Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Fenomena Awan "Bertopi" di Puncak Merapi, Ini Penjelasan BPPTKG dan BMKG

Kompas.com - 06/04/2023, 12:15 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Unggahan foto yang memperlihatkan adanya awan berbentuk topi di puncak Gunung Merapi, ramai di media sosial.

Unggahan foto tersebut dibuat oleh akun Twitter ini pada Rabu (5/4/2023).

Dalam foto tersebut tampak Gunung Merapi sedang mengeluarkan lava pijar namun secara bersamaan pada puncaknya ditutupi oleh awan bertopi.

"Saat Merapi bertopi sekaligus mengeluarkan lava pijar. Lokasi: Sleman Yogyakarta. Foto oleh: yehezkiel_bayoueaji," tulis pengunggah.

Baca juga: Viral, Video TKW Hong Kong Dikenai Denda Rp 9 Juta karena Beli Gamis Rp 200.000, Bea Cukai: Itu Penipuan

Hingga Kamis (6/4/2023) pagi, unggahan tersebut sudah dilihat lebih dari 22.700 kali dan disukai sebanyak 181 warganet Twitter.

Baca juga: Ramai soal Muncul Awan Lentikular Saat Merapi Erupsi, Apa Itu?


Tidak ada hubungannya dengan aktivitas Merapi

Puncak Gunung Semeru atau Mahameru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur tertutup awan sehingga terlihat seperti bertopi pada Senin (10/12/2018)Dok. BB TNBTS Puncak Gunung Semeru atau Mahameru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur tertutup awan sehingga terlihat seperti bertopi pada Senin (10/12/2018)

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Agus Budi Santoso mengungkapkan bahwa fenomena awan bertopi yang terjadi di puncak Gunung Merapi tersebut karena fenomena cuaca. 

Fenomena cuaca tersebut terjadi karena adanya angin yang cukup kencang yang mengelilingi puncak Gunung Merapi.

"Itu fenomena cuaca saja, di mana terjadi angin yang cukup kencang mengelilingi puncak dan tidak ada kaitannya dengan aktivitas Gunung Merapi," ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (6/4/2023).

Agus mengatakan bahwa fenomena awan bertopi cukup sering terjadi di beberapa gunung di Indonesia. Hal ini karena dalam proses pembentukan awannya akan mengikuti dinamika cuaca di sekitar.

Baca juga: Viral, Video Awan Panas Gunung Merapi Berbentuk Petruk, Peneliti: Fenomena Pareidolia

Jenis awan lenticular

Fenomena Gunung Lawu bertopi awan kembali terjadi pad Kamis pagi. Sejak pukul 05:00 WIB warga Magetan dan sekitarnya bisa melihat pemandangan yang indah saat awan berbentuk topi menaungu Puncak Gunugn Lawu.KOMPAS.COM/SUKOCO Fenomena Gunung Lawu bertopi awan kembali terjadi pad Kamis pagi. Sejak pukul 05:00 WIB warga Magetan dan sekitarnya bisa melihat pemandangan yang indah saat awan berbentuk topi menaungu Puncak Gunugn Lawu.

Sementara itu, Kepala Sub Bidang Prediksi Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ida Pramuwardani menjelaskan, fenomena awan bertopi termasuk jenis awan lenticular.

"Awan bertopi itu adalah salah satu jenis awan lenticular yang terbentuk karena angin di gunung," ujarnya, terpisah.

Awan lenticular terjadi ketika udara bertiup melintasi pegunungan dalam keadaan tertentu. Kemudian udara akan membentuk rangkaian gelombang besar yang berada di hilir udara.

Baca juga: Viral, Video Awan seperti Ombak di Langit Jakarta, Apa Penyebabnya?

Jika terdapat cukup kelembapan di udara, maka akan muncul gerakan naik gelombang yang menyebabkan uap air mengembun dan membentuk penampakan unik awan lentikular yang salah satunya awan bertopi tersebut.

Ida mengungkapkan, untuk bisa mengetahui apakah terdapat hubungan antara fenomena tersebut dengan aktivitas gunung, maka diperlukan penelitian lanjutan.

"Tapi sepengalaman kami dengan atau tanpa aktivitas gunung, fenomena awan bertopi ini memang sering terbentuk di puncak pegunungan," ungkapnya.

Ida juga menyampaikan bahwa kemunculan awan bertopi di puncak gunung juga kerap terjadi. Namun belum ada penelitian mengenai frekuensi fenomena awan tersebut bisa muncul.

"Meski belum ada penelitiannya, tapi berdasarkan beberapa laporan sepertinya fenomena awan bertopi tersebut cukup sering terjadi," pungkasnya.

Baca juga: Fenomena Topi Awan yang Terjadi Serentak di 4 Gunung, Ada Apa?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com