Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Efek Polusi Udara bagi Kesehatan Mental Remaja, Picu Cemas Berlebih dan Mudah Emosi

Kompas.com - 22/08/2023, 12:00 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Polusi udara adalah masalah lingkungan hidup yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan seperti penyakit pernapasan dan kardiovaskular.

Selain kedua penyakit itu, ada bukti substansial yang mengatakan bahwa polusi udara juga berdampak pada kesehatan mental manusia, terutama anak-anak dan remaja.

Beberapa penelitian telah mengaitkan antara polusi udara dengan tingkat stres yang lebih tinggi, tekanan psikologis, peningkatan risiko demensia, alzheimer, serta depresi.

Baca juga: Polusi Udara di Indonesia Disorot, Ini Cara Mengatasinya Menurut KLHK dan Pakar


Hubungan antara polusi udara dan kesehatan mental

Sebuah penelitian yang diterbitkan di Jurnal Plosbiology (20/8/2019) yang dilakukan terhadap orang-orang di Amerika Serikat dan Denmark menemukan bahwa paparan polusi udara secara signifikan dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan kejiwaan, termasuk:

  • Depresi
  • Skizofrenia
  • Gangguan bipolar
  • Gangguan kepribadian.

Meskipun penelitian telah menemukan hubungan antara polusi udara dan masalah kesehatan mental, bagaimana polusi udara dapat memengaruhi kesehatan mental masih belum dipahami dengan baik.

Para penulis studi dari AS dan Denmark mengatakan bahwa penelitian menunjukkan mekanisme peradangan saraf yang menghubungkan polusi udara dan konsekuensi masalah kejiwaan.

Selain itu, sebuah tinjauan baru-baru ini juga telah mengamati lebih dari 100 penelitian tentang efek polusi udara luar ruangan terhadap kesehatan mental dan wilayah otak yang mengatur emosi, dengan fokus pada hipokampus, amigdala, dan korteks prefrontal.

Para peneliti menemukan bahwa 73 persen dari penelitian tersebut melaporkan gejala dan perilaku kesehatan mental yang lebih tinggi pada manusia dan hewan setelah terpapar polusi udara yang lebih tinggi dari rata-rata.

Penulis utama studi ini, Clara G. Zundel menyimpulkan dalam laporan World Economic Forum bahwa orang yang menghirup udara yang tercemar mengalami perubahan di daerah otak yang mengendalikan emosi.

Akibatnya, mereka mungkin lebih mudah mengalami kecemasan dan depresi dibandingkan mereka yang menghirup udara yang lebih bersih.

Kemudian sebuah studi dari para peneliti di Harvard, yang diterbitkan pada Maret 2023, menambah bukti yang menghubungkan paparan polusi udara (materi partikulat kecil PM2.5, nitrogen oksida, dan nitrogen dioksida) dengan peningkatan risiko demensia.

Baca juga: Polusi Jakarta, Luhut Panggil Menteri, Gubernur, dan Wajibkan Masker

Selain berdampak pada kesehatan saluran pernapasan, polusi udara juga berdampak pada kesehatan mental.Shutterstock/Deemerwha studio Selain berdampak pada kesehatan saluran pernapasan, polusi udara juga berdampak pada kesehatan mental.

Dampak polusi udara bagi kesehatan mental remaja

Dilansir dari Psychiatry (12/4/2023), penelitian terbaru lainnya juga melihat dampak potensial dari paparan polusi udara terhadap anak-anak dan remaja yang mungkin sangat rentan karena mereka mengalami periode kritis dalam perkembangan otak.

Tinjauan penelitian tersebut menemukan bukti bahwa polusi udara dikaitkan dengan peningkatan risiko gejala depresi dan perilaku bunuh diri.

Selain itu, melalui studi neuroimaging, para peneliti juga menemukan bukti adanya perubahan struktural dan fungsional yang terkait di otak.

Temuan dari studi populasi besar yang disebutkan di atas menunjukkan bahwa kualitas udara yang buruk selama tahun-tahun di awal kehidupan seseorang meningkatkan risiko gangguan kejiwaan, termasuk gangguan bipolar, skizofrenia, gangguan kepribadian, dan depresi berat.

Halaman:

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com