KOMPAS.com - Lubang Jepang adalah salah satu objek wisata yang terletak di Bukittinggi, Sumatera Barat.
Lubang Jepang ini mulai digunakan sebagai objek wisata sejak 1984.
Tanah pada dinding terowongan ini merupakan jenis tanah yang jika dicampur air akan semakin kokoh.
Bahkan, gempa yang sempat mengguncang Sumatera Barat pada 2009 tidak banyak membuat kerusakan di terowongan ini.
Lubang Jepang memiliki panjang sekitar 1.470 meter, tetapi hanya boleh dimasuki hingga sedalam 750 meter.
Konon, panjang Lubang Jepang tembus hingga ke Jam Gadang.
Lantas, bagaimana sejarah Lubang Jepang?
Baca juga: Konsekuensi Jepang Pascakalah pada Perang Dunia II
Lubang Jepang dibuat pada 1942, ketika masa pendudukan Jepang di Indonesia.
Namun, konstruksinya mulai dikerjakan pada Maret 1944 hingga awal Juni 1944.
Lebih tepatnya, Lubang Jepang dibuat di Bukittinggi di Jalan Panorama di Ngarai Sianok Kota Bukittinggi.
Alasan lubang ini dibuat di Bukittinggi karena letaknya sangat strategis sebagai pusat pengendalian Perang Dunia II oleh Jepang.
Maka dari itu, Lubang Jepang memang digunakan untuk kepentingan pertahanan tentara Jepang dalam Perang Dunia II dan Perang Asia Timur Raya atas perintah militer Angkatan Darat Jepang untuk Sumatera yang berkedudukan di Bukittinggi dengan Komandan Tentara Pertahanan Sumatera Jenderal Watanabe.
Namun, disebutkan pula bahwa pembuatan lubang ini memiliki berbagai macam peruntukan sesuai dengan kebutuhan pihak Jepang.
Sesuai dengan namanya, terowongan bawah tanah ini disebut Lubang Jepang karena menjadi sebuah tempat yang dibuat untuk kepentingan orang-orang Jepang selama menduduki Indonesia, tepatnya di Bukittinggi.
Pembuatan Lubang Jepang didorong oleh kondisi Jepang yang sudah terdesak oleh Sekutu dalam Perang Asia Timur Raya.