Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Orang Mesir Kuno Cukur Alis Saat Kucingnya Mati, Masa Berkabung hingga Rambut Kembali Tumbuh

KOMPAS.com - Selama ribuan tahun, orang Mesir kuno terkenal sangat menghormati hewan, terutama kucing.

Mereka berpandangan, hewan merupakan makhluk sakral yang memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari dan ibadah keagamaan.

Dilansir dari National Geographic, mitologi juga menyatakan, para dewa dan dewi memiliki kemampuan untuk mengubah diri menjadi binatang yang berbeda.

Tak heran, beberapa hewan menjadi representasi dari kehadiran atau perwakilan para dewa dan dewi.

Namun, kecintaan masyarakat Mesir kuno terhadap kucing tidak hanya dituangkan dengan mengangkatnya sebagai hewan peliharaan.

Cukur alis saat kucingnya mati

Dikutip dari laman Ancient Origin, kucing sangat populer di kalangan masyarakat kuno negara di kawasan Afrika tersebut.

Dari patung hingga lukisan makam, mamalia ini digambarkan dalam sejumlah obyek yang menjadi saksi kesakralannya.

Bahkan, ada sebuah cerita yang mengatakan bahwa kucing milik keluarga kerajaan dihiasi dengan perhiasan emas mewah.

Sejarawan Yunani, Herodotus, dalam karyanya yang bertajuk Histories (430 SM) pun menuliskan, pemilik akan merelakan alisnya hilang saat kucing peliharaannya mati.

Saat seekor kucing mati, semua anggota keluarga akan mencukur alis sebagai tanda rasa hormat dan kesedihan.

Mereka akan terus-menerus berkabung atas kepergian kucing hingga rambut-rambut yang berada di atas mata tersebut tumbuh kembali.

Demikian istimewanya mamalia ini, masyarakat kala itu bahkan memiliki aturan untuk menghukum mati para pelaku pembunuhan kucing, meski tidak disengaja.

Namun, penghormatan tersebut bukan serta-merta menandakan bahwa orang Mesir menyembah kucing tanpa sebab.

"Yang mereka lakukan adalah mengamati perilakunya," jelas Kurator Smithsonian’s National Museum of Asian Art, Amerika Serikat, Antonietta Catanzariti kepada NPR (20/12/2017).

Dengan mengamati karakteristik kucing, orang Mesir kuno mengira dewa dan penguasa memiliki kualitas seperti hewan ini.

Dikutip dari Kompas.com, sebuah pameran di Smithsonian’s National Museum of Asian Art pada 2018 memaparkan, kucing dipandang memiliki dualitas temperamen.

Di satu sisi mereka bisa menjadi pelindung, setia, dan dapat mengasuh dengan baik. Namun, di sisi lain, kucing bisa menjadi garang, mandiri, dan galak.

Sifat inilah yang membuat kucing dalam pandangan masyarakat Mesir kuno, tampak seperti makhluk khusus yang patut diperhatikan khusus.

Para arkeolog percaya, kucing pertama kali dijinakkan sebagai pengendali hama yang efisien untuk mengusir tikus dan ular berbisa.

Seiring berjalannya waktu, ketika kucing mulai menjadi hewan domestik, popularitas Bastet, dewi rumah, kesuburan, dan perlindungan yang digambarkan berkepala kucing turut meningkat.

Hewan kucing sebagai representasi Bastet mulai digunakan untuk menarik keberuntungan dan mengusir roh jahat.

Sayangnya, kesukaan orang Mesir kuno tersebut juga membawa petaka bagi hewan ini. Tak jarang, kucing dibunuh dan dijadikan mumi untuk kemudian dikubur bersama manusia, pemiliknya.

Praktik ini marak terjadi antara 700 SM hingga 300 M, seperti menurut laporan dalam jurnal Scientific Reports.

Saat itu, peneliti melakukan pemindaian mikro-CT sinar-X pada mumi kucing. Hasilnya, secara detail struktur kerangka dan bahan, biasa digunakan dalam proses mumifikasi.

Peneliti pun menyadari, jika temuan kucing yang dimumikan berukuran jauh lebih kecil dari yang diperkirakan.

"Itu adalah kucing yang sangat muda, tetapi kami tak menyadarinya sebelum melakukan pemindaian karena begitu banyaknya mumi," ujar peneliti dari Swansea University, Inggris, Richard Johnston.

"Mungkin kucing berusia kurang dari 5 bulan saat lehernya sengaja dipatahkan," tambahnya.

Johnston melanjutkan, kucing sering dipersembahkan sebagai pengorbanan sebagai sarana untuk menenangkan atau mencari bantuan dari dewa.

"Kucing sering kali dipelihara untuk tujuan itu," pungkasnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/09/09/190000265/orang-mesir-kuno-cukur-alis-saat-kucingnya-mati-masa-berkabung-hingga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke