Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan BMKG soal Suhu Dingin di Malam Hari Akhir-akhir Ini

Kompas.com - 07/10/2021, 07:00 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Beberapa waktu terakhir ini, suhu malam hari terasa dingin di sejumlah daerah di Pulau Jawa.

Sebagian masyarakat di daerah menyebut fenomena suhu dingin itu dengan istilah "bediding".

Lantas, apa penyebab suhu dingin di malam hari akhir-akhir ini?

Berikut penjelasan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG):

Baca juga: Penjelasan BMKG soal Fenomena Suhu Dingin di Indonesia

Penjelasan BMKG

Kepala Pusat Informasi Iklim Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dodo Gunawan mengatakan, suhu dingin dipengaruhi oleh kondisi suatu daerah yang masih mengalami musim kemarau.

"Biasanya saat-saat musim kemarau langit cerah sehingga radiasi balik dari bumi langsung ke angkasa tanpa terpantulkan awan," kata Dodo, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (6/10/2021).

Hawa menjadi lebih dingin, karena radiasi tidak terpantulkan awan, membuat suhu di permukaan bumi menjadi turun.

Sementara itu, penyebab angin kencang adalah karena kondisi peraliran angin.

"Angin kencangnya karena juga dalam kondisi peraliran, di mana angin akan berbalik arah dari monsun Australia ke monsun Asia," jelas Dodo.

Kendati demikian, fenomena suhu dingin ini adalah fenomena tahunan yang lumrah.

Ia mengatakan, intensitas tingkat dingin malam di tiap daerah akan berbeda-beda. Tergantung tingkat kecerahan awan.

"Makin kemaraunya panjang langit makin cerah, udara semakin dingin," ujar dia. 

Baca juga: Mengapa Malam Terasa Lebih Dingin di Pulau Jawa? Ini Penjelasan BMKG

Kapan suhu dingin ini berhenti?

Dodo mengatakan, suhu dingin dan angin kencang akan dirasakan selama daerah tersebut masih mengalami musim kemarau.

Ia menyebutkan, fenomena tersebut akan berhenti ketika musim hujan mulai turun.

"Sampai jatuhnya musim hujan di tempat tersebut yang sudah diprediksi BMKG," kata Dodo.

Musim hujan sendiri diperkirakan pada bulan Oktober dan November 2021 mendatang.

Berdasarkan Prakiraan Musim Hujan Tahun 2021/2022 di Indonesia yang diterbitkan BMKG pada 30 Agustus 2021, sebagian besar wilayah diprakirakan mengalami awal musim hujan 2021/2022 pada kisaran bulan Oktober dan November 2021.

Ada sekitar sebanyak 232 ZOM (Zona Musim) atau 67,8 persen dari 342 ZOM.

Puncak Musim Hujan 2021/2022 di sebagian besar ZOM diprakirakan terjadi pada bulan Januari dan Februari 2022 sebanyak 244 ZOM (71,3 persen).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Tren
Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Tren
Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Tren
Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Tren
9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

Tren
MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

Tren
Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Tren
Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tren
Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Tren
Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Tren
China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

Tren
Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Tren
Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Tren
Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com