KOMPAS.com - Kampanye "Kebaya Goes to UNESCO" baru-baru ini ramai dilakukan banyak pihak.
Selain komunitas, pelajar, hingga istri pejabat, artis peran Dian Sastrowardoyo juga turut mendukung gerakan Kebaya Goes to UNESCO tersebut.
Belum lama ini, ratusan perempuan bahkan ikut meramaikan parade "Cantik Berkebaya" di kawsan National Mall, pusat kota Washington DC, Amerika Serikat.
Kegiatan tersebut merupakan bentuk dukungan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Washington DC bersama masyarakat dan diaspora Indonesia terhadap upaya pendaftaran kebaya sebagai Warisan Tak Benda (Intagible Heritage) UNESCO.
Diketahui, Gerakan Goes to UNESCO bertujuan untuk mendaftarkan kebaya sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO.
Baca juga: Jadi Warisan Budaya Tak Benda, Apa Beda Tempe Mendoan dengan Tempe Goreng Biasa?
Lantas bagaimanakah sejarah kebaya di Indonesia?
Kebaya diketahui merupakan salah satu busana yang sangat mudah ditemukan di tanah air.
Busana ini seringkali digunakan oleh masyarakat untuk berbagai acara resmi, seperti resepsi maupun wisuda.
Pakaian kebaya saat ini memiliki beragam model dengan penggunaan jenis kain yang beragam.
Tak hanya digunakan oleh ibu-ibu, kebaya secara luas juga sering terlihat digunakan oleh anak muda di tanah air.
Baca juga: Sejarah Sumpah Pemuda dan Kumpulan Link Twibbonnya
Dikutip dari laman Kompas.com (19/4/2021), kata kebaya berasal dari bahasa Arab yakni Abaya yang berarti jubah atau pakaian longgar.
Di waktu lampau, kebaya dikenakan dan dipasangkan dengan kain atau sarung, serta digunakan oleh banyak wanita Indonesia dan juga Melayu.
Bentuk awal kebaya konon berasal dari Kerajaan Majapahit, di mana busana ketika itu dikenakan oleh permaisuri dan juga selir raja.