Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri Nadiem Makarim dan Sejumlah Pro Kontra yang Membuatnya Jadi Sorotan

Kompas.com - 30/07/2020, 12:20 WIB
Jihad Akbar

Penulis

KOMPAS.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim tengah menjadi sorotan lantaran polemik pelaksanaan Program Organisasi Penggerak (POP).

Terlebih lagi, setelah tiga organisasi besar, yaitu Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), memutuskan keluar dari POP.

Salah satu yang menjadi alasan ketiganya memutuskan keluar dari POP adalah proses seleksi yang tidak transparan. Ditambah lagi, adanya Putera Sampoerna Foundation dan Tanoto Foundation tercatat masuk daftar organisasi POP.

Diberitakan Kompas.com, Selasa (28/7/2020), Nadiem meminta maaf kepada tiga organisasi tersebut dan mengajak kembali bergabung ke dalam POP. Ia berjanji akan melakukan evaluasi.

"Dengan penuh rendah hati, saya memohon maaf atas segala ketidaknyamanan yang timbul dan berharap agar ketiga organisasi besar ini bersedia terus memberikan bimbingan dalam proses pelaksanaan program, yang kami sadari betul masih jauh dari sempurna," ujar Nadiem, seperti dilansir laman Kemendikbud, Selasa (28/7/2020).

Baca juga: Respons NU dan Muhammadiyah Setelah Nadiem Makarim Minta Maaf...

Nadiem juga menyatakan, Putera Sampoerna Foundation dan Tanoto Foundation dipastikan menggunakan skema pembiayaan mandiri untuk mendukung POP.

Sebelum polemik POP, Nadiem juga sempat menuai sorotan lantaran wacananya. Ada juga sorotan yang juga mengarah ke Gojek, perusahaan yang pernah dipimpin Nadiem.

Berikut empat polemik lain terkait Nadiem:

1. Wacana pembelajaran jarak jauh permanen

Mendikbud Nadiem pernah menyebut pembelajaran jarak jauh memanfaatkan teknologi bisa diterapkan permanen setelah pandemi Covid-19 selesai.

Dia menilai proses adaptasi yang dilakukan guru dan siswa pada masa pandemi dengan teknologi tak akan terulang. Dengan demikian, menurut dia, perlu dijadikan peluang menerapkan teknologi dalam pembelajaran.

"Pembelajaran jarak jauh, ini akan menjadi permanen. Bukan pembelajaran jarak jauh pure saja, tapi hybrid model. Adaptasi teknologi itu pasti tidak akan kembali lagi," kata Menteri Nadiem dalam rapat kerja bersama Komisi X DPR, seperti diberitakan Kompas.com, Kamis (3/7/2020).

Hybrid model yang disebut merupakan penggabungan antara belajar tatap muka dan jarak jauh.

Akan tetapi, pengamat pendidikan Doni Koesoema kurang sepakat dengan wacana Nadiem Makarim.

Baca juga: Nadiem Makarim Diminta Turun ke Lapangan Temui Guru dan Murid

Ia menilai dunia pendidikan Indonesia belum siap jika harus melakukan pembelajaran jarak jauh permanen.

"Baik yang sifatnya penuh maupun hybrid, model daring dan luring. Kalau untuk yang pembelajaran jarak jauh penuh, saya rasa belum siap," kata Doni saat dihubungi Kompas.com, Jumat (3/7/2020).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com