KOMPAS.com - Pada 2012, China memulai sebuah proyek ambisius untuk meratakan 700 gunung dan menyulapnya menjadi kota metrapolitan.
Dinamai "proyek pemindahan gunung", salah satu konstruksi terbesar di China membutuhkan biaya Rp 41 triliun untuk meratakan 700 gunung di area Lanzhou.
Proyek ini memungkinkan pengembang membangun kota metropolis baru.
Adalah The Lanzhou New Area, kawasan seluas 130.000 hektar yang menjadi ibu kota Provinsi Gansu.
Baca juga: 10 Kota Terkaya di Dunia, Mana Saja?
Dikutip dari The Guardian, pembangunan ini dapat meningkatkan produk domestik bruto kawasan itu menjadi Rp 502 triliun pada 2030.
Proyek ini menjadi zona pembangunan tingkat negara bagian kelima China dan pertama di daerah pedalaman.
Proyek lainnya termasuk Pudong Shanghai dan Binhai Tianjin, rumah bagi replika Manhattan 120 bangunan setengah jadi.
The Lanzhou New Area memungkinkan sebuah distrik perkotaan baru berukuran hampir 10 mil persegi di timur laut pusat kota.
Baca juga: Bukan AS dan China, Ini Pemimpin Negara dengan Gaji Terbesar di Dunia
Perusahaan konstruksi China Pasific Construction Group berada di belakang inisiatif itu.
Namun, pembangunan kota baru ini menuali banyak kritikan. Pasalnya, Lanzhou yang menjadi rumah bagi 3,6 juta orang di sepanjang Yellow River telah memiliki masalah lingkungan yang besar.
Pada 2011, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menempatkannya sebagai kota dengan polusi udara terburuk di China.
Sementara mantan pejabat tinggi di Komisi Pembangunan dan Reformasi China, Liu Fuyuan saat itu menyoroti lokasi pembangunan yang kurang tepat.
Baca juga: Melihat Isi Balon Mata-mata China yang Terbang di Atas AS
Sebab, Lanzhou kerap masuk daftar sebagai salah satu kota yang mengalami krisis air di China.
"Yang paling penting adalah mengumpulkan orang-orang di tempat-tempat yang ada airnya," kata dia.