KOMPAS.COM - Salah satu strategi Jepang untuk menarik simpati rakyat Indonesia pada masa pendudukan adalah melalukan propaganda lewat Gerakan Tiga A atau 3A.
Gerakan 3A dimulai pada 29 April 1942, bertepatan dengan hari kelahiran Kaisar Hirohito sekaligus Hari Nasional Jepang.
Gerakan 3A dipelopori Kepala Departemen Propaganda (Sendenbu) Jepang, Hitoshi Shimizu.
Kemudian, Hitoshi Shimizu menunjuk tokoh pergerakan nasional, Mr Syamsudin (Raden Sjamsoeddin) sebagai Ketua Gerakan 3A.
Baca juga: Tujuan Jepang Membentuk Jawa Hokokai
Gerakan 3A memiliki semboyan yang terkenal, yakni "Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, Nippon Pemimpin Asia".
Kata-kata itu menyebar dengan cepat di kalangan penduduk Indonesia melalui berbagai media, seperti surat kabar, selebaran, dan siaran radio.
Tujuan dari Gerakan Tiga A adalah meyakinkan rakyat Indonesia atas jasa jasa Jepang yang membantu mengusir penjajahan Belanda.
Baca juga: Apa Saja Propaganda yang Dilakukan Jepang di Indonesia?
Gerakan 3A berhasil membuat rakyat Indonesia menaruh simpati terhadap Jepang sehingga menerima kedatangan mereka dengan tangan terbuka.
Namun, gerakan ini pada akhirnya membawa kesengsaraan lebih besar bagi rakyat Indonesia selama masa pendudukan Jepang.
Invasi pasukan Jepang ke Indonesia yang disertai propaganda menjadi mimpi buruk bagi rakyat Indonesia.
Berikut ini dampak Gerakan 3A dalam kehidupan rakyat Indonesia:
Industri perang Jepang mengandalkan metode berikut untuk mengekstraksi bahan baku dan sumber daya alam di Indonesia:
Baca juga: Mengapa Pemerintah Kolonial Belanda Menerapkan Politik Etis?
Selam menduduki Indonesia, Jepang juga memeras sumber daya manusia demi kepentingan mereka di Perang Asia Pasifik.
Adapun strategi Jepang untuk memeras sumber daya manusia Indonesia adalah:
Seperti pemerintah kolonial Belanda menerapkan Kerja Rodi, Jepang juga memeras keringat rakyat Indonesia dengan menggunakan sistem kerja paksa yang dikenal sebagai Romusha.