Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG Selidiki Kemungkinan Rentetan Gempa Selat Sunda sebagai Gempa Pendahuluan

Kompas.com - 08/06/2020, 18:48 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Nur Rohmi Aida,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat Minggu,  7 Juni 2020 malam,  di wilayah Selat Sunda bagian Selatan terjadi rentetan aktivitas gempa tektonik yang terjadi beruntun.

Hingga Senin pagi (8/6/2020) tercatat ada 9 aktivitas gempa tektonik yang mengklaster di Selat Sunda.

Terkait gempa tersebut Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Dr Daryono menyampaikan, pihaknya tengah memonitor kemungkinan gempa sebagai gempa pendahuluan.

“Saat ini BMKG masih terus memonitor apakah fenomena kegempaan di Selat Sunda ini hanya sebatas gempa swarm biasa yang kemudian berakhir dengan sendirinya, atau kemungkinan berlanjut sebagai gempa pendahuluan (foreshocks),” ujar Daryono berdasarkan keterangan yang dterima Kompas.com Senin (8/6/2020) sore. 

Daryono juga menyampaikan informasi gempa tersebut melalui akun Twitternya.

Baca juga: Gempa Magnitudo 5,5 Guncang Teluk Tomini, Getaran Terasa hingga Gorontalo

Gempa terjadi sambung-menyambung

Gempa pertama tercatat terjadi pada pukul 19.04 WIB dengan magnitudo 2,9.

Lalu, enam belas menit kemudian gempa berlanjut lagi dengan magnitudo 3,3.

Aktivitas gempa selanjutnya terjadi saling sambung menyambung dengan magnitudo bervariasi di mana paling besar 3,9 dan yang paling kecil 2,9 membentuk gerombolan atau kluster episenter.

Yang menjadi perhatian adalah kluster seismisitas gempa berada pada pusat gempa manitudo 5,0 yang sempat terjadi pada Sabtu 11 April 2020.

“Jika mencermati lokasi sebaran episenter terkait dengan peta tektonik Selat Sunda, tampak bahwa rentetan aktivitas gempa ini terletak pada jalur Sesar Semangko yang menerus ke laut,” ujar dia.

Baca juga: BMKG: Terjadi 5 Kali Gempa Susulan di Maluku Utara

Namun, dia mengatakan, struktur sesar di zona tersebut sudah bukan lagi didominasi sistem sesar mendatar (strike slip fault).

Tetapi, strukturnya sudah berubah menjadi beberapa struktur sesar turun (normal fault) karena adanya mekanisme pull-apart yang membentuk basin/graben Selat Sunda.

“Graben Selat Sunda ini terbentuk karena adanya fenomena peregangan dampak dari bagian Pulau Sumatera yang bergerak searah jarum jam dengan menjadikan zona Selat Sunda sebagai porosnya,” terang dia. 

Ia mengatakan, jika sampai nanti malam tak ada aktivitas lagi, maka kemungkinan gempa sebagai gempa pendahuluan sangat kecil.

“Semoga teka-teki ini segera terjawab. Harapan kita aktivitas itu hanyalah gempa swarm biasa dan berakhir tanpa ada sesuatu yang tidak diharapkan,” pungkas dia.

 Baca juga: Gempa Hari Ini: M 5,2 Guncang Samudera Hindia Terasa hingga Nias Utara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Benarkah Rupiah Melemah Bisa Menyebabkan Inflasi di Indonesia? Ini Kata Pakar

Benarkah Rupiah Melemah Bisa Menyebabkan Inflasi di Indonesia? Ini Kata Pakar

Tren
Daftar Sementara Atlet Indonesia yang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Sudah 17 Orang

Daftar Sementara Atlet Indonesia yang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Sudah 17 Orang

Tren
Duduk Perkara TikToker Galihloss Ditangkap Polisi

Duduk Perkara TikToker Galihloss Ditangkap Polisi

Tren
TPA Terbesar di India Kebakaran Selama 24 Jam, Keluarkan Asap Beracun

TPA Terbesar di India Kebakaran Selama 24 Jam, Keluarkan Asap Beracun

Tren
5 Efek Samping Menahan Buang Air Kecil Terlalu Lama

5 Efek Samping Menahan Buang Air Kecil Terlalu Lama

Tren
Sup di Jepang Berumur 79 Tahun Tetap Nikmat dan Aman Dimakan, Apa Rahasianya?

Sup di Jepang Berumur 79 Tahun Tetap Nikmat dan Aman Dimakan, Apa Rahasianya?

Tren
5 Pilihan Ikan Lokal Tinggi Omega 3, Makan Minimal 2 Porsi Seminggu

5 Pilihan Ikan Lokal Tinggi Omega 3, Makan Minimal 2 Porsi Seminggu

Tren
Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 April 2024

Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Musim Kemarau Diprediksi Mundur Mei | Prakiraan Cuaca BMKG 23-24 April

[POPULER TREN] Musim Kemarau Diprediksi Mundur Mei | Prakiraan Cuaca BMKG 23-24 April

Tren
Magnum Indonesia Pastikan Produk Es Krimnya Aman Dikonsumsi

Magnum Indonesia Pastikan Produk Es Krimnya Aman Dikonsumsi

Tren
Amankah Bayi yang Baru Lahir Dipijat? Ini Penjelasan Dokter dan IDAI

Amankah Bayi yang Baru Lahir Dipijat? Ini Penjelasan Dokter dan IDAI

Tren
Kisah Pilu Bayi Sebatang Kara di Gaza, Lahir dari Rahim Ibu yang Meninggal Dunia

Kisah Pilu Bayi Sebatang Kara di Gaza, Lahir dari Rahim Ibu yang Meninggal Dunia

Tren
Apakah Peserta Rekrutmen Bersama BUMN 2024 Wajib Ikut Trial Test? Ini Jawaban FHCI

Apakah Peserta Rekrutmen Bersama BUMN 2024 Wajib Ikut Trial Test? Ini Jawaban FHCI

Tren
Apa yang Terjadi jika STNK Tak Diperpanjang Selama Bertahun-tahun? Ini Kata Polisi

Apa yang Terjadi jika STNK Tak Diperpanjang Selama Bertahun-tahun? Ini Kata Polisi

Tren
Viral, Foto Anak Bergelantungan di Dalam Kereta, Ini Tanggapan PT KAI

Viral, Foto Anak Bergelantungan di Dalam Kereta, Ini Tanggapan PT KAI

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com