami lolos dari sasaran dan datang ke tempat sasaran lain. Kami terkejut dengan segalanya, ketika api dilemparkan ke arah kami. Tidak ada tempat yang aman di Jalur Gaza," sambungnya.

Baca juga: Bagaimana Pasukan Hamas Bisa Membobol Pertahanan Israel?

Pada hari yang sama, terjadi kepanikan di Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza. Para pekerja medis bergegas membawa warga yang terluka, termasuk banyak anak-anak.

Para petugas medis tampak kewalahan menangani para korban yang terus berdatangan.

"Ada tenda putih di halaman rumah sakit, perluasan sementara ke kamar mayat karena penuh dengan jenazah," kata jurnalis Aljazeera, Youmma ElSayed.

"Beberapa keluarga sudah segera membawa kerabatnya untuk mengosongkan kamar mayat. Tidak ada pemakaman yang diadakan karena intensitas pemboman," sambungnya.

Baca juga: Buntut Serangan Hamas, Netanyahu Akan Putus Pasokan Listrik, Makanan, dan Gas ke Gaza

Seruan penghentian kekerasan

Selain krisis tempat, Rumah Sakit Al-Shifa juga mengalami kekurangan obat-obatan, pasokan, peralatan, dan diperburuk dengan pemadaman listrik.

Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 13 serangan telah menghantam fasilitas kesehatan sejak pertempuran dimulai.

WHO telah menyerukan penghentian kekerasan dan kebutuhan mendesak untuk menciptakan koridor kemanusiaan di Jalur Gaza.

"Koridor kemanusiaan diperlukan untuk menjangkau orang-orang yang memiliki pasokan medis yang penting," kata juru bicara WHO Tarik Jasarevic pada konferensi pers di Jenewa.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Iron Dome Israel, Sistem Pertahanan Canggih yang Berhasil Dibobol Hamas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com