Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Persahabatan Bhutan dengan India

Kompas.com - 10/10/2023, 22:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ADA yang menarik perhatian saya ketika berkunjung ke Bhutan, yaitu kesan kecenderungan Bhutan untuk secara politik, ekonomi maupun militer lebih berpihak ke India ketimbang China.

Latar belakang sejarah tampaknya memengaruhi pilihan sikap geopolitik Bhutan terhadap dua negara besar yang secara geografis kebetulan merupakan dua tetangga Bhutan.

Pada 1720, laskar bersenjata kekaisaran dinasti Qing, China menyerbu masuk ke Tibet serta merta ke Bhutan yang pada masa itu masih belum jelas batasan kedaulatan teritorialnya.

Kemudian pada 1864, tiba giliran serdadu kerajaan Inggris merangsek masuk ke Bhutan demi menguasai kawasan perbatasan selatan Bhutan sebagai jalur perdagangan utama dunia luar masuk ke Bhutan.

Pada 1907, Inggris menobatkan Ugyen Wangchuk sebagai druk gyalpo alias kepala kerajaan Bhutan yang pada 1910 menandatangani kesepakatan dengan Inggris untuk menjadi protektorat sebagai istilah eufemisme jajahan Inggris.

Selanjutnya Bhutan secara politis lebih berorientasi ke India yang pada masa itu masih merupakan jajahan Inggris, meski mayoritas perdagangan masih dijalin dengan Tibet.

Setelah 15 Agustus 1947, India memproklamirkan kemerdekaan dirinya dari penjajahan Inggris, maka Bhutan menjalin hubungan diplomatik dengan India.

Bahkan India menyerahkan kawasan Dewangiri kepada Bhutan sebagai imbal-balik perlindugan militer India terhadap Bhutan.

Setelah militer Republik Rakyat China menduduki Tibet, maka Bhutan merasa terancam sehingga makin mendekatkan diri ke India.

Pada 1950, India memperkuat garnison pertahanan militer di perbatasan Bhutan dengan Tibet sehingga meningkatkan suhu panas permusuhan China dengan India.

India membangun infrastruktur jalan raya menghubungkan Bhutan dengan India yang secara langsung membuka gerbang isolasi Bhutan ke dunia luar modern.

Raja Bhutan adalah alumnus universitas Inggris, maka bahasa Inggris diajarkan sebagai bahasa wajib di lembaga pendidikan kerajaan Bhutan.

Pada masa kini, nyaris tidak tampak mobil buatan China lalu lalang di jalan raya Bhutan yang didominasi mobil buatan India dan Jepang.

Tidak ada jalur penerbangan ke Bhutan langsung ke China akibat terbatas ke Thailand dan India.

Turisme di Bhutan juga jauh lebih banyak mendatangkan turis dari Thailand, Jepang, Korea dan Taiwan ketimbang dari daratan China.

Buddhisme Bhutan pada hakikatnya lebih mirip Buddhisme Tibet ketimbang Buddhisme China. Bahkan rumah makan India dan Jepang jauh lebih popular di kerajaan Bhutan ketimbang restoran Chinese.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Tren
Asal-usul Gelar 'Haji' di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Asal-usul Gelar "Haji" di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Tren
Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar 'Money Politics' Saat Pemilu Dilegalkan

Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar "Money Politics" Saat Pemilu Dilegalkan

Tren
Ilmuwan Temukan Eksoplanet 'Cotton Candy', Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Ilmuwan Temukan Eksoplanet "Cotton Candy", Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Tren
8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

Tren
Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Tren
Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Tren
El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

Tren
Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Tren
Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Tren
7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

Tren
Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Tren
Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Tren
Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com