Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang Mesir Kuno Cukur Alis Saat Kucingnya Mati, Masa Berkabung hingga Rambut Kembali Tumbuh

Kompas.com - 09/09/2023, 19:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Selama ribuan tahun, orang Mesir kuno terkenal sangat menghormati hewan, terutama kucing.

Mereka berpandangan, hewan merupakan makhluk sakral yang memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari dan ibadah keagamaan.

Dilansir dari National Geographic, mitologi juga menyatakan, para dewa dan dewi memiliki kemampuan untuk mengubah diri menjadi binatang yang berbeda.

Tak heran, beberapa hewan menjadi representasi dari kehadiran atau perwakilan para dewa dan dewi.

Namun, kecintaan masyarakat Mesir kuno terhadap kucing tidak hanya dituangkan dengan mengangkatnya sebagai hewan peliharaan.

Baca juga: Kucing Ternyata Tahu Namanya Sendiri, Nama Kucing Lain, dan Nama Pemiliknya


Cukur alis saat kucingnya mati

Dikutip dari laman Ancient Origin, kucing sangat populer di kalangan masyarakat kuno negara di kawasan Afrika tersebut.

Dari patung hingga lukisan makam, mamalia ini digambarkan dalam sejumlah obyek yang menjadi saksi kesakralannya.

Bahkan, ada sebuah cerita yang mengatakan bahwa kucing milik keluarga kerajaan dihiasi dengan perhiasan emas mewah.

Sejarawan Yunani, Herodotus, dalam karyanya yang bertajuk Histories (430 SM) pun menuliskan, pemilik akan merelakan alisnya hilang saat kucing peliharaannya mati.

Saat seekor kucing mati, semua anggota keluarga akan mencukur alis sebagai tanda rasa hormat dan kesedihan.

Mereka akan terus-menerus berkabung atas kepergian kucing hingga rambut-rambut yang berada di atas mata tersebut tumbuh kembali.

Demikian istimewanya mamalia ini, masyarakat kala itu bahkan memiliki aturan untuk menghukum mati para pelaku pembunuhan kucing, meski tidak disengaja.

Namun, penghormatan tersebut bukan serta-merta menandakan bahwa orang Mesir menyembah kucing tanpa sebab.

"Yang mereka lakukan adalah mengamati perilakunya," jelas Kurator Smithsonian’s National Museum of Asian Art, Amerika Serikat, Antonietta Catanzariti kepada NPR (20/12/2017).

Dengan mengamati karakteristik kucing, orang Mesir kuno mengira dewa dan penguasa memiliki kualitas seperti hewan ini.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com