Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mana yang Lebih Penting, Pemerataan Vaksinasi Dasar Dulu atau Booster?

Kompas.com - 10/01/2022, 16:30 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Indonesia akan segera melakukan vaksinasi booster pada Rabu (12/1/2022).

Rencana ini, sesuai dengan instruksi Presiden Joko Widodo sebelumnya.

Namun, sebenarnya seberapa esensialkah pemberian vaksin dosis penguat di Indonesia ini?

Mengingat capaian vaksinasi dosis satu dan dua di Indonesia belum bisa dikatakan merata di setiap daerah.

Mana yang lebih penting, pemerataan vaksinasi dosis satu dan dua dulu, atau vaksinasi booster?

Baca juga: Mengenal Peserta BPJS PBI yang Dapat Vaksin Booster Gratis

Sama-sama penting

Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengatakan, keduanya tidak ada yang lebih penting, karena urgensinya sama-sama besar.

"Saat ini dua hal ini harus dilakukan secara paralel, ya vaksinasi dosis satu dan dosis dua, ya juga (vaksinasi) booster," kata Dicky, saat dihubungi Kompas.com, Senin (10/1/2022).

Vaksinasi dosis satu dan dua tentu sangat penting untuk mencapai target vaksinasi nasional dan membentuk kekebalan kelompok sebagaimana ditargetkan di awal.

"Pemberian vaksinasi dosis pertama dosis kedua itu sangat urgen," ujar Dicky.

Sementara itu, vaksinasi booster penting untuk menghadapi penyebaran varian Omicron yang diketahui memiliki kemampuan transmisi tinggi.

Jika Omicron menyerang seseorang yang belum memiliki imunitas cukup kuat atau menyerang orang dengan risiko tinggi, bukan tidak mungkin angka perawatan di rumah sakit akan meningkat drastis.

Ini tentu akan menambah beban fasilitas kesehatan di Tanah Air.

"Vaksinasi booster ini dengan kondisi Omicron (yang) akan menjadi ancaman, ini tentu beban ke fasilitas kesehatan besar, terutama dari yang kelompok berisiko tinggi, baik dari sisi pekerjaan maupun kondisi tubuh," jelas Dicky.

"Nah oleh karena itu, booster ini menjadi esensial atau urgen," lanjut dia.

Baca juga: 6 Poin Penting Vaksinasi Booster Mulai 12 Januari

Prioritas kelompok berisiko tinggi

Jika mengacu rencana vaksinasi booster yang akan dilakukan oleh pemerintah, nantinya vaksin Covid-19 dosis ketiga ini akan dilakukan dengan dua metode, yakni gratis dan berbayar.

Terlepas dari cara aksesnya itu, Dicky berharap, pelaksanaan vaksinasi booster ini mendahulukan kelompok-kelompok masyarakat yang berisiko tinggi dibanding masyarakat umum.

Kelompok berisiko tinggi yang dimaksud Dicky, yakni mereka yang memiliki komorbid, maupun mereka yang bekerja di sektor publik, sehingga rentan tertular virus.

"Dalam kaitan booster ini, yang harus diprioritaskan saat ini pada kelompok berisiko tinggi. Jadi masyarakat umum bersabar dulu," sebut Dicky.

"Yang berbayar itu juga bersabar dulu, harus dikejar kelompok yang berisiko tinggi ini, jangan sampai yang berbayar juga jalan yang ini (gratis) juga jalan, karena jadi tidak fokus kita," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Disebut Dapat Rp 850 Juta dari Kementan, Ini Pengakuan Nasdem

Disebut Dapat Rp 850 Juta dari Kementan, Ini Pengakuan Nasdem

Tren
Manfaat Mengonsumsi Karbohidrat Setelah Olahraga

Manfaat Mengonsumsi Karbohidrat Setelah Olahraga

Tren
17 Aturan Aneh yang Ada di Korea Utara, Melanggar Bisa Dihukum Mati

17 Aturan Aneh yang Ada di Korea Utara, Melanggar Bisa Dihukum Mati

Tren
UKT Tahun Ini Batal Naik, Bagaimana Mahasiswa yang Telanjur Bayar?

UKT Tahun Ini Batal Naik, Bagaimana Mahasiswa yang Telanjur Bayar?

Tren
Parade 6 Planet Berbaris Sejajar 3-4 Juni 2024, Bisakah Dilihat dari Indonesia?

Parade 6 Planet Berbaris Sejajar 3-4 Juni 2024, Bisakah Dilihat dari Indonesia?

Tren
Gaji Ke-13 Cair Juni 2024, Ini Besaran dan Kelompok Penerimanya

Gaji Ke-13 Cair Juni 2024, Ini Besaran dan Kelompok Penerimanya

Tren
Potret Rwanda, Dulu Hadapi Genosida Terparah, Kini Berubah Jadi Negara Terbersih di Dunia

Potret Rwanda, Dulu Hadapi Genosida Terparah, Kini Berubah Jadi Negara Terbersih di Dunia

Tren
Gaji Karyawan Dipotong 3 Persen Dana Tapera, Berlaku Mulai Kapan?

Gaji Karyawan Dipotong 3 Persen Dana Tapera, Berlaku Mulai Kapan?

Tren
Nomophobia dan Urgensi Detoks Dunia Digital

Nomophobia dan Urgensi Detoks Dunia Digital

Tren
Rincian Biaya Kuliah Universitas Mercu Buana 2024/2025

Rincian Biaya Kuliah Universitas Mercu Buana 2024/2025

Tren
Kisruh soal Penangkapan Pegi dan Penghapusan DPO Pembunuhan Vina, Kompolnas Akan Minta Klarifikasi Polda Jabar

Kisruh soal Penangkapan Pegi dan Penghapusan DPO Pembunuhan Vina, Kompolnas Akan Minta Klarifikasi Polda Jabar

Tren
Idul Adha 2024 Tanggal Berapa? Ini Menurut Muhammadiyah dan Pemerintah

Idul Adha 2024 Tanggal Berapa? Ini Menurut Muhammadiyah dan Pemerintah

Tren
Berapa Lama Durasi Jalan Kaki untuk Mengecilkan Perut Buncit?

Berapa Lama Durasi Jalan Kaki untuk Mengecilkan Perut Buncit?

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 28-29 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 28-29 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Tanda Kolesterol Tinggi yang Kerap Diabaikan | Bantah Bunuh Vina, Pegi Tetap Diancam Hukuman Mati

[POPULER TREN] Tanda Kolesterol Tinggi yang Kerap Diabaikan | Bantah Bunuh Vina, Pegi Tetap Diancam Hukuman Mati

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com