Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Jerman Timur dan Barat Resmi Bersatu

Kompas.com - 03/10/2019, 05:30 WIB
Rosiana Haryanti,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tanggal 3 Oktober 1990 menjadi hari bersejarah bagi warga Jerman. Pasalnya pada hari itu, warga Jerman merayakan bersatunya kembali dua wilayah yang sebelumnya terpisah.

Penyatuan kembali kedua wilayah ini hanya berselang kurang dari setahun setelah runtuhnya Tembok Berlin. Tembok yang dibangun sejak tahun 1961 tersebut didirikan untuk mengehntikan mereka yang melarikan diri dari Jerman Timur ke wilayah Barat.

Sebelumnya, negara ini terbagi menjadi dua setelah berakhirnya Perang Dunia II, yakni Jerman Barat dan Jerman Timur. Sejak tahun 1945, Uni Soviet menginvasi wilayah Timur Jerman dan Amerika Serikat beserta sekutu menguasai kawasan Barat.

Selama 45 tahun kemudian, penduduk kedua negara terpisah. Bahkan, pemisahan wilayah ini menjadi salah satu penanda fase Perang Dingin di kawasan Eropa.

Namun, runtuhnya Tembok Berlin menjadi angin segar bagi upaya reunifikasi atau penyatuan kembali dua wilayah yang telah terpisah lebih dari empat dekade.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Misi Pengiriman Makanan dan Sebab Berdirinya Tembok Berlin

Saat itu, tepatnya pada akhir dekade 1980, partai komunis di Jerman Timur mulai kehilangan kekuatannya. Keinginan untuk bergabung kembali dengan wilayah Jerman Barat semakin meningkat.

Laman berita Jerman, DW mencatat, kondisi ini diperparah dengan adanya regulasi baru untuk bepergian ke luar negeri.

Selain itu, pemilihan umum yang dinilai penuh kecurangan semakin membuat amarah warga meningkat. Saat itu, partai komunis berhasil memperoleh 99 persen suara dari masyarakat Jerman Timur.

Hasil pemilu yang dinilai penuh manipulasi itu pun semakin membuat warga Jerman Timur menginginkan adanya demokrasi.

Dengan kondisi ini, warga Jerman Timur mulai melakukan protes terhadap pemerintah. Pada musim panas 1989, sebanyak 10.000 warga Jerman Timur pergi ke Austria dan Hungaria untuk menuju ke Jerman Barat.

Aksi protes dan hijrah yang dilakukan warga Jerman Timur tersebut akhirnya membuat pemimpin partai SED yang kala itu menguasai pemerintahan melonggarkan aturan bepergian ke luar negeri bagi warganya.

Aturan baru ini membuat masyarakat di wilayah Timur dapat bepergian ke beberapa destinasi.

Namun keinginan unifikasi semakin tumbuh subur, hingga pada akhirnya, ratusan ribu orang memadati Tembok Berlin yang mengakibatkan simbol segregasi tersebut runtuh.

Segera setelahnya, pada Maret 1990, rakyat Jerman Timur mengadakan pemilihan umum. Laman berita Reuters mengabarkan, mayoritas pemilih menginginkan adanya penyatuan pemerintahan dengan wilayah Barat.

Hal ini kemudian diikuti dengan adanya penggabungan ekonomi di antara dua wilayah tersebut, di mana Jerman Barat dan Timur mengadopsi deutschemark sebagai mata uang resmi kedua wilayah.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Presiden Ronald Reagan Tantang Soviet Hancurkan Tembok Berlin

Proses reunifikasi ini lalu berlanjut hingga akhirnya, dua wilayah Jerman beserta dengan beberapa negara lain seperti Perancis, Inggris, Uni Soviet, dan AS menandatangani perjanjian Two-Plus-Four-Agreement pada tanggal 12 September.

Perjanjian ini membuat Jerman Timur dan Barat resmi bersatu pada hari ketiga bulan Oktober.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Tren
Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Tren
Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini 'Tersapu' oleh Alam

Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini "Tersapu" oleh Alam

Tren
Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Tren
Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com