Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertama di Dunia, Peneliti Ciptakan Struktur seperti Embrio Manusia Sintetis Tanpa Sel Telur dan Sperma

Kompas.com - 17/06/2023, 16:30 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Sebuah tim peneliti di Amerika Serikat dan Inggris mengeklaim telah menciptakan struktur seperti embrio manusia sintetis pertama di dunia dari sel punca tanpa menggunakan sel telur dan sperma.

Dilansir dari CNN, struktur seperti embrio berada pada tahap paling awal perkembangan manusia.

Dengan kata lain, embrio tidak memiliki jantung atau otak yang berdetak.

Namun, para peneliti meyakini suatu hari mereka dapat memajukan pemahaman tentang penyakit genetik atau penyebab keguguran.

"Tidak seperti embrio manusia yang timbul dari fertilisasi in vitro (IVF) dengan kerangka hukum yang mapan, saat ini tidak ada peraturan yang jelas yang mengatur model turunan sel punca dari embrio manusia," ujar direktur penelitian rekanan di Institut Francis Crick, James Briscoe.

"Ada kebutuhan mendesak untuk peraturan untuk menyediakan kerangka kerja untuk pembuatan dan penggunaan model turunan sel punca dari embrio manusia," lanjutnya.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Kelahiran Bayi Pertama Hasil Transfer Embrio

Bukan embrio manusia

Profesor biologi dan teknik biologi di CalTech dan University of Cambridge, Zernicka-Goetz, menyatakan, penelitian ini telah diterima di jurnal ilmiah ternama, tetapi belum dipublikasikan.

Dia bersama timnya sebelumnya telah mendeskripsikan pembuatan model struktur mirip embrio dari sel punca tikus.

Dalam hal ini, "embrioid" menunjukkan permulaan otak, jantung, dan saluran usus setelah sekitar delapan hari perkembangan.

Zernicka-Goetz menjelaskan, struktur mirip embrio ini telah dibuat oleh laboratoriumnya, bertumbuh dari satu sel induk embrionik manusia dan berkembang menjadi tiga lapisan jaringan yang berbeda.

Menurutnya, jaringan itu termasuk sel-sel yang biasanya akan mengembangkan kantung kuning telur, plasenta, dan embrio itu sendiri.

"Saya hanya ingin menekankan bahwa mereka bukanlah embrio manusia," kata Zernicka-Goetz.

"Mereka adalah model embrio, tetapi mereka sangat menarik karena sangat mirip dengan embrio manusia dan jalur yang sangat penting menuju penemuan mengapa begitu banyak kehamilan gagal, karena sebagian besar kehamilan gagal sekitar waktu perkembangan di mana kita membangun struktur seperti embrio ini," sambungnya.

Baca juga: Ramai soal Unggahan Janin Bersembunyi Saat Kehamilan Tidak Diinginkan, Ini Kata Dokter

Tidak bertujuan menciptakan kehidupan

Para peneliti berharap model embrio ini bisa memecahkan "rahasia" perkembangan manusia, dalam periode 14 hari setelah pembuahan, yang merupakan batas yang disepakati para ilmuwan untuk mempelajari embrio di laboratorium.

Zernicka-Goetz menegaskan, penelitiannya tidak bertujuan bukan untuk menciptakan kehidupan, tetapi untuk mencegah risiko keguguran.

Dengan penelitiannya, dia berharap bisa memahami mengapa embrio terkadang gagal berkembang setelah pembuahan dan implantasi.

Penelitian ini menimbulkan pertanyaan hukum dan etika kritis.

Banyak negara termasuk AS tidak memiliki undang-undang yang mengatur pembuatan atau perawatan embrio sintetis.

Para ahli bioetika juga khawatir, laju penemuan dan kecanggihan adalah pertanda mereka semakin mendekati tepi kehidupan.

Baca juga: 8 Embrio Ditemukan dalam Perut Bayi Perempuan dalam Temuan Kasus Pertama di Dunia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kapan Waktu Terbaik Olahraga untuk Menurunkan Berat Badan?

Kapan Waktu Terbaik Olahraga untuk Menurunkan Berat Badan?

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 30 April hingga 1 Mei 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 30 April hingga 1 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Muda Vs Kelapa Tua | Cara Perpanjang STNK jika Pemilik Asli Kendaraan Meninggal Dunia

[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Muda Vs Kelapa Tua | Cara Perpanjang STNK jika Pemilik Asli Kendaraan Meninggal Dunia

Tren
NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com