KOMPAS.com - Jumlah kasus virus corona di dunia telah mencapai lebih dari 300.000 kasus. Wabah ini telah dilaporkan di lebih dari 160 negara. Adapun jumlah kematian dan pasien sembuh di setiap negara berbeda-beda. Begitu pula dengan kebijakan yang diterapkan untuk menahan penyebarannya.
Dua benua dengan jumlah kasus yang cukup besar adalah Asia dan Eropa. Virus corona atau SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 sendiri pertama kali dideteksi di Wuhan, China, Desember 2019 lau.
Hingga kini, jumlah kasus yang dilaporkan di daratan China secara akumulatif masih paling banyak. Namun, kasus kematian tertinggi justru berada di Italia.
Longgarnya upaya pencegahan
Melansir The Guardian, kasus virus corona pertama di Taiwan dan Italia hanya berjarak 10 hari.
Per Minggu (22/3/2020) siang, jumlah kasus yang dilaporkan di Taiwan adalah sebanyak 153 kasus dengan 2 kematian dan 28 pasien telah dinyatakan sembuh.
Sementara, Italia telah mencatatkan 53.578 kasus dengan jumlah kematian mencapai 4.825 kasus dengan 6.072 pasien telah dinyatakan sembuh.
Baca juga: Memahami Tahapan Pembuatan Vaksin, Bagaimana Prosesnya?
Saat ini, epidemi corona di Italia menjadi yang paling buruk di dunia. Pola eksponensial terjadi pada kasus Covid-19 di Italia setelah berminggu-minggu tidak ada tindakan untuk menahan krisis ini.
Kondisi tersebut pun berulang terjadi di negara-negara barat, mulai dari Spanyol, Perancis, Jerman, Inggris, hingga AS.
Kini, para pemimpin dunia mulai melakukan langkah-langkah yang sebelumnya tidak dilakukan di waktu-waktu lalu. Mereka mengisolasi sepuluh juta orang dari Berlin hingga Madrid dan San Fransisco, serta menghabiskan dana untuk rencana penyelamatan.
Langkah yang lebih cepat harusnya mampu mencegah terjadinya melonjaknya jumlah kasus yang saat ini dialami banyak negara.
Taiwan, Hong Kong, dan Singapura, yang mengonfirmasi kasus pertamanya sebelum Eropa, bertindak lebih dini dan cepat. Oleh karena itu, ketiganya memiliki jumlah kematian satu digit meskipun jumlah kasus yang dilaporkan telah mencapai ratusan.
Taiwan, yang mana wakil presidennya merupakan ahli epidemiologi, mulai melacak para penumpang yang datang dari Wuhan, segera setelah China memperingatkan jenis pneumonia baru Desember tahun lalu.
Langkah ini diikuti dengan social distancing, peningkatan pengujian, hingga pelacakan kontak.
Sementara, negara-negara barat cenderung belum berbuat banyak di awal wabah selain mengembangkan kapasitas pengujian sederhana.