Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi di China, Menyemprotkan Air ke Jalan Justru Perburuk Polusi Udara

Kompas.com - 27/08/2023, 19:00 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah studi yang dilakukan di China menunjukkan, penyemprotan jalan dalam skala besar berkontribusi pada polusi udara.

Studi ini dimuat di jurnal National Library of Medicine pada 2021.

Dalam studi tersebut, para peneliti menilai dampak penyemprotan air terhadap konsentrasi PM 2,5 dengan mengukur komposisi kimia air.

Mereka kemudian melakukan simulasi eksperimen penyemprotan air, mengukur residu, dan menganalisis data yang relevan.

Hasilnya, penyemprotan air keran atau air sungai dalam jumlah besar ke jalan justru menyebabkan peningkatan konsentrasi PM 2,5 dan kelembapan.

"Penyemprotan terus menerus setiap hari menghasilkan efek kumulatif terhadap polusi udara," tulis peneliti dalam studinya.

Baca juga: Mobil Damkar Semprot Jalan untuk Kurangi Polusi, Heru Budi: Jika Hasilnya Negatif, Kami Hentikan

Jadi sumber polusi udara baru

Tak hanya itu, menyemprotkan air dalam jumlah yang sama juga menghasilkan peningkatan kelembapan dan konsentrasi PM 2,5 lebih besar dari musim gugur serta musim dingin.

Peneliti menuliskan, penyemprotan jalan dengan air justru meningkatan konsentrasi PM 2,5 dibandingkan menurunkannya.

Pasalnya, air yang disemprotkan dapat menghasilkan aerosol antropogenik baru atau partikel halus yang tidak terlihat, sehingga dapat menjadi sumber polusi udara baru.

Kandungan uap yang lebih tinggi dan kelembapan yang dihasilkan, berpotensi menciptakan kondisi meteorologi tidak menguntungkan bagi penyebaran polusi udara di musim gugur dan musim dingin dengan suhu rendah.

"Tidak diragukan lagi, peningkatan aerosol antropogenik, bersama dengan suhu rendah di musim gugur dan musim dingin, akan mendorong terbentuknya kondisi meteorologi dengan kelembapan tinggi," tulis peneliti.

"Ini tidak menguntungkan bagi difusi polutan udara, dan menjadi penyebab utama terjadinya polusi udara parah pada cuaca bersuhu rendah," sambungnya.

Baca juga: Protes Wacana Ganjil Genap 24 Jam untuk Atasi Polusi, Warga: Orang Malah Beli Kendaraan Baru

Seperti diketahui, memburuknya kualitas udara di berbagai daerah, termasuk DKI Jakarta, belakangan mendapat perhatian.

Ada berbagai upaya yang dilakukan untuk menangani persoalan ini.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, misalnya, mengerahkan 20 mobil pemadam kendaraan untuk penyemprotan sejumlah ruas jalan.

Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengatakan, penyemprotan ini ditujukan untuk mengurangi polisi udara di Ibu Kota.

Pihaknya juga mengerahkan mobil pengangkut air dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan Dinas Sumber Daya Air.

"Yang akan dilakukan penyiraman itu dari Patung Kuda, Blok M, lalu dari Cawang hingga Slipi. Itu setiap hari," kata Heru, dikutip dari pemberitaan Kompas.com (25/8/2023).

"Selain damkar ada dari dinas lain, SDA dan lingkungan hidup untuk supaya mengurangi polisi di jalan-jalan utama," sambungnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Warganet Keluhkan Harga Tiket Laga Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 yang Mahal, PSSI: Kami Minta Maaf

Warganet Keluhkan Harga Tiket Laga Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 yang Mahal, PSSI: Kami Minta Maaf

Tren
Korban Banjir Bandang Sumbar Capai 67 Orang, 20 Masih Hilang, 3 Belum Teridentifikasi

Korban Banjir Bandang Sumbar Capai 67 Orang, 20 Masih Hilang, 3 Belum Teridentifikasi

Tren
5 Manfaat Minum Teh Earl Grey Setiap Hari, Mengusir Sedih dan Menurunkan Berat Badan

5 Manfaat Minum Teh Earl Grey Setiap Hari, Mengusir Sedih dan Menurunkan Berat Badan

Tren
Ramai Larangan 'Study Tour' Imbas Tragedi Bus Ciater, Menparekraf: Bukan Salah Kegiatan

Ramai Larangan "Study Tour" Imbas Tragedi Bus Ciater, Menparekraf: Bukan Salah Kegiatan

Tren
50 Instansi yang Sudah Umumkan Formasi CPNS dan PPPK 2024, Mana Saja?

50 Instansi yang Sudah Umumkan Formasi CPNS dan PPPK 2024, Mana Saja?

Tren
Catat, Ini 5 Ikan Tinggi Purin Pantangan Penderita Asam Urat

Catat, Ini 5 Ikan Tinggi Purin Pantangan Penderita Asam Urat

Tren
BMKG: Wilayah Ini Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 17-18 Mei 2024

BMKG: Wilayah Ini Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 17-18 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Warga Israel Rusak Bantuan Indomie untuk Gaza, Gletser Terakhir di Papua Segera Menghilang

[POPULER TREN] Warga Israel Rusak Bantuan Indomie untuk Gaza, Gletser Terakhir di Papua Segera Menghilang

Tren
Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Tren
Asal-usul Gelar 'Haji' di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Asal-usul Gelar "Haji" di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Tren
Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar 'Money Politics' Saat Pemilu Dilegalkan

Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar "Money Politics" Saat Pemilu Dilegalkan

Tren
Ilmuwan Temukan Eksoplanet 'Cotton Candy', Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Ilmuwan Temukan Eksoplanet "Cotton Candy", Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Tren
8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

Tren
Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Tren
Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com