Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengertian dan Pemeriksaan Pap Smear, Tes untuk Deteksi Kanker Leher Rahim

Kompas.com - 09/06/2020, 08:58 WIB
Nur Rohmi Aida,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kanker serviks atau yang biasa disebut dengan kanker leher rahim menjadi salah satu penyakit yang menakutkan di kalangan wanita.

Sebelumnya, sebuah gambar tentang pengangkatan rahim viral di media sosial Twitter.

Boy Abidin yang merupakan dokter spesialis kandungan di RS Mitra Keluarga Gading menjelaskan para ahli meyakini kanker serviks disebabkan oleh human papiloma virus (HPV) dengan tipe paling potensial tipe 16-18 yang dapat menyebabkan perubahan sel.

Kanker ini saat masih dalam kondisi awal umumnya tidak menunjukkan gejala, sehingga deteksi dini diperlukan.

" Kanker leher rahim, awalnya tidak ada gejala sehingga perlu dilakukan screaning,” ujar Boy saat dihubungi Kompas.com, Senin (8/6/2020)

Adapun salah satu screening awal yang bisa dilakukan adalah Pap Smear.

Baca juga: Tya Ariestya Ingatkan Pentingnya Rutin Lakukan Pap Smear

Apa itu Pap Smear?

Melansir dari Medical News Today , Pap Smear adalah alat screening yang dapat membantu dokter dalam mendeteksi sel-sel abnormal dan kanker dengan cara mengambil sampel sel dari leher rahim.

Pap smear sendiri kerap direkomendasikan oleh dokter untuk tujuan:

  • Memeriksa sel-sel abnormal
  • Tes HPV yang mendeteksi DNA dari HPV untuk mengetahui keberadaannya

Saat dilakukan Pap Smear maka akan dilakukan pemeriksaan panggul gienekologis. Dokter akan memasukkan alat yang disebut spekulum ke dalam vagina supaya mereka dapat memeriksa kondisi serviks.

Nantinya, sampel sel serviks akan diambil menggunakan kuas atau spatula dan mengirimnya untuk diuji.

Saat Pap Smear juga sebaiknya tidak dilakukan saat menstruasi apalagi jika kondisi menstruasi sedang deras. Hal ini karena dapat mempengaruhi hasil tes nantinya.

Seseorang juga sebaiknya tidak memasukkan apapun ke dalam vagina sebagai upaya pembersihan sebelum tes dilakukan.

Baca juga: Belajar dari Penyakit Jupe, Suami Wajib Ingatkan Istri Pap Smear

Kapankah perlu Pap Smear?

Rekomendasi seberapa sering seseorang perlu melakukan pap smear tergantung pada beberapa faktor yakni:

  • Usia
  • Riwayat kesehatan
  • Paparan diethylstilbestrol (DES) saat dalam kandungan
  • Status HIV
  • Apakah seseorang tersebut memiliki kekebalan lemah

Rekomendasi dari The United States Preventive Services Task Force (USPSTF) terkait dengan pelaksanaan pap smear adalah sebagai berikut:

  • Wanita berusia 21-29 tahun melakukan tes  setiap 3 tahun.
  • Wanita berusia 30-65 tahun melakukan tes setiap 3 tahun, atau tes HPV setiap 5 tahun, atau tes co-Pap dan HPV setiap 5 tahun.

Wanita usia 65 tahun ke atas umumnya tak memerlukan adanya pap smear, meski demikian tergantung kondisi masing-masing karena faktor risiko setiap orang berbeda.

Bagi mereka yang memiliki hasil tes abnormal di masa lalu dan aktif secara seksual dengan lebih dari satu pasangan kemungkinan perlu lebih sering melakukan tes.

Bagi mereka yang telah melakukan histerektomi atau operasi pengangkatan rahim dan leher rahim akibat kanker maka Pap Smear tak lagi diperlukan, namun mereka tetap harus melakukan tes rutin.

Baca juga: Viral Foto Pengangkatan Rahim Disebut akibat Kista, Berikut Penjelasan Dokter

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Tren
Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Tren
Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Tren
Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Tren
5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

Tren
5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

Tren
8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

Tren
UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

Tren
Rusia Temukan Cadangan Minyak 511 Miliar Barel di Antarktika, Ancam Masa Depan Benua Beku?

Rusia Temukan Cadangan Minyak 511 Miliar Barel di Antarktika, Ancam Masa Depan Benua Beku?

Tren
Duduk Perkara Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan, Buntut Harta Kekayaan Tak Wajar

Duduk Perkara Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan, Buntut Harta Kekayaan Tak Wajar

Tren
Ini yang Terjadi pada Tubuh Ketika Anda Latihan Beban Setiap Hari

Ini yang Terjadi pada Tubuh Ketika Anda Latihan Beban Setiap Hari

Tren
Pendaftaran Sekolah Kedinasan Dibuka Besok, Berikut Link, Jadwal, Formasi, dan Cara Daftar

Pendaftaran Sekolah Kedinasan Dibuka Besok, Berikut Link, Jadwal, Formasi, dan Cara Daftar

Tren
Ramai soal Ribuan Pendaki Gagal 'Muncak' di Gunung Slamet, PVMBG: Ada Peningkatan Gempa Embusan

Ramai soal Ribuan Pendaki Gagal "Muncak" di Gunung Slamet, PVMBG: Ada Peningkatan Gempa Embusan

Tren
Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Berhenti Minum Teh Selama Sebulan?

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Berhenti Minum Teh Selama Sebulan?

Tren
Bisakah Hapus Data Pribadi di Google agar Jejak Digital Tak Diketahui?

Bisakah Hapus Data Pribadi di Google agar Jejak Digital Tak Diketahui?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com