KOMPAS.com – Kanker serviks atau yang biasa disebut dengan kanker leher rahim menjadi salah satu penyakit yang menakutkan di kalangan wanita.
Sebelumnya, sebuah gambar tentang pengangkatan rahim viral di media sosial Twitter.
Boy Abidin yang merupakan dokter spesialis kandungan di RS Mitra Keluarga Gading menjelaskan para ahli meyakini kanker serviks disebabkan oleh human papiloma virus (HPV) dengan tipe paling potensial tipe 16-18 yang dapat menyebabkan perubahan sel.
Kanker ini saat masih dalam kondisi awal umumnya tidak menunjukkan gejala, sehingga deteksi dini diperlukan.
" Kanker leher rahim, awalnya tidak ada gejala sehingga perlu dilakukan screaning,” ujar Boy saat dihubungi Kompas.com, Senin (8/6/2020)
Adapun salah satu screening awal yang bisa dilakukan adalah Pap Smear.
Baca juga: Tya Ariestya Ingatkan Pentingnya Rutin Lakukan Pap Smear
Melansir dari Medical News Today , Pap Smear adalah alat screening yang dapat membantu dokter dalam mendeteksi sel-sel abnormal dan kanker dengan cara mengambil sampel sel dari leher rahim.
Pap smear sendiri kerap direkomendasikan oleh dokter untuk tujuan:
Saat dilakukan Pap Smear maka akan dilakukan pemeriksaan panggul gienekologis. Dokter akan memasukkan alat yang disebut spekulum ke dalam vagina supaya mereka dapat memeriksa kondisi serviks.
Nantinya, sampel sel serviks akan diambil menggunakan kuas atau spatula dan mengirimnya untuk diuji.
Saat Pap Smear juga sebaiknya tidak dilakukan saat menstruasi apalagi jika kondisi menstruasi sedang deras. Hal ini karena dapat mempengaruhi hasil tes nantinya.
Seseorang juga sebaiknya tidak memasukkan apapun ke dalam vagina sebagai upaya pembersihan sebelum tes dilakukan.
Baca juga: Belajar dari Penyakit Jupe, Suami Wajib Ingatkan Istri Pap Smear
Rekomendasi seberapa sering seseorang perlu melakukan pap smear tergantung pada beberapa faktor yakni:
Rekomendasi dari The United States Preventive Services Task Force (USPSTF) terkait dengan pelaksanaan pap smear adalah sebagai berikut:
Wanita usia 65 tahun ke atas umumnya tak memerlukan adanya pap smear, meski demikian tergantung kondisi masing-masing karena faktor risiko setiap orang berbeda.
Bagi mereka yang memiliki hasil tes abnormal di masa lalu dan aktif secara seksual dengan lebih dari satu pasangan kemungkinan perlu lebih sering melakukan tes.
Bagi mereka yang telah melakukan histerektomi atau operasi pengangkatan rahim dan leher rahim akibat kanker maka Pap Smear tak lagi diperlukan, namun mereka tetap harus melakukan tes rutin.
Baca juga: Viral Foto Pengangkatan Rahim Disebut akibat Kista, Berikut Penjelasan Dokter
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.